Kenalan dengan Angkie Yudistia, Penyandang Disabilitas yang Jadi Stafsus Presiden

PADA 2019 silam Presiden Joko Widodo menunjuk 7 orang anak muda untuk menjadi staf khusus Presiden. Salah satunya adalah  Angkie Yudistia. Beberapa dari kita mungkin terdengar asing saat mendengar namanya. Tapi, perlu diketahui kalau perempuan kelahiran Medan, 5 Juni 1987 ini merupakan penyandang disabilitas yang berpengaruh di Indonesia.

Terkait kisah hidupnya, saat berusia 10 tahun, Angkie harus rela kehilangan pendengaran nya. Hal itu rupanya dipicu karena konsumsi  obat-obatan antibiotik ketika ia mengidap penyakit malaria.

Angkie mengaku kalau dirinya tidak menyadari jika saat itu ia mengalami gangguan pendengaran. Sampai akhirnya ia tersadar ketika ia tidak bisa mendengar saat namanya dipanggil oleh orang lain. 

Harus kehilangan pendengaran saat usianya beranjak remaja, tentu hal yang tidak mudah ia jalani. Tak jarang, Angkie menjadi tidak percaya diri dan tertekan. Menurutnya, ia membutuhkan waktu sedikitnya 10 tahun untuk bisa bangkit dari kondisinya dan menerima keadaan. 

Lulusan Ilmu Komunikasi London School of Public Relations Jakarta ini akhirnya memutuskan untuk mengubah pola pikirnya. Mau tidak mau, ia harus bisa menerima segala kekurangannya kala itu. Tujuannya adalah satu, agar ia bisa menikmati hidup selayaknya manusia lain. 

Angkie pernah bercerita, jika salah satu dosennya di kampus pernah memberikan pesan agar ia bisa jujur terhadap diri sendiri dan orang. Hal itu bertujuan agar orang lain bisa mengapresiasi kejujuran kita. Setelah berbuat hal tersebut, Angkie dibuat yakin oleh perkataan sang dosen. Sebab, saat dirinya berkata jujur, ternyata orang lain malah sangat membantu keadaannya. 

Di luar segala keterbatasan yang dimilikinya, Angkie justru mampu menjadi finalis Abang None Jakarta 2018. Tak hanya itu saja, di tahun yang sama, ia juga sempat didapuk menjadi "The Most Fearless Female Cosmopolitan 2008".

Mendirikan Thisable Enterprise

Sebagai seorang penyandang disabilitas, Angkie sadar diri kalau ia akan kesulitan dalam memperoleh pekerjaan. Oleh karena itu, pada 2011, ia pun mendirikan Thisable Enterprise bersama rekan-rekannya, tujuannya tidak lain tidak bukan adalah untuk membantu memberdayakan orang-orang di luar sana yang memiliki keterbatasan.

Bersama Thisable Enterprise, ia berhasil menjalin kerja sama dengan Gojek Indonesia, dimana ia membantu mempekerjakan para penyandang disabilitas di Go-Auto dan Go-Glam.

Tidak sampai di situ saja, dengan adanya Thisable Enterprise, Angkie juga turut  mengembangkan ide kreatif untuk membuat berbagai produk, salah satunya produk kecantikan.

Dari dalam lubuk hatinya, Angkie percaya bahwa penyandang disabilitas juga memiliki hak untuk berkembang. Baginya, mereka juga adalah aset yang dimiliki negara. 

Bagi Angkie, bisa mendirikan Thisable Enterprise adalah sebuah anugerah. Ia jadi teringat momen saat orang lain tidak banyak memberinya kesempatan untuk berkarya. Oleh sebab itu, dengan keberadaan Thisable Enterprise, ia ingin bisa menciptakan akses bagi para difabel, agar memiliki kesetaraan dengan masyarakat pada umumnya.

Angkie menyebut jika Thisable Enterprise memiliki beberapa visi dan misi mulia, salah satunya sosial bisnis for society profit yang menangani CSR perusahaan bagi anak-anak difabel. Melalui wadah tersebut, Angkie juga mencoba membantu mencarikan perusahaan yang mau menerima para difabel agar mereka bisa bekerja. 

Untuk mewujudkan misinya, bersama Thisable Enterprise, Angkie menjalin kolaborasi dengan para stakeholder dan perusahaan swasta yang mau menerima kaum difabel untuk bekerja secara profesional. 

Angkie meyakini kalau perjuangannya masih belum selesai dan ia pun tidak akan berhenti sampai di sini saja. Ia masih memupuk harapan agar tidak ada lagi gate antara difabel dan non difabel. 

Sebelumnya mendirikan Thisable Enterprise, Angkie sempat bekerja di beberapa perusahaan besar, seperti IBM Indonesia dan Geo Link Nusantara.  Walau dirinya adalah penyandang disabilitas, akan tetapi Angkie adalah anggota Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Sosoknya dikenal oleh masyarakat sebagai perempuan yang inspiratif.

Keterbatasan yang dimilikinya tidak ia jadikan penghalang untuk bisa mewujudkan mimpi. Angkie justru bisa sukses dengan torehan prestasi yang berhasil diraihnya. Pada 2011, ia meluncurkan buku yang diberi judul  "Perempuan Tunarungu Menembus Batas". Berselang 8 tahun, disusul oleh "Setinggi Langit" (2013), dan "Become Rich as Sociopreneur" (2019). (Anne T – Anggota Perempuan Indonesia Satu)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »