Jumat Kelam, Harga yang harus Dibayar Mesir karena Menentang Perang

Jumat Kelam, Harga yang harus Dibayar Mesir karena Menentang Perang
BENTENGSUMBAR. COM - Serangan bersenjata dan bom ke Masjid al-Rawda di distrik Bir al-Abed, di al-Arish, Sinai, Mesir pada Jumat, 24 November 2017, merenggut nyawa sedikitnya 235 orang dan melukai 150 lainnya, di mana mayoritas korban adalah jamaah Shalat Jumat.

Serangan teror ke Masjid al-Rawda dalam berbagai dimensi adalah penting bagi teroris. Alasan terpenting dari kejahatan ini adalah teror tersebut merupakan operasi pertama teroris pasca berakhirnya kelompok teroris takfiri Daesh (ISIS) di Suriah dan Irak.

Sebenarnya, operasi teroris tersebut menunjukkan bahwa berakhirnya Daesh bukan berarti berakhirnya teror dan kekerasan, namun aksi itu berlanjut sebagai taktik lama untuk menciptakan ketidakamanan dan kekacaauan.

Alasan kedua dari pentingnya operasi teror di al-Arish bagi teroris adalah peristiwa ini terjadi di Mesir. Abdel Fattah el-Sisi, Presiden Mesir adalah termasuk dari pemimpin Arab yang selama dua pekan lalu secara terang-terangan menentang segala bentuk perang baru di Timur tengah terutama perang anti-Lebanon. Padahal, Arab Saudi dan rezim Zionis Israel berharap pemerintah Mesir akan mendukung petualangan baru mereka untuk menarget Hizbullah dan Lebanon.

Jadi sebenarnya, operasi teror di al-Arish adalah harga mahal yang harus dibayar oleh Mesir atas penentangannya terhadap kebijakan haus perang Al Saud dan rezim Zionis. Oleh sebab itu, Hizbullah Lebanon dalam mereaksi serangan ke Masjid al-Rawda menyebutnya sebagai hasil dari pemikiran takfiri-Wahabi.

Alasan ketiga dari pentingnya operasi teror tersebut adalah kejahatan ini dilakukan di Gurun Sinai. Selama beberapa tahun terakhir, Gurun Sinai menjadi tempat terpenting bagi para teroris untuk melancarkan serangan-serangan bom dan aksi teror anti-Mesir untuk menunjukkan eksistensi dan kekuatan mereka.

Sebelum ini, rezim Zionis telah melakukan banyak upaya untuk menghubungkan ketidakamanan di Gurun Sinai dengan kelompok Ikhwanul Muslimin. Hubungan buruk pemerintah Mesir dengan Ikhwanul Muslimin menguatkan upaya tersebut.

Pada dasarnya, keamanan Mesir saat ini telah berubah dan membaik dibandingkan dengan keamanan pada dua tahun lalu, oleh karena itu salah satu tujuan serangan ke Masjid al-Rawda adalah untuk menyibukkan pemerintah Mesir dengan ketidakamanan internal dan menjauhkanya dari perkembangan regional.

Serangan teror ke al-Arish juga membawa pesan bahwa anasir-anasir kelompok teroris telah mengubah geografi kehadirannya pasca kegagalan berturut-turut dan runtuhnya organisasi militer mereka di Irak dan Suriah.

Afrika Utara bisa menjadi landasan yang tepat bagi aktivitas bawah tanah kelompok teroris takfiri Daesh, dan pada saat yang sama, reaksi pemerintah Mesir juga menciptakan medan tempur baru anti-kelompok-kelompok teroris di Afrika Utara.

"Operasi Pembalasan atas Darah Syuhada" yang diinstruksikan oleh el-Sisi untuk mereaksi kejahatan teroris di Masjid al-Rawda bisa menjadi titik awal bagi terbentuknya front baru anti-terorisme di Afrika Utara, di mana porosnya adalah Mesir yang memiliki militer Arab terbesar. 

(parstoday)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »