Kaget RI Mau Impor Beras 1 Juta Ton, Faisal Basri: Ulah Pemburu Rente

BENTENGSUMBAR.COM - Rencana Indonesia impor beras 1 juta ton menjadi polemik belakangan ini. Ekonom Senior Faisal Basri mengaku kaget dengan rencana tersebut.

Faisal kaget dengan rencana impor beras karena tren produksi dalam negeri terus mengalami kenaikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras pada 2020 sebesar 31,33 juta ton atau naik 0,07% dibanding 2019 yang sebesar 31 juta ton. 

Potensi produksi Januari-April 2021 juga diperkirakan naik 26,84% menjadi 14,54 juta ton dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Kalau kita lihat untuk beras dari berbagai informasi yang saya kumpulkan ada kecenderungan produksi beras ini naik terus walaupun landai. Lagi-lagi saya terkejut dengan rencana impor beras di tengah tren seperti ini," kata Faisal dalam webinar Reformulasi Kebijakan Perberasan, Senin, 22 Maret 2021.

Di samping itu, tren konsumsi beras disebut mengalami penurunan karena pemerintah terus mendorong diversifikasi pangan. Oleh karena itu, stok harusnya dari waktu ke waktu berkurang. Faisal menyebut alasan impor beras jika untuk stok hanyalah alasan pemburu rente.

"Masa stoknya segitu-segitu dari waktu ke waktu, stoknya juga harus berkurang. Ini kan justifikasi saja buat para pemburu rente, stoknya (harus) banyak makanya impor. Logikanya kalau kita makin maju, stok makin berkurang karena pasar makin jalan," ucapnya.

Faisal pun menyinggung Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang menuduh bahwa mereka telah memanipulasi hasil rakortas agar impor beras.

"Ini kan ulah Lutfi saja sama Airlangga Hartarto kan yang manipulasi Rakortas. Tidak ada hasil di Rakortas itu menyatakan akan impor. Kenapa sih kita buntu membahas masalah ini? Karena kita tidak membahas pemburu rente. Jadi yang sudah bagus itu dirusak oleh tindakan pemburu rente yang bisa menikmati keuntungan kalau mengimpor," ucapnya.

Penolakan impor beras juga diserukan oleh Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Masyhuri. Di saat panen raya seperti ini, menurutnya impor beras hanya akan merugikan petani karena mereka tidak bisa mendapatkan harga yang wajar.

"Sekarang waktu panen raya tiba, produksi berlimpah, yang seharusnya Bulog menyerap gabah petani. Rencana impor beras akan menurunkan harga, petani tidak akan menikmati harga yang wajar. Mestinya pemerintah tidak impor dulu," ucapnya.

Source: detikcom

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »