Ketua DPR Puan Maharani Ajak Pers Berantas Hoaks Demi Sukseskan dari Pemulihan Pandemi

BENTENGSUMBAR.COM - Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti sejumlah informasi hoaks yang masih gencar disebarkan di media sosial oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Menurut Puan, di sini peran pers sangat penting, bahkan menjadi hulu sungai informasi dalam memberantas hoaks.

“Rekan-rekan media yang saya cintai. Kalian adalah prajurit-prajurit yang berada di garda terdepan untuk menumpas berita-berita hoaks yang meresahkan masyarakat. Saat ini semua elemen bangsa harus bersatu, jangan terpecah-belah akibat disinformasi,” kata Puan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 31 Juli 2021.

Sebelumnya sempat beredar video yang membuat heboh jagat maya, tersebar melalui media sosial yang berisi potongan video dari Kompas TV. Dalam potongan video tersebut menyebutkan bahwa terdapat 14 rumah sakit yang positif menggunakan vaksin palsu.

Sejumlah massa dalam video mendatangi pihak rumah sakit untuk meminta pertanggungjawaban. Pihak kepolisian pun terlihat hadir menengahi warga yang datang berbondong-bondong.

Sementara itu, Kompas TV dalam rilis resminya telah menyampaikan bahwa video yang beredar di media sosial tersebut adalah berita lama sebelum pandemi muncul. Potongan video itu merupakan pemberitaan dari Kompas TV terkait pengungkapan vaksin palsu untuk Balita pada 2016, bukan vaksin Covid-19 palsu sebagaimana hoaks yang beredar di media sosial.

“Para penyebar hoaks ini semakin kreatif, mereka memotong video yang sudah ada, diambil dari sumber yang kredibel, lalu diedit dan dibuatkan narasi baru yang meresahkan masyarakat,” ucap mantan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK).

Oleh karena itu, warga dunia maya sebaiknya berhati-hati ketika mendapatkan kabar-kabar yang mencurigakan semacam itu. Padahal ketika diperhatikan dengan seksama, sebenarnya banyak kejanggalan dalam video berdurasi pendek tersebut.

Dalam video terlihat orang-orang tidak menggunakan masker sama sekali, bahkan aparatur kepolisian yang hadir tidak menerapkan protokol kesehatan. Padahal dalam kondisi pandemi, tidak mungkin mereka yang berada di garda terdepan abai terhadap prokes.

“Ketika mendapatkan berita-berita mencurigakan, apalagi narasinya bombastis, reaksi pertama kita harus curiga dulu. Jangan mudah percaya. Konfirmasikan dulu informasi ini dengan membaca berita di media atau surat kabar,” tutur mantan jurnalis ini.

Menurut Puan, kecepatan penyebaran hoaks memang begitu masif sehingga para awak media mesti gesit menanggapi dan mengkonfirmasikan semua informasi bohong ini. Media dapat memberikan edukasi dan informasi tepercaya bagi pembacanya agar masyarakat semakin cerdas dalam menanggapi hoaks.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) telah menemukan setidaknya 1.670 hoaks terkait Covid-19. Temuan tersebut berdasarkan penanganan sebaran isi hoaks terkait selama periode 23 Januari 2020 sampai dengan 25 Juni 2021.

Kemkominfo juga menyatakan bahwa terdapat 3.690 pengajuan takedown sebaran hoaks Covid-19 di media sosial. Sebanyak 3.075 di antaranya di platform Facebook, 540 di Twitter, 49 di YouTube, sisanya sebanyak 26 di Instagram.

Dari jumlah tersebut yang telah ditindaklanjuti sebanyak 3.269, terdiri Facebook (2.733), Twitter (469), YouTube (45), dan Instagram (22).

Maraknya hoaks terkait Covid-19 tersebut, Puan mengingatkan bahwa ini dapat menghambat program vaksinasi yang sedang digencarkan pemerintah. Padahal, vaksin merupakan solusi agar Indonesia bisa segera menekan angka penyebaran Covid-19 dan mendorong percepatan pemulihan ekonomi dan sosial.

“Kita berkejaran dengan waktu. Vaksinasi ini bisa menyelamatkan ribuan nyawa. Agar masyarakat memahami pentingnya vaksin ini, mereka harus mendapatkan informasi yang benar. Hoaks bisa memperlambat kita untuk pulih dari pandemi,” ucap Puan.

Hoaks memang terjadi di mana saja di belah dunia ini. Bahkan negara sekelas Amerika Serikat juga masih berjibaku dengan kabar-kabar bohong yang menghalangi suksesnya program vaksinasi.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa disinformasi di media sosial tentang Covid-19 dan vaksinasi dapat membunuh orang. Pasalnya banyak warga AS masih yang menolak vaksinasi meskipun ketersediaannya mudah. Mereka terjerat berita palsu yang membangun skeptisisme dalam diri mereka.

“Berita hoaks ini memang pekerjaan rumah semua negara. Belum ada tempat yang aman dari gencaran hoaks ini. Jadi solusinya, pemerintah harus menggandeng media massa untuk bersama-sama bekerja melawan hoaks. Yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan literasi digital masyarakat agar lebih cerdas dalam menanggapi berita dusta,” kata Politikus PDI Perjuangan ini.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »