BENTENGSUMBAR. COM - Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, mengungkapkan sebuah analisa mengapa suporter sepakbola Indonesia kerap berkelahi dan rusuh.
Edy Rahmayadi mengungkapkan hal itu di program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang membahas mengenai tewasnya Jakmania Haringga Sirila lantaran dikeroyok oknum bobotoh pada Selasa, 25 September 2018.
Dalam ILC itu Edy Rahmayadi kelihatan sibuk membongkar data dari kertas-kertas yang ia bawa sebelum menyampaikan analisanya tentang mengapa suporter sepakbola Indonesia kerap berkelahi.
Karni Ilyas, pembawa acara ILC kelihatan bengong ketika Edy Rahmayadi sibuk membongkar datanya.
Berikutnya Edy Rahmayadi lalu membeberkan perbandingan jumlah pemain bola dan penduduk di beberapa negara untuk menganalisa mengapa suporter sepakbola Indonesia kerap berkelahi
"Spanyol itu pemain bolanyayang tercatat di FIFA ada 4,1 juta, dan penduduknya 46 juta 800 ribu. Jerman pemain sepakbolanya 6,3 juta, dan pendudukannya 80 juta. Indonesia pemain bolanya 76 ribu, penduduknya 250 juta. Inilah yang salah satu mengakibatkan suporter berkelahi. jangan pandang dulu, salah satunya itu. Makanya yang tanggap kehadiran pemerintah terhadap sepakbola itu sayasampai cium tangan itu sama mendikbud muhadjir. dialakukan para gala siswa, seluruh indonesia 34 propinsi. yang juara 1 ke barcelona, juara 3 ke asia," beber Edy Rahmayadi.
Karni Ilyas pun kelihatan bengong lalu tersenyum mendengar analisa itu.
Haringga Harusnya Tak Tewas
Pertandingan Persib Vs Persija menyisakan duka dengan tewasnya Haringga Sirila akibat dikeroyok oknum bobotoh.
Tapi tampaknya Haringga Sirila tak akan tewas apabila Panpel Persib Vs Persija mengikuti saran dan masukan dari Polrestabes Bandung.
Hal itu terungkap dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) edisi Selasa, 25 September 2018.
Kapolrestabes Bandung, Komisaris Besar Irman Sugema yang mengungkapkan hal itu ketika diberi kesempatan bicara dalam acara ILC.
Kombes Irman Sugema pun kemudian menjelaskan secara panjang lebar mengenai kronologis jalannya pengamanan pertandingan Persib Vs Persija.
Kombes Irman Sugema menjelaskan bahwa sejak awal pihaknya sudah tak setuju Panpel ingin menggelar pertandingan di hari Minggu 23 September 2018.
"Kami mengusulkan sejak awal bahwa pertandingan sebaiknya tidak hari minggu, kami mengusulkan kepada Panpel agar dilaksanakan pada hari Selasa," kata Kombes Irman Sugema.
Alasannya karena apabila pertandingan digelar di hari libur maka penonton akan terlalu membeludak, padahal kapasitas stadion hanya untuk 38.000 penonton.
Alasan kedua lantaran tanggal 23 September 2018 bertepatan dengan ditetapkannya masa kampanye.
Alasan ketiga, lanjut Kombes Irman Sugema, di hari minggu banyak kegiatan keluarga dari luar dari ke Bandung.
"Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebutlah maka kami usulkan (hari selasa)," ujar Kombes Irman Sugema.
Namun, kata Kombes Irman Sugema, Panpel pertandingan Persib Vs Persija tetap menginginkan pelaksanaan pertandingan di hari minggu.
Alasan Panpel dengan mempertimbangkan agar tak terjadi perubahan jadwal pertandingan.
Atas keinginan Panpel, Kombes Irman Sugema dan jajarannya meminta bimbingan kepada Kapolda Jawa Barat.
"Atas bimbingan dan petunjuk bapak kapolda kami coba membahas kembali bagaimana agar pertandingan ini menjadi kondunsif," kata Kombes Irman Sugema.
Hasilnya diputuskan agar pertandingan dilakukan di hari minggu, tetapi jadwalkan tak di malam hari, tetapi sore hari.
"Dengan harapan akan lebih ringan atau lebih mudah mengahadapi potensi konfliknya, serta juga mempertimbangkan sarana dan prasarana di stadion. Kemudian akhirnya disepakati untuk pertandingan pada minggu dan sore hari," ujar Kombes Irman Sugema.
Berikutnya personel pengamanan juga diperbanyak, yakni total personel menjadi 4.300 personel gabungan.
Polisi juga lalu memberi imbauan melalui wadah-wadah suporter agar Jakmania tak perlu datang ke Jakarta.
Polisi juga meminta Panpel mengantisipasi membeludaknya penonton dengan menyiapkan 6 layar besar untuk menonton di luar stadion.
Tapi rupanya Panpel ingkar janji terhadap polisi soal janji menyiapkan 6 layar besar di luar stadion.
Akibatnya psikologis penonton jadi buruk dan cenderung melakukan aksi-aksi anarkis di berbagai sudut di luar stadion.
Simak komentar lengkap Kapolrestabes Badung, Kombes Irman Sugema :
Perintah FIFA
FIFA ternyata langsung menyoroti tewasnya Jakmania Haringga Sirila akibat dikeroyok oknum bobotoh ketika pertandingan liga Gojek antara Persija Vs Persib pada Minggu, 23 September 2018.
Hal itu diakui Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, saat berbicara dalam acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa, 25 September 2018 malam.
Edy Rahmayadi yang diberi kesempatan menjelaskan memulai pembicaraan dengan mengucapkan belasungkawa untuk almarhum Haringga Sirila.
Edy Rahmayadi juga menegaskan bahwa dirinya sebagai ketua PSSI lah yang bersalah atas kasus tewasnya Haringga Sirila.
"Saat ini tak ada yang mau merasa salah, ya ketua umum PSSI yang salah, saya yang salah, walaupun di Metro TV ada tulisan ketua umum PSSI tak mau disalahkan katanya. Saya tak tahu itu, untung tidak dari TVOne. Kalau dari TVone sekarang saya protes, tapi TVOne tidak," kata Edy Rahmayadi.
Edy Rahmayadi yang sempat viral di twitter akibat sikapnya saat diwawancara presenter KompasTV ini kemudian menjelaskan bahwa sebagai Ketua PSSI dia amat menjaga keharmonisan bangsa Indonesia dengan FIFA.
"Kita sekarang begini, saudara-saudara saya. PSSI ini dibawah FIFA. Saya Ketua PSSI ini saya menjaga sekali keharmonisan bangsa Indonesia ini dengan FIFA. Makanya kalau bunyi disana-sini saya nahan aja gitu supaya tidak terjadi. Karena memang bukan hanya Indonesia, tetapi seluruh dunia tunduk kepada FIFA," terang Edy Rahmayadi.
FIFA menaruh perhatian serius terhadap kasus itu, bahkan FIFA memerintahkan beberapa hal kepada Edy Rahmayadi agar segera dilaksanakan.
"Contoh, kejadian kemarin FIFA langsung telepon. Apa yang terjadi? Lakukan, cepat ketahui itu tentang hukum, satu. yang kedua, bagaimana ke depan. itu perintahnya FIFA," jelas Edy Rahmayadi.
Berikutnya Edy Rahmayadi mengaku sudah menjalankan perintah FIFA dengan mengirim tim investigasi yang hasil kerjanya sudah dirapatkan pada Selasa, 25 September 2018 sore.
Hasil investigasi itu menimbulkan perdebatan, tetapi Edy Rahmayadi mengambil keputusan dengan menghentikan sementara liga Indonesia sebagai bentuk belasungkawa serta memberi kesempatan untuk mengambil langkah perbaikan.
"Ini sudah kami laporkan kepada FIFA. Karena inilah bentuk belasungkawa kita, kami atas terjadinya meninggal dunia. Yang kedua memberikan waktu konsolidasi PSSI dengan liga dan klub. Inilah konsolidasi. Kami yang memnfasilitasi ini semua. Baru kita melanjutkan dalam kongres, ada aturannya. Baru kita susun SOP pengamanan yang lebih baik. Yang keempat kita laporkan kepada AFC dan FIFA. Yang kelima kami koordinasikan kepada pemerintah," jelas Edy Rahmayadi.
Terima Usulan Anies Baswedan
Dalam acara itu Edy Rahmayadi menyambut usulan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dengan sangat baik.
Sebelumnya Anies Baswedan mengusulkan agar dibentuk sebuah tim di tingkat provinsi untuk menganalisa para suporter sepakbola dan mengantisipasi potensi kerusuhan akiba pertandingan Sepakbola.
Edy Rahmayadi menganggap usulan itu sangat baik, dan memang belum pernah menjadi perhatian pemerintah.
Edy Rahmayadi kemudia memohon kehadiran negara untuk mempertegas dan memperjelas terkait pembinaan suporter sepakbola di Indonesia.
Sebab sampai saat ini pembinaan suporter sepakbola di Indonesia tak menjadi tupoksi dari PSSI.
"Jobdesknya PSSI tidak ada sampai pembinaan ke suporter. PSSI hanya membina sampai ke atlit, penyiapan atlit," ujar Edy Rahmayadi.
Makanya Edy Rahmayadi meminta kehadiran pemerintah untuk membina suporter.
"Terus siapa yang membina suporter. Kehadiran pemerintah ini kalau dia bermain di pemprov, ya gubernurnya itu yang bertanggungjawab. seperti tadi pak anies sampaikan, bertanggungjawab membentuk apa bagaimana, silahkan. Kalau mainnya di Malang, karena ada satu pemprov 2 klub disitu, Persebaya dan Arema, yang bertanggungjawab bupati disitu. Kenapa begitu? orang Malang beda dengan Papua. Yang tahu sifat orang Malang ya bupati malangnya itu. Nah ini mari kita nanti. Itu belum pak, mohon pak menpora. Kan tak bisa juga saya ngomong hei Pak Anies, kan saya nggak punya juga wewenang tak ada jalur komando saya sama Pak Anies. Tapi kalau sumatera utara percayakan, saya akan lakukan itu, karena saya Gubernur Sumatera Utara," beber Edy Rahmayadi.
(Sumber: tribunnews.com)
Edy Rahmayadi mengungkapkan hal itu di program acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang membahas mengenai tewasnya Jakmania Haringga Sirila lantaran dikeroyok oknum bobotoh pada Selasa, 25 September 2018.
Dalam ILC itu Edy Rahmayadi kelihatan sibuk membongkar data dari kertas-kertas yang ia bawa sebelum menyampaikan analisanya tentang mengapa suporter sepakbola Indonesia kerap berkelahi.
Karni Ilyas, pembawa acara ILC kelihatan bengong ketika Edy Rahmayadi sibuk membongkar datanya.
Berikutnya Edy Rahmayadi lalu membeberkan perbandingan jumlah pemain bola dan penduduk di beberapa negara untuk menganalisa mengapa suporter sepakbola Indonesia kerap berkelahi
"Spanyol itu pemain bolanyayang tercatat di FIFA ada 4,1 juta, dan penduduknya 46 juta 800 ribu. Jerman pemain sepakbolanya 6,3 juta, dan pendudukannya 80 juta. Indonesia pemain bolanya 76 ribu, penduduknya 250 juta. Inilah yang salah satu mengakibatkan suporter berkelahi. jangan pandang dulu, salah satunya itu. Makanya yang tanggap kehadiran pemerintah terhadap sepakbola itu sayasampai cium tangan itu sama mendikbud muhadjir. dialakukan para gala siswa, seluruh indonesia 34 propinsi. yang juara 1 ke barcelona, juara 3 ke asia," beber Edy Rahmayadi.
Karni Ilyas pun kelihatan bengong lalu tersenyum mendengar analisa itu.
Haringga Harusnya Tak Tewas
Pertandingan Persib Vs Persija menyisakan duka dengan tewasnya Haringga Sirila akibat dikeroyok oknum bobotoh.
Tapi tampaknya Haringga Sirila tak akan tewas apabila Panpel Persib Vs Persija mengikuti saran dan masukan dari Polrestabes Bandung.
Hal itu terungkap dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) edisi Selasa, 25 September 2018.
Kapolrestabes Bandung, Komisaris Besar Irman Sugema yang mengungkapkan hal itu ketika diberi kesempatan bicara dalam acara ILC.
Kombes Irman Sugema pun kemudian menjelaskan secara panjang lebar mengenai kronologis jalannya pengamanan pertandingan Persib Vs Persija.
Kombes Irman Sugema menjelaskan bahwa sejak awal pihaknya sudah tak setuju Panpel ingin menggelar pertandingan di hari Minggu 23 September 2018.
"Kami mengusulkan sejak awal bahwa pertandingan sebaiknya tidak hari minggu, kami mengusulkan kepada Panpel agar dilaksanakan pada hari Selasa," kata Kombes Irman Sugema.
Alasannya karena apabila pertandingan digelar di hari libur maka penonton akan terlalu membeludak, padahal kapasitas stadion hanya untuk 38.000 penonton.
Alasan kedua lantaran tanggal 23 September 2018 bertepatan dengan ditetapkannya masa kampanye.
Alasan ketiga, lanjut Kombes Irman Sugema, di hari minggu banyak kegiatan keluarga dari luar dari ke Bandung.
"Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebutlah maka kami usulkan (hari selasa)," ujar Kombes Irman Sugema.
Namun, kata Kombes Irman Sugema, Panpel pertandingan Persib Vs Persija tetap menginginkan pelaksanaan pertandingan di hari minggu.
Alasan Panpel dengan mempertimbangkan agar tak terjadi perubahan jadwal pertandingan.
Atas keinginan Panpel, Kombes Irman Sugema dan jajarannya meminta bimbingan kepada Kapolda Jawa Barat.
"Atas bimbingan dan petunjuk bapak kapolda kami coba membahas kembali bagaimana agar pertandingan ini menjadi kondunsif," kata Kombes Irman Sugema.
Hasilnya diputuskan agar pertandingan dilakukan di hari minggu, tetapi jadwalkan tak di malam hari, tetapi sore hari.
"Dengan harapan akan lebih ringan atau lebih mudah mengahadapi potensi konfliknya, serta juga mempertimbangkan sarana dan prasarana di stadion. Kemudian akhirnya disepakati untuk pertandingan pada minggu dan sore hari," ujar Kombes Irman Sugema.
Berikutnya personel pengamanan juga diperbanyak, yakni total personel menjadi 4.300 personel gabungan.
Polisi juga lalu memberi imbauan melalui wadah-wadah suporter agar Jakmania tak perlu datang ke Jakarta.
Polisi juga meminta Panpel mengantisipasi membeludaknya penonton dengan menyiapkan 6 layar besar untuk menonton di luar stadion.
Tapi rupanya Panpel ingkar janji terhadap polisi soal janji menyiapkan 6 layar besar di luar stadion.
Akibatnya psikologis penonton jadi buruk dan cenderung melakukan aksi-aksi anarkis di berbagai sudut di luar stadion.
Simak komentar lengkap Kapolrestabes Badung, Kombes Irman Sugema :
Perintah FIFA
FIFA ternyata langsung menyoroti tewasnya Jakmania Haringga Sirila akibat dikeroyok oknum bobotoh ketika pertandingan liga Gojek antara Persija Vs Persib pada Minggu, 23 September 2018.
Hal itu diakui Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, saat berbicara dalam acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa, 25 September 2018 malam.
Edy Rahmayadi yang diberi kesempatan menjelaskan memulai pembicaraan dengan mengucapkan belasungkawa untuk almarhum Haringga Sirila.
Edy Rahmayadi juga menegaskan bahwa dirinya sebagai ketua PSSI lah yang bersalah atas kasus tewasnya Haringga Sirila.
"Saat ini tak ada yang mau merasa salah, ya ketua umum PSSI yang salah, saya yang salah, walaupun di Metro TV ada tulisan ketua umum PSSI tak mau disalahkan katanya. Saya tak tahu itu, untung tidak dari TVOne. Kalau dari TVone sekarang saya protes, tapi TVOne tidak," kata Edy Rahmayadi.
Edy Rahmayadi yang sempat viral di twitter akibat sikapnya saat diwawancara presenter KompasTV ini kemudian menjelaskan bahwa sebagai Ketua PSSI dia amat menjaga keharmonisan bangsa Indonesia dengan FIFA.
"Kita sekarang begini, saudara-saudara saya. PSSI ini dibawah FIFA. Saya Ketua PSSI ini saya menjaga sekali keharmonisan bangsa Indonesia ini dengan FIFA. Makanya kalau bunyi disana-sini saya nahan aja gitu supaya tidak terjadi. Karena memang bukan hanya Indonesia, tetapi seluruh dunia tunduk kepada FIFA," terang Edy Rahmayadi.
FIFA menaruh perhatian serius terhadap kasus itu, bahkan FIFA memerintahkan beberapa hal kepada Edy Rahmayadi agar segera dilaksanakan.
"Contoh, kejadian kemarin FIFA langsung telepon. Apa yang terjadi? Lakukan, cepat ketahui itu tentang hukum, satu. yang kedua, bagaimana ke depan. itu perintahnya FIFA," jelas Edy Rahmayadi.
Berikutnya Edy Rahmayadi mengaku sudah menjalankan perintah FIFA dengan mengirim tim investigasi yang hasil kerjanya sudah dirapatkan pada Selasa, 25 September 2018 sore.
Hasil investigasi itu menimbulkan perdebatan, tetapi Edy Rahmayadi mengambil keputusan dengan menghentikan sementara liga Indonesia sebagai bentuk belasungkawa serta memberi kesempatan untuk mengambil langkah perbaikan.
"Ini sudah kami laporkan kepada FIFA. Karena inilah bentuk belasungkawa kita, kami atas terjadinya meninggal dunia. Yang kedua memberikan waktu konsolidasi PSSI dengan liga dan klub. Inilah konsolidasi. Kami yang memnfasilitasi ini semua. Baru kita melanjutkan dalam kongres, ada aturannya. Baru kita susun SOP pengamanan yang lebih baik. Yang keempat kita laporkan kepada AFC dan FIFA. Yang kelima kami koordinasikan kepada pemerintah," jelas Edy Rahmayadi.
Terima Usulan Anies Baswedan
Dalam acara itu Edy Rahmayadi menyambut usulan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dengan sangat baik.
Sebelumnya Anies Baswedan mengusulkan agar dibentuk sebuah tim di tingkat provinsi untuk menganalisa para suporter sepakbola dan mengantisipasi potensi kerusuhan akiba pertandingan Sepakbola.
Edy Rahmayadi menganggap usulan itu sangat baik, dan memang belum pernah menjadi perhatian pemerintah.
Edy Rahmayadi kemudia memohon kehadiran negara untuk mempertegas dan memperjelas terkait pembinaan suporter sepakbola di Indonesia.
Sebab sampai saat ini pembinaan suporter sepakbola di Indonesia tak menjadi tupoksi dari PSSI.
"Jobdesknya PSSI tidak ada sampai pembinaan ke suporter. PSSI hanya membina sampai ke atlit, penyiapan atlit," ujar Edy Rahmayadi.
Makanya Edy Rahmayadi meminta kehadiran pemerintah untuk membina suporter.
"Terus siapa yang membina suporter. Kehadiran pemerintah ini kalau dia bermain di pemprov, ya gubernurnya itu yang bertanggungjawab. seperti tadi pak anies sampaikan, bertanggungjawab membentuk apa bagaimana, silahkan. Kalau mainnya di Malang, karena ada satu pemprov 2 klub disitu, Persebaya dan Arema, yang bertanggungjawab bupati disitu. Kenapa begitu? orang Malang beda dengan Papua. Yang tahu sifat orang Malang ya bupati malangnya itu. Nah ini mari kita nanti. Itu belum pak, mohon pak menpora. Kan tak bisa juga saya ngomong hei Pak Anies, kan saya nggak punya juga wewenang tak ada jalur komando saya sama Pak Anies. Tapi kalau sumatera utara percayakan, saya akan lakukan itu, karena saya Gubernur Sumatera Utara," beber Edy Rahmayadi.
(Sumber: tribunnews.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »