Belum Banyak Tahu, Puan Maharani dan Muhammadiyah Ternyata Punya “Hubungan Darah”

BENTENGSUMBAR.COM - Sepertinya ikatan antara Muhammadiyah dan Ketua DPR RI Puan Maharani semakin erat. Baru-baru ini dalam Resepsi Milad ke-109 Muhammadiyah, Puan menyampaikan apresiasi sekaligus memuji peran besar Muhammadiyah kepada bangsa, termasuk dalam penanganan pandemi Covid-19.

“Selama 109 tahun, Muhammadiyah telah berkhidmat untuk bangsa dan negara. Muhammadiyah terus melayani masyarakat dalam segala aspek pengabdian. Misalnya di bidang pendidikan, kesehatan, sosial ekonomi, dan  lain-lain sambil terus menjalankan dakwah Islam,” kata Puan.

Salah satu bentuk nyata pengabdian Muhammadiyah adalah bagaimana organisasi besar Islam di Indonesia ini membantu berbagai program penanganan pandemi Covid-19. Puan menyebut banyak kader Muhammadiyah yang turun langsung ke masyarakat memberikan bantuan di berbagai sektor, termasuk kesehatan.

“Tentu kita tak lupa dengan peran pengabdian kemanusiaan Muhammadiyah dalam penanganan Covid-19 melalui rumah sakit Muhammadiyah di seluruh Indonesia,” ungkapnya.

Puan yakin pandemi Covid-19 di Indonesia dapat cepat teratasi dengan kerja sama seluruh elemen bangsa, yang di dalamnya juga terdiri dari kader-kader Muhammadiyah.

“Dengan gotong royong Muhammadiyah bersama komponen masyarakat lainnya, kita optimis dalam menghadapi Covid-19. Dan saya yakin kita akan keluar sebagai bangsa pemenang,” tutup Puan.

Ikatan darah

Keluarga Puan boleh dikatakan memang memiliki “pertalian darah” dengan Muhammadiyah. Bukan secara biologis, tetapi leluhur Puan telah lama memiliki ikatan yang kuat.

“Bung Karno dan Ibu Fatmawati pernah mengabdi di Muhammadiyah,” ucapnya.

Hal tersebut memang benar adanya. Soekarno semasa mudanya pernah menjadi kader Muhammadiyah. Cucu Bung Besar pun sempat menceritakannya dalam kesempatan lain.

Saat masih menjabat Menko PMK tahun 2018, Puan pernah berkunjung ke Madrasah Mualimat Muhammadiyah Yogyakarta. Ketika itu dia berujar bahwa Bung Karno begitu mencintai Muhammadiyah. Rasa kasih ini, menurut Puan, menjadi perekat hubungan keluarga Bung Karno dengan keluarga Muhammadiyah hingga kini.

Saat pertama kali menginjakkan kaki di Madrasah Mualimat Muhammadiyah itu, kedua mata Puan langsung tertuju pada sebuah gambar yang tertempel di pintu masuk, yakni sosok Presiden Pertama RI.

“Ada satu hal yang kemudian membuat saya agak lama menatap gambar tersebut. Karena ternyata ada kalimatnya Bung Karno. Bung Karno presiden pertama dan yang pasti adalah kalimat yang ditulis itu membuat saya seperti kembali lagi ke rumah saya,” kata politikus PDI Perjuangan tersebut.

Dalam gambar tersebut tertulis pada tahun 1957, Bung Karno pernah mengatakan ‘Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah’. Kalimat ini, menurut Puan, menandakan bahwa Bung Karno bagian dari keluarga besar Muhammadiyah dan ini juga berlaku bagi keturunannya, termasuk dirinya sendiri.

“Nenek saya, Ibu Fatmawati, penjahit bendera pusaka pun mengatakan dirinya Muhammadiyah. Kebetulan kakek buyut saya sama eyang putri saya yang dari ibu Fatmawati itu waktu saya lahir sudah sepuh. Tapi saya bisa melihat beliau berdua itu orang Muhammadiyah,” kata Puan.

“Jadi memang kedekatan keluarga kami ini dengan keluarga besar Muhammadiyah sudah melekat jauh-jauh hari sebelumnya, jadi tidak ngaku-ngaku. Karena betul kami ini keluarga Muhammadiyah,” lanjut dia.

Bahkan, kedekatan tersebut terlihat ketika keluarga Megawati, ibunda Puan, menggelar acara sewindu kepergian Taufiq Kiemas. Dalam peringatan mendiang ayah Puan tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir hadir memberikan tausiah, juga Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.

Tidak banyak orang tahu, suami Megawati tersebut semasa hidupnya memang dekat dengan Muhammadiyah. Pada Jumat 29 Juli 2011, sebuah lift baru di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah diresmikan atas bantuan dari Taufiq Kiemas.

Ketika itu, Taufiq Kiemas yang menjabat Ketua MPR RI ikut meresmikan bersama dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah yang masih dijabat oleh Din Syamsuddin. Ternyata, mereka berdua sudah begitu dekat, dipersatukan oleh visi yang sama, yakni memperbaiki bangsa.

Ketika Universitas Muhammadiyah Prof HAMKA (Uhamka) di Pasar Rebo membangun Kampus baru, almarhum Taufiq Kiemas juga membantu biaya pembangunan gedung tersebut.

Melalui PDI Perjuangan, Taufiq Kiemas juga mendekatkan Muhammadiyah dengan dirinya. Atas prakarsa Muhammadiyah sebagai salah satu penggagasnya, maka terbentuklah Bamusi (Baitul Muslimin Indonesia), salah satu sayap politik PDIP.

Tidak terhitung berapa kali Taufiq Kiemas hadir ke Muhammadiyah bertemu Din Syamsuddin dan jamaah Muhammadiyah yang lain. Bahkan, almarhum menjadi narasumber Pengajian Bulanan rutin PP Muhammadiyah.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »