![]() |
Pauh Bagalanggang. |
BENTENGSUMBAR.COM - Sungguh ironis, di satu sisi Pemerintah Kota Padang mendorong majunya dunia pariwisata, namun di satu sisi anggaran untuk promosi wisata masih jauh dari harapan. Di luar iven, dana yang tersedia hanya sekitar Rp300 juta.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Medi Iswandi ketika dikonfirmasi wartawan media ini mengakui minimnya anggaran untuk mempromosikan objek dan agenda wisata di Ranah Bingkuang ini. Menurutnya, sampai saat ini anggaran yang tersedia hanya sekitar Rp300 juta.
"Di luar iven ya, untuk promosi wisata anggarannya saat ini tidak sampai Rp500 juta. Kalau iven kan termasuk promosi juga, tapi itu beda. Tapi kalau promo melalui baliho, leaflet, spanduk, banner dan media tidak sampai Rp300 juta," ujar Medi, Kamis, 29 September 2016 di Padang.
Parahnya lagi, pada perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD-P) Kota Padang tidak ada penambahan anggaran. Kemungkinan baru dimasukan pada pembahasan anggaran tahun 2017.
"Di tahun 2017, insya Allah, kami belum hitung, masih dalam bentuk Renja (Rencana Kerja, red). Tapi pada perubahan anggaran tidak ada penambahan. Kami berharap, anggaran untuk promowisata, kalau bisa lebih fleksibel mata anggarannya. Contohnya, bisa memfasilitasi iven-iven dadakan di pertengahan tahun. Sebab, itu yang agak sulit kita lakukan saat ini," jelasnya.
Menurutnya, kalau promosi wisata tidak dilakukan dengan gencar, apa yang akan diperbuat tidak akan diketahui orang. Untuk itu, pihaknya akan berusaha menyakinkan DPRD Kota Padang betapa pentingnya promosi wisata tersebut.
"Kalau tidak melakukan promo, apa saja yang kita buat, maka orang tidak akan tahu. Kita akan jelaskan nantinya ke DPRD, betapa pentingnya promosi ini dilakukan, terutama melalui media. Mungkin kami akan menjelaskan dan menyakinkan kembali DPRD, bahwa promo itu sangat perlu dan strategis dilakukan," ungkapnya.
Dikatakan Medi, DPRD tentu akan minta data dan bukti promo yang dilakukan. Strategi apa yang dipakai? Untuk pembahasan 2016 kemaren, mungkin penjelasan itu dirasa kurang, sehingga waktu itu DPRD belum begitu yakin.
"Mungkin pada 2017 kita akan lebih intensif menyakinkan DPRD," jelasnya.
Ia mengatakan, Kota Padang banyak menjalin kerjasama sister city dengan kota lain di dunia. Kota Padang punya sister city dengan Pert, Jerman, Vietnam. Mungkin kedepannya lebih dimanfaatkan maksimal, misalnya melalui promosi bersama.
"Ada beberapa kota di Eropa dan Asia. Itu yang akan kita manfaatkan nantinya tanpa mengeluarkan biaya banyak. Mereka boleh punya TIC (Tourism Information Center, red) di sini, dirawat dan dibersihkan oleh Pemko Padang. Demikian pula sebaliknya, kita juga punya TIC di kota mereka, dirawat dan dibersihkan mereka," ujarnya.
Pemanfaatan TIC sudah terbukti ampuh dalam mempromosikan pariwisata suatu daerah ke dunia internasional. Pengalaman Medi di Kota Sawahlunto, Pemerintah Kota Sawahlunto memanfaatkan kerjasama sister city dengan Kota Malaka. TIC Kota Sawahlunto ada di Malaka, demikian pula sebaliknya.
"Semua informasi wisata kita bisa diperoleh melalui TIC itu, makanya efektif dan biayanya termasuk murah," cakapnya.
Sedangkan untuk promosi wisata budaya, jelas Medi, Kota Padang berusaha menjadikan Pauh Bagalanggang di Kampung Wisata Limau Manih, Kecamatan Pauh, go internasionalkan. Pasalnya, mereka punya iven tetap yang tidak terputus, sudah hampir 24 kali.
"Berarti saudah 24 tahun mereka adakan dan itu mandiri tanpa bantuan pembiayaan pemko. Kita suport dari sisi promosi dan mendatangkan tamu, sehingga mereka mendapat penghasilan dari situ. Pembinaan yang dilakukan kepada mereka adalah memberikan porsi tampil yang lebih banyak. Tentu mereka harus meningkatkan kulitasnya secara terus menerus," jelasnya.
"Misalnya Group Sitampang Banih, mereka tampil pada iven-iven nasional atau internasional. Kita tentu tidak mau ambil resiko. Tahun depan pola pembinaannya mungkin kita mengadakan kompetisi antar sanggar. Kita tidak bisa beri hibah, tapi kita kan bisa beri hadiah besar. Dan itu bisa digunakan untuk pembinaan mereka," tegasnya. (by)
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang Medi Iswandi ketika dikonfirmasi wartawan media ini mengakui minimnya anggaran untuk mempromosikan objek dan agenda wisata di Ranah Bingkuang ini. Menurutnya, sampai saat ini anggaran yang tersedia hanya sekitar Rp300 juta.
"Di luar iven ya, untuk promosi wisata anggarannya saat ini tidak sampai Rp500 juta. Kalau iven kan termasuk promosi juga, tapi itu beda. Tapi kalau promo melalui baliho, leaflet, spanduk, banner dan media tidak sampai Rp300 juta," ujar Medi, Kamis, 29 September 2016 di Padang.
Parahnya lagi, pada perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD-P) Kota Padang tidak ada penambahan anggaran. Kemungkinan baru dimasukan pada pembahasan anggaran tahun 2017.
"Di tahun 2017, insya Allah, kami belum hitung, masih dalam bentuk Renja (Rencana Kerja, red). Tapi pada perubahan anggaran tidak ada penambahan. Kami berharap, anggaran untuk promowisata, kalau bisa lebih fleksibel mata anggarannya. Contohnya, bisa memfasilitasi iven-iven dadakan di pertengahan tahun. Sebab, itu yang agak sulit kita lakukan saat ini," jelasnya.
Menurutnya, kalau promosi wisata tidak dilakukan dengan gencar, apa yang akan diperbuat tidak akan diketahui orang. Untuk itu, pihaknya akan berusaha menyakinkan DPRD Kota Padang betapa pentingnya promosi wisata tersebut.
"Kalau tidak melakukan promo, apa saja yang kita buat, maka orang tidak akan tahu. Kita akan jelaskan nantinya ke DPRD, betapa pentingnya promosi ini dilakukan, terutama melalui media. Mungkin kami akan menjelaskan dan menyakinkan kembali DPRD, bahwa promo itu sangat perlu dan strategis dilakukan," ungkapnya.
Dikatakan Medi, DPRD tentu akan minta data dan bukti promo yang dilakukan. Strategi apa yang dipakai? Untuk pembahasan 2016 kemaren, mungkin penjelasan itu dirasa kurang, sehingga waktu itu DPRD belum begitu yakin.
"Mungkin pada 2017 kita akan lebih intensif menyakinkan DPRD," jelasnya.
Ia mengatakan, Kota Padang banyak menjalin kerjasama sister city dengan kota lain di dunia. Kota Padang punya sister city dengan Pert, Jerman, Vietnam. Mungkin kedepannya lebih dimanfaatkan maksimal, misalnya melalui promosi bersama.
"Ada beberapa kota di Eropa dan Asia. Itu yang akan kita manfaatkan nantinya tanpa mengeluarkan biaya banyak. Mereka boleh punya TIC (Tourism Information Center, red) di sini, dirawat dan dibersihkan oleh Pemko Padang. Demikian pula sebaliknya, kita juga punya TIC di kota mereka, dirawat dan dibersihkan mereka," ujarnya.
Pemanfaatan TIC sudah terbukti ampuh dalam mempromosikan pariwisata suatu daerah ke dunia internasional. Pengalaman Medi di Kota Sawahlunto, Pemerintah Kota Sawahlunto memanfaatkan kerjasama sister city dengan Kota Malaka. TIC Kota Sawahlunto ada di Malaka, demikian pula sebaliknya.
"Semua informasi wisata kita bisa diperoleh melalui TIC itu, makanya efektif dan biayanya termasuk murah," cakapnya.
Sedangkan untuk promosi wisata budaya, jelas Medi, Kota Padang berusaha menjadikan Pauh Bagalanggang di Kampung Wisata Limau Manih, Kecamatan Pauh, go internasionalkan. Pasalnya, mereka punya iven tetap yang tidak terputus, sudah hampir 24 kali.
"Berarti saudah 24 tahun mereka adakan dan itu mandiri tanpa bantuan pembiayaan pemko. Kita suport dari sisi promosi dan mendatangkan tamu, sehingga mereka mendapat penghasilan dari situ. Pembinaan yang dilakukan kepada mereka adalah memberikan porsi tampil yang lebih banyak. Tentu mereka harus meningkatkan kulitasnya secara terus menerus," jelasnya.
"Misalnya Group Sitampang Banih, mereka tampil pada iven-iven nasional atau internasional. Kita tentu tidak mau ambil resiko. Tahun depan pola pembinaannya mungkin kita mengadakan kompetisi antar sanggar. Kita tidak bisa beri hibah, tapi kita kan bisa beri hadiah besar. Dan itu bisa digunakan untuk pembinaan mereka," tegasnya. (by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »