Pandemi Menjadi Faktor Adanya Kesenjangan Gender, Begini Perjuangan Puan Maharani

BENTENGSUMBAR.COM - Kesenjangan gender makin hari makin memprihatinkan dalam sektor ekonomi. Menurut laporan Kesenjangan Gender Global 2021 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia pada Maret 2021 mengungkapkan karena dampak pandemi covid-19 terus dirasakan, untuk menutup kesenjangan gender global telah meningkat satu generasi dari 99,5 tahun menjadi 135,6 tahun. 

Kemajuan menuju kesetaraan gender terhenti di beberapa sektor ekonomi dan industri besar. Ini sebagian karena perempuan lebih sering bekerja di sektor-sektor yang paling terpukul oleh penguncian (lockdown). Selain itu, beban mereka semakin bertambah di rumah dengan adanya penutupan sekolah.

Selain itu, memasuki tahun ke-15, menjadi tolok ukur evolusi kesenjangan berbasis gender di empat bidang, yakni partisipasi dan peluang ekonomi, pencapaian pendidikan, kesehatan dan kelangsungan hidup, serta pemberdayaan politik. 

Laporan ini juga mengkaji pendorong kesenjangan gender dan menguraikan kebijakan dan praktik yang diperlukan untuk pemulihan inklusif gender.

Tercatat, kemerosotan pada tahun 2021 sebagian disebabkan oleh melebarnya kesenjangan gender di bidang politik di beberapa negara berpenduduk besar (lihat grafik). Meskipun lebih dari setengah dari 156 negara yang diindeks mencatat peningkatan, perempuan hanya memegang 26,1% kursi parlemen dan 22,6% posisi kementerian di seluruh dunia. 

Dengan kondisi saat ini, untuk menutup kesenjangan gender di ranah politik diperkirakan membutuhkan waktu 145,5 tahun. Padahal, dalam laporan WEF tahun lalu, mereka memprediksi kesenjangan bisa diatasi sekitar 95 tahun lagi. Itu artinya semakin melebar lebih dari 50%.

Sementara itu, kesenjangan gender di bidang ekonomi hanya mengalami sedikit perbaikan sejak edisi 2020 dan diperkirakan akan memakan waktu 267,6 tahun lagi untuk menutupnya.

Kemajuan yang lambat disebabkan oleh tren yang berlawanan - sementara proporsi perempuan di antara profesional terampil terus meningkat, kesenjangan pendapatan tetap ada dan hanya sedikit perempuan yang terwakili dalam posisi manajerial.

Dengan begitu, kesenjangan gender dalam pendidikan dan kesehatan hampir tertutup. Di bidang pendidikan, meski 37 negara telah mencapai kesetaraan gender, dibutuhkan waktu 14,2 tahun lagi untuk sepenuhnya menutup kesenjangan ini karena kemajuan yang melambat. Di bidang kesehatan, lebih dari 95% kesenjangan gender ini telah ditutup, mencatat penurunan marjinal sejak tahun lalu.

Menurut Managing Director, World Economic Forum, Saadia Zahidi, pandemi secara fundamental berdampak pada kesetaraan gender di tempat kerja dan di rumah, memutar mundur kemajuan yang telah dicapai bertahun-tahun. Jika kita menginginkan ekonomi masa depan yang dinamis, penting bagi perempuan untuk terwakili dalam pekerjaan masa depan.

"Sekarang, lebih dari sebelumnya, sangat penting untuk memfokuskan perhatian kepemimpinan, berkomitmen pada target yang tegas, dan memobilisasi sumber daya. Ini adalah momen untuk menanamkan kesetaraan gender dengan desain ke dalam pemulihan, ”kata Saadia Zahidi.

Kesetaraan Gender

Melihat hal itu, Ketua DPR RI Puan Maharani terus memperjuangkan kesetaraan gender dalam setiap aksinya. Puan bisa dibilang sebagai simbol kedigdayaan politik perempuan saat ini.

Sosok Puan bisa dibilang sebagai simbol kedigdayaan politik perempuan saat ini. Sayangnya, banyak perempuan di Indonesia yang susah mendapatkan privilege politik. Jika melihat data, merujuk pada laporan Investing in Women Australia, kesenjangan perempuan dalam politik di Indonesia berada pada skor 0,227 dari 1.00.

Secara keseluruhan, Indonesia berada di peringkat 10 di Asia Pasifik untuk kategori ini. Kondisi ini tentu saja tidak baik mengingat dalam konteks politik, peran perempuan teramat penting dalam mewujudkan kebijakan publik pro kesetaraan gender.

Di samping itu, walaupun telah ada peraturan pengarusutamaan gender dalam politik, misalnya dengan kuota 30% perempuan di parlemen, nyatanya angka tersebut tak pernah benar-benar terpenuhi. Kondisi ini terjadi karena memang dominasi budaya politik maskulin yang masih amat tinggi dalam sistem politik Indonesia.

Perlu diketahui, kini banyak persoalan yang dihadapi perempuan di Indonesia tak pernah terselesaikan dengan baik. Data menunjukkan bahwa angka kekerasan seksual di Indonesia menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Laporan CATAHU Komnas Perempuan 2019, menyebutkan terdapat 406.178 kasus kekerasan seksual. Masih tingginya angka tersebut menjadi sebuah keprihatinan tersendiri mengingat negara seringkali abstain membela hak-hak perempuan, bahkan dilevel paling dasar sekalipun.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »