Tengku Zulkarnain: Seandainya Beras Hanya Diimpor dari Prancis, Saya Lebih Memilih Makan Tiwul dan Berhenti Makan Nasi

Tengku Zulkarnain: Seandainya Beras Hanya Diimpor dari Prancis, Saya Lebih Memilih Makan Tiwul dan Berhenti Makan Nasi
BENTENGSUMBAR.COM - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Ustad Tengku Zulkarnain terus mengungkapkan protes atas tindakan Presiden Prancis Emmanuel Macron.


Bahkan, ulama asal Sumatera Utara itu membuat pernyataan mengejutkan publik.


Ia menegaskan, seandainya beras hanya diimpor dari Prancis saja karena tidak ada dari negara lain, maka dirinya lebih memilih makan tiwul dan berhenti makan nasi.


Pernyataan itu ia keluarkan melalui akun twitternya, tengkuzulkarnain @ustadtengkuzul pada Selasa, 3 November 2020, demi menunjukkan protes atas penghinaan yang telah dilakukan Macron pada nabi dan agama Islam.


"Seandainya beras hanya diimpor dari Prancis saja krn tidak ada dari negara lain. Saya lebih memilih makan tiwul dan berhenti makan nasi, demi menunjukkan protes saya atas penghinaan yg telah dilakukan Macron pada nabi dan agama kami.

(Tengku Zulkarnain, Kabar Petang TV One)," ujarnya, seperti dikutip BentengSumbar.com.


Protes terhadap pernyataan Macron secara resmi juga dikeluarkan MUI. MUI mengeluarkan imbauan kepada umat Islam Indonesia untuk memboikot segala produk asal negara Perancis.  


Seruan boikot MUI dilayangkan melalui surat pernyataan Nomor: Kep-1823/DP-MUI/X/2020 tertanggal 30 Oktober 2020. 


Selain aksi boikot, MUI juga meminta Presiden Perancis Emmanuel Macron mencabut ucapannya dan meminta maaf kepada Ummat Islam se-Dunia.


"MUI menyatakan sikap dan mengimbau kepada Ummat Islam Indonesia dan dunia untuk memboikot semua produk yang berasal dari negara Perancis," bunyi salah satu pernyataan dalam surat yang ditandatangani Wakil Ketua Umum MUI, Muhyiddin Junaidi dan Sekjen MUI Anwar Abbas itu. 


Pemboikotan ini sebagaimana yang telah diserukan oleh sejumlah negara lain, seperti Turki, Qatar Kuwait, Pakistan, dan Bangladesh. 


Boikot ini dilakukan setidaknya hingga Macron mencabut perkataannya dan meminta maaf pada Ummat Islam dunia yang disebut berjumlah 1,9 milyar jiwa di seluruh dunia.


MUI juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk menekan dan mengeluarkan peringatan keras kepada Perancis dengan cara menarik sementara Duta Besar Republik Indonesia yang ada di Paris.


Tak hanya itu, desakan juga dialamatkan pada Mahkamah Uni Eropa agar mengambil tindakan yang tegas. 


"Mendesak kepala Mahkamah Uni Eropa untuk segera mengambil tindakan dan hukuman kepada Presiden Perancis atas tindakan dan sikap Presiden Emmanuel Macron yang telah menghina dan melecehkan Nabi Besar Muhammad SAW," tulis surat tersebut. 


MUI mengajak semua pihak untuk menghentikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad dengan cara dan atas alasan apa pun, termasuk pembuatan karikatur. 


Termasuk bagi Muslim di Indonesia agar dalam menyampaikan pendapat bisa tetap menjaga kedamaian antar umat beragama. 


"Mengimbau kepada Ummat Islam Indonesia agar kiranya dalam menyampaikan aspirasi hendaknya dilakukan secara damai dan beradab," imbau MUI. 


MUI mengacu pada pernyataan Komisi HAM PBB yang menganggat penghindaan juga pelecehan pada Nabi Muhammad SAW tidak termasuk dalam kebebasan berekspresi. 


Sehingga mengecam apa yang dilakukan oleh Presiden Macron, dan menyebutnya sebagai Kepala Negara yang angkuh dan sombong, juga tidak menghiraukan masyarakat dunia lainnya, termasuk Umat Islam.


Sebelumnya, Presiden Macron beberapa waktu lalu mengomentari pembunuhan terhadap seorang guru di luar Kota Paris yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad pada murid-muridnya di kelas. 


Menurut Macron aksi pembunuhan ini merupakan serangan terhadap kebebasan berbicara sehingga pihaknya menyebut akan melawan "separatisme Islam" yang ada.


Pernyataannya ini memicu reaksi negatif dari berbagai pihak di dunia, khususnya negara-negara yang dihuni oleh penduduk Muslim, seperti Indonesia, Malaysia, Turki, Kuwait, dan lain sebagainya. 


(by)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »