Tanggapi Soal Ajakan People Power, Dede: Maksud Mereka Apa?

Tanggapi Soal Ajakan People Power, Dede: Maksud Mereka Apa?
BENTENGSUMBAR.COM - Pengurus DHC 45 Padang, Dede Nuzul Putra menilai, ajakan people power sudah keterlaluan jika dikaitan dengan pemilihan umum 17 April 2019.

"Terlalu mengadu 'gerobak' kelompok 02 ini. Kita kan masih punya tatanan. Tarok lah, kalau KPU tidak dipercaya 02, KPU ini yang digantung dulu," ujar ketika dihubungi BentengSumbar.com, kemaren.

Dede mengakui memang ada sentimen kepada KPU selaku penyelenggara pemilu. KPU dianggap berpihak kepada penguasa. Tapi ia mengingatkan, kalau KPU dibentuk secara bersama di DPR.

"Ada sentimen KPU berpihak ke penguasa. Tapi kebaradaan KPU dibentuk oleh seluruh pihak di DPR. Sistem ini kan keputusannya keputusan bersama, bukan keputusan Jokowi sendiri, bukan keputusan PDIP," ungkap mantan anggota DPRD Kota Padang ini.

Kondisi yang ada diperparah dengan sentimen anti Cina. Apalagi ada wacana pemindahan Ibu Kota Negara dari Jakarta. Maka ketakutan Jakarta akan dikuasai Cina semakin dihembuskan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. 

"Tapi saya menilai, itu teori futuristik, teori-teori khayalan baru dan tidak semudah itu. Kalau masalahnya ketidakadilan, kita selesaikan ketidakadilan itu. Bukan adu 'garobak' dengan ajakan people power," ulasnya.

People power yang didengungkan tak bisa dilepaskan dari merebut kekuasaan. Menurut Dede, jika masih ada aturan hukum yang bisa ditempuh, maka harus diikuti terlebih dahulu.

"Secara hukum, jika masih ada aturan yang bisa diikuti, maka ikuti aturan terlebih dahulu. Persoalannya kan hanya kalah menang," ujarnya. 

People power akan terlaksana jika ada sekitar 80 persen rakyat yang tidak senang dengan kinerja Jokowi. Namun Dede melihat, sampai saat ini kinerja Jokowi masih bagus dan dia telah berbuat untuk negeri ini.

"Kalau people power itu kan ada sekitar 80 persen orang yang beranggapan Jokowi itu tida baik. Tapi kenyataannya, Jokowi didukung oleh 50 persen rakyat Indonesia. Kan hanya di Sumbar yang kalah 80 persen," jelasnya.

Berbeda dengan saat Soeharto jatuh melalui kekuatan rakyat, kata Dede. Pasalnya saat itu, 90 persen rakyat Indonesia menginginkan perubahan, sehingga Soeharto tumbang.

"Kalau saat ini kan tidak. Jokowi memiliki kekuatan 50 persen lebih, apa Prabowo mau adu 'garobak' gitu? Akan terjadi pertempuran dua kubu. Masyarakat akan berhadap-hadapan dengan masyarakat," pungkasnya.

Dede justru mempertanyakan orang-orang yang menyerukan people power tersebut. "Apa maksud mereka menyerukan people power, apa mau membuat ricuh dan mencabik-cabik negeri ini?" tanyanya.

(by) 

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »