Ketua DPR Puan Maharani: Indonesia Berpotensi Jadi Negara Ekonomi Digital Nomor Satu di Asia Tenggara pada 2025

BENTENGSUMBAR.COM - Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan bahwa pandemi Covid-19 dapat menjadi momentum bagi para pelaku usaha untuk bertransformasi melalui digital. Dengan demikian, lanjut Puan, industri-industri di Indonesia bisa lebih kompetitif, memiliki ketahanan, dan mampu mendukung pemulihan ekonomi nasional.

“Covid-19 telah mengubah cara hidup banyak orang. Sekarang semuanya serba online. Belanja online, pesan makanan online, jasa pembayaran online, kuliah online. Jadi ini merupakan peluang nyata yang harus dimanfaatkan,” kata mantan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini.

Oleh karena itu, perkembangan sektor layanan keuangan digital (financial technology), teknologi kesehatan (health-tech), dan teknologi pendidikan (ed-tech) diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di tengah masyarakat.

Terlebih lagi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan bahwa Indonesia bisa menjadi negara dengan ekonomi digital nomor satu di Asia Tenggara pada tahun 2025.

Proyeksi tersebut berdasarkan laporan e-Conomy SEA yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company yang mengungkap bahwa ekonomi digital di Indonesia secara keseluruhan mencapai 44 miliar dollar AS setara Rp 624,2 triliun pada 2020.

Sementara pada 2025, angkat tersebut diperkirakan melesat hampir tiga kali lipat mencapai sekitar 124 miliar dollar AS. Jauh meninggalkan negara Asia Tenggara lain yang hanya bisa mencapai 22 miliar-53 miliar dollar AS pada tahun 2025 mendatang.

Dalam laporan berjudul “At full velocity: Resilient and Racing Ahead” tersebut, sektor perdagangan elektronik tercatat tumbuh 54% menjadi 32 miliar dollar AS pada 2020, dari sebelumnya 21 miliar dollar AS pada 2019.

“Indonesia ini juga punya potensi SDM yang luar biasa besar untuk berkembang di industri digital. Dari total 272 juta penduduk Indonesia, 137 juta di antaranya adalah angkatan kerja. Lalu lebih dari 70% penduduk kita pengguna aktif internet,” ucap mantan Menko PMK ini.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam surveinya mencatat jumlah pengguna internet pada 2019-2020 mencapai 196,71 juta atau setara 73,7% dari total penduduk yang sebanyak 266,91 juta jiwa. Jumlah ini meningkat dari 2018 yang setara 64,8% dari total penduduk.

“Sekarang tantangan besarnya adalah jangkauan konektivitas internet yang harus diperluas sampai ke pelosok negeri agar semua rakyat bisa menikmati internet yang cepat. Ini penting untuk memperluas pasar digital juga,” kata dia.

Kembali ke laporan e-Conomy SEA, secara sektor e-commerce masih menjadi yang paling menjanjikan untuk terus tumbuh di masa depan. Pada masa pandemi Covid-19, sektor ini menjadi yang paling tangguh dengan taksiran pertumbuhan nilai total transaksi (GMV) 54% atau 32 miliar dollar AS pada 2020. Proyeksi pada 2025 bahkan mencapai 83 miliar dollar AS.

Pertumbuhan tersebut didorong pula oleh aktivitas masyarakat Indonesia yang mencoba berjualan lewat kanal digital. Google mencatat terdapat pertumbuhan hingga 5 kali lipat jumlah supplier lokal yang berjualan daring karena pandemi.

Di samping itu, waktu pemanfaatan digital rata-rata per hari selama pandemi untuk tujuan pribadi tercatat meningkat, dari 3,6 jam sebelum pandemi menjadi 4,7 jam selama PSBB dan kemudian 4,3 jam setelah PSBB.

Di Indonesia pun, 37% konsumen digital menggunakan layanan baru karena pandemi. Lebih dari setengah atau sekitar 56% konsumen digital baru berasal dari daerah non-metro dan 93% dari mereka mengaku akan terus menggunakan setidaknya satu layanan digital setelah pandemi berakhir.

Hasil survei Bank DBS Indonesia pada 22 September 2020 semakin memperlihatkan peluang besar sektor e-commerce. Tercatat 66% responden akan beralih berbelanja produk non-makanan dari toko fisik ke e-commerce usai pandemi Covid-19.

“Literasi digital juga masih harus digencarkan di seluruh lapisan masyarakat karena masih ada juga yang belum memiliki rekening bank. Padahal ini penting untuk perkembangan fintech. Pelaku UMKM juga harus dibantu untuk go-digital,” kata Puan.

Berdasarkan catatan Kementerian Koperasi dan UMKM, pada 2020 terdapat 129 juta penduduk Indonesia yang menggunakan e-commerce dengan nilai transaksi mencapai Rp 266 triliun.

Tak hanya peluang menggerakkan roda perekonomian bangsa, kata Puan, industri digital juga berpotensi mendorong penyerapan tenaga kerja. Dengan demikian, tingkat pengangguran di Indonesia bisa berkurang.

Tercatat, jumlah startup milik Indonesia ada lebih dari 2.100, dengan empat unicorn dan satu decacorn. Apalagi, arus pendanaan tampaknya akan tetap solid di Indonesia, dengan dibukukannya 202 kesepakatan investasi senilai 2,8 miliar dollar AS selama paruh pertama 2020, dibandingkan total 3,2 miliar dollar AS dari 355 kesepakatan investasi sepanjang 2019.

“Tapi jangan lupa peluang digital ini juga berpotensi meningkatkan kejahatan cyber. Ini harus bisa diantisipasi,” ucap Puan

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »