Kuntadhi Urai Ciri-ciri Ulama Ngawur: Jenggotan, Celana Cingkrang, Kuplukan

Kuntadhi Urai Ciri-ciri Ulama Ngawur: Jenggotan, Celana Cingkrang, Kuplukan
BENTENGSUMBAR.COM - Baru-baru ini, pegiat media sosial yang belakangan dituding sebagai buzzer pemerintah, Eko Kuntadhi bicara mengenai fenomona keagamaan di Indonesia. Bahkan, dia mengurai ciri-ciri pemuka agama atau ulama yang pola pikirnya ngawur. Lantas, apa saja gerangan?


Disitat dari video berjudul ‘Ustaz-ustaz Asal Mangap!’ di saluran Youtube CokroTV, Kuntadhi pertama-tama membeberkan sejumlah kasus ‘lucu’ yang melibatkan pemuka agama di Indonesia. Mulai dari mereka yang menyebut tepuk tangan budaya Yahudi, mengharam-haramkan pakai seragam bola, hingga larangan mendengar lagu Balonku.


Menurut Kuntadhi, fenomena tersebut mengubah citra Islam yang seharusnya suci, indah, dan sakral, menjadi bahan guyonan publik. Menariknya, Kuntadhi telah melakukan pengamatan, dan merangkum ciri-ciri pendakwah yang memiliki paham demikian.


“Kalau diperhatikan secara fisik saja, orang-orang jenis ini, yang bicara agama dalam template ngawur, ciri-cirinya hampir sama. Coba, perhatikan deh,” ujar Kutadhi, dikutip Minggu 2 Mei 2021.


Biasanya, kata dia, ulama yang kerap bicara ngawur memelihara jenggot atau bulu-bulu halus di area wajah. Padahal, secara genetika, orang Indonesia tak seharusnya berjenggot panjang.


“Jenggotnya pasti mablang. Kelompok ini juga meyakini, pelihara jenggot sebagai suatu keharusan. Meski secara genetik, orang Indonesia tak bakat jenggotan, tapi dipaksa-paksain. Akibatnya cuma tiga (helai) brewok atau jenggotanya yang tumbuh.”


Bukan hanya jenggot, Kutadhi melihat, sosok tersebut umumnya memakai pakaian yang berbeda dari masyarakat biasa. Selain bercelana cingkrang, mereka juga menggunakan baju koko panjang ala Timur Tengah, serta kupluk di kepalanya.


“Secara pakaian, ini hampir mirip semua mereka. Celananya cingkrang, bajunya koko panjang ala lelaki Afghanistan tuh. Terus kadang-kadang dibalut rompi, alas kakinya sering menggunakan sepatu sandal atau sepatu gunung, terus biasanya mengenakan kupluk.”


“Mereka pasti menghindari, atau jarang memakai sarung atau kopiah hitam. Karena sarung dan peci hitam itu masih ada bau-bau Indonesia-nya. Mereka jadi enggak suka.”


“Saya ingin mengatakan, di tangan gerombolan ini, agama Islam yang indah dan sakral, menghargai kemanusiaan, jadi lucu dan menggelikan,” kata dia.


Source: Hops.id

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »