Tanggapi Pernyataan Fahri Hamzah di ILC, Budiman Sudjatmiko: Aktivitasnya Merusak Kewarasan

Tanggapi Pernyataan Fahri Hamzah di ILC, Budiman Sudjatmiko: Aktivitasnya Merusak Kewarasan
BENTENGSUMBAR. COM - Politisi PDIP, Budiman Sudjatmiko memberikan tanggapan dari pernyataan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah.

Hal tersebut, Budiman Sudjatmiko sampaikan di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang tayang pada Selasa, 9 Oktober 2018.

Saat diberikan kesempatan untuk menyampaikan argumennya, Budiman langsung menyoroti pernyataan Fahri Hamzah.

Budiman menilai, bahwa Fahri Hamzah tidak konsisten dalam pernyataannya.

"Ada inkonsistensi dari pernyataan seorang Fahri Hamzah, dari sekian bulan, sekian tahun aktivitasnya untuk merusak kewarasan dan hari ini meminta kita untuk menjadi waras, saya senang bahwa people change menjadi lebih baik, karena apa yang disampaikan Fahri dan beberapa tokoh di sini, ada sekelompok orang yang tidak hanya nyaris membakar dirinya, tapi nyaris membakar rumah Indonesia," ujarnya.

Budiman menilai bahwa peristiwa hoaks Ratna Sarumpaet adalah peristiwa politik terlebih menjelang pemilihan presiden pada tahun 2019.

Menurut Budiman, pengakuan sepihak seseorang tidak cukup kuat dalam sebuah proses hukum sehingga polisi akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.

Budiman lantas menganalogikan kasus hoax Ratna Sarumpaet dengan sebuah sekelompok perampok yang sudah tidak kompak karena saling berebut hasil rampokan.

Setelah itu, Budiman Sudjatmiko memaparkan bahwa argumen Fahri Hamzah tidak memenuhi sebuah keindahan untuk dilontarkan di ruang-ruang politik, terlebih pada pada peristiwa yang menciptakan keonaran yang memenuhi syarat seperti retorika, orasi, inkonsistensi yang sangat mudah membakar bangsa Indonesia.

Setelah itu, Budiman menceritakan kilas balik kampanye kelompok Fahri Hamzah dan membandingkan peristiwa hoaks Ratna Sarumpaet dengan peristiwa mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok).

"Anda bayangkan etikanya, ketika anda berkampanye bareng selama 4 tahun, mengeluarkan hoax bareng, menyerang dengan orkestrasi irama, dan nada politik yang penuh kebencian, dan baru tahun lalu saja, anda menampikkan permintaan maaf seorang tokoh lain yang mengaku bersalah, dan sekarang kita diminta untuk membalik pemikiran kita, 180 derajat, saya tidak marah, saya tidak dendam, tapi saya melihat inkonsistensi," ujar Budiman Sudjatmiko.

Budiman menilai, bahwa di dalam politik tidak ada peristiwa yang kebetulan, ia menilai ada sebuah peristiwa yang sangat jelas.

"Peristiwa ini terlalu jelas, ada benang merah antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, yang memang menguras emosi kita, ada sebuah kondisi di mana emak-emak diklaim sekelompok orang tertetu dan diledakkan oleh seorang emak-emak 70 tahun yang dianiaya sekelompok pria berbadan kekar yang pengecut dan anonim itu, dan nyaris dia seperti bola salju api yang menggulung dan nyaris mereka, kelompok Bung Fahri yang ada di dalamnya, meski tidak resmi, tapi jelas masuk dalam retorika itu, mereka nyaris melukai tubuh bangsa ini dengan jenis luka yang susah disembuhkan dalam jangka waktu lama, dan sekarang kita diminta minum obat bius untuk melupakan rasa sakit itu, panas itu, perih itu, satu luka yang sebenarnya mereka yang tidak adil dalam membagikan hasil rampokannya," ucap Budiman Sudjatmiko.



Sebelumnya, Fahri Hamzah meminta agar kepolisian menghentikan kasus Ratna Sarumpaet pada ILC TVOne, Selasa, 9 Oktober 2018 malam.

Menurut Fahri, Ratna Sarumpaet sudah mengaku dan menyerah serta meminta agar kasus kebohongan ini difokuskan kepada dirinya.

Alasan Fahri agar kasus Ratna Sarumpaet ini dihentikan karena usianya yang sudah berusia 70 tahun sehingga ada kondisi-kondisi psikologis yang harus dijawab oleh psikolog. Fahri menjelaskan bahwa kasus ini menjadi masalah besar di kubu capres Prabowo Subianto karena reaksi spontan setelah foto wajah Ratna Sarumpaet beredar.

Menurut Fahri, setelah Ratna menggelar jumpa pers dan mengakui perbuatannya, hal ini harus dilihat sebagai masalah pribadi dan tidak perlu meluas menjadi masalah negara.

Fahri lantas menyampaikan bahwa Ratna Sarumpaet sudah menyerah dan mengaku kalah, bahkan akan meminta maaf kepada Prabowo Subianto dan publik.

Fahri lantas meminta agar kebohongan Ratnsa Sarumpaet tidak menjadi sebuah perkara dan tidak menjadikan legitimasi moral untuk menghujat Ratna Sarumpaet.

Diketahui, Ratna Sarumpaet resmi ditahan oleh polisi mulai malam ini di Polda Metro Jaya, Jumat, 5 Oktober 2018.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menyatakan, setelah melakukan pemeriksaan penyidik memutuskan untuk menahan aktivis Ratna Sarumpaet.

Ratna sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka kasus penyebaran informasi bohong atau hoaks, tentang penganiayaan dirinya.

"Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian kita temukan alat bukti petunjuk yaitu saksi, tersangka, penyidik telah melakukan penangkapan dan mulai malam ini penyidik melakukan penahanan (Ratna)," kata Argo, di Mapolda Metro Jaya, Jumat, 5 Oktober 2018.

Penyidik memutuskan menahan Ratna untuk 20 hari ke depan.
Alasan penahanan karena penyidik khawatir Ratna melarikan diri dan menghilangkan barang bukti.

"Alasan subyektivitas penyidik, jangan sampai melarikan diri dan menghilangkan barang bukti," ujar Argo.

Sebelumnya diberitakan, beberapa waktu belakangan ini masyarakat dihebohkan informasi pengeroyokan Ratna Sarumpaet di sekitar Bandara Husein Sastranegara Bandung pada 21 September.

Ratna mengaku dipukul hingga menyebabkan wajahnya bengkak usai menghadiri sebuah konferensi internasional.

Sejumlah tokoh penting turut menanggapi dan menyampaikan empatinya terhadap kejadian yang diceritakan Ratna.

Hingga akhirnya, Ratna mengaku bahwa kejadian tersebut hanya karangannya belaka.

(Sumber: tribunnews.com)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »