Catatan Wisnu Anggara: Mengenal Tradisi Makan Bajamba

Catatan Wisnu Anggara: Mengenal Tradisi Makan Bajamba
TRADISI yang ada di wilayah Minangkabau sangat beragam jenisnya. Keberagaman jenis tradisi yang ada pada masyarakat Minangkabau dapat dilihat dengan adanya perbedaan serta kekhasan pelaksanan tradisi tersebut di masing-masing daerah minangkabau. Terdapat berbagai jenis tradisi yang ada pada masyarakat, salah satu tradisi yang masih bertahan hingga saat ini ialah tradisi makan bajamba 


Makan bajamba adalah tradisi makan bersama yang sering dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. tradisi ini biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu seperti acara adat dan acara keagamaan, ataupun sering dilakukan pada acara keluarga untuk sebagai ajang menjalin tali silaturahmi dan bentuk kebersamaan dalam hidup bermasyarakat dan kekeluargaan, makan bajamba juga menjadi ajang meyetarakan derajat dalam hidup bermasyarakat. 


Makan bajamba ini biasanya dilakukan ditempat yang terbuka dan di alas Lapiak atau tikar, piring dan semua makanan disusun dari ujung lapiak sampai ke ujung lapiak yang lainya. Semua masyarakat yang ikut serta dalam makan bajamba akan duduk berjejer sambil menikmati sajian yang sudah ada di depan mereka. Pada saat makan meski semua orang sama-sama duduk di lapiak tetapi ada sedikit perbedaan antara cara duduk Laki-laki dan duduk perempuan, Laki-laki biasanya duduk baselo (bersila) sedangkan perempuan biasanya duduk bersimpuh. 


Jamba atau yang lebih dikenal dengan dulang yang didalamnya di susun piring-piring dengan lauk pauk di dalam piring itu masing-masing. Setelah dulang disusun dengan bentuk yang mengerucut ke atas, maka setelah itu dulang akan ditutup dengan kain khas Minangkabau. Setelah ditutup dengan kain inilah maka ia disebut dengan jamba. Jamba biasanya dibawa oleh ibuk-ibuk yang berpakaian khas Minangkabau.


Dalam makan bajamba banyak aturan-aturan yang harus dipatuhi agar tidak ada yang merasa terganggu dengan tindakan kita. Selain itu, kita juga harus mendahulukan orang yang lebih tua untuk menyuap nasi. Setiap orang yang makan hanya boleh mengambil nasi yang berada di depannya saja, tidak boleh mengambil punya orang lain. Dalam makan bajamba kita juga tidak boleh mengeluarkan suara, atau yang biasa disebut oleh orang Minang makan mancapak. 


Dalam makan bajamba kepala tidak boleh menunduk, karena nantinya bisa menghalangi yang lainnya untuk bisa leluasa dalam menyuap nasi. Setelah itu dalam makan bajamba kita harus menghabiskan semua nasi yang ada di hadapan kita, tidak boleh ada yang tersisa. Jika kita selesai lebih dahulu dari yang lain, belum dibolehkan mencuci tangan dan harus menunggu yang lainnya selesai makan.


Tradisi makan bajamba mempunyai beberapa manfaat seperti melatih diri untuk selalu terbiasa berbagi dalam kebersamaan. Dan ketika proses makan bajamba diharapkan semua kalangan masyarakat baik yang muda atau orang tua dapat berbaur dalam kebersamaan tanpa memandang status masing-masing. 


Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari makan bajamba seperti nilai-nilai kebersamaan, di mana saat makan bajamba tidak ada perbedaan status sosial yang terlihat. Semuanya makan bersama-sama dan secara tidak langsung akan mempererat tali silaturrahmi antara sesama, menanamkan nilai sopan santun, saling menghargai dan menghormati orang lain.


*Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Minangkabau Universitas Andalas

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »