Indonesia Berpotensi Jadi Sumber Tanaman Herbal Dunia, Ketua DPR Ajak Milenial Lestarikan dengan Mengonsumsi Jamu

BENTENGSUMBAR.COM - Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah. Kalau dilihat, banyak potensi alam yang bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. 

Selain wisata alam, Indonesia juga punya potensi pengembangan potensi obat herbal bahkan bisa menjadi acuan dunia. 

Menurut Direktur Utama Phapros, Hadi Kardoko menyampaikan bahwa berdasarkan data dari LIPI pada tahun 2020, Indonesia merupakan negara dengan megabiodiversitas terbesar keempat di dunia yang memiliki lebih dari 29.000 jenis tanaman, di mana 2.484 diantaranya adalah tanaman obat.

“Potensi pengembangan obat herbal di Indonesia didukung dengan perilaku masyarakat kita yang sebagian besar lebih memilih pengobatan secara tradisional dengan memanfaatkan bahan-bahan yang bisa diperoleh di alam sekitar daripada menggunakan obat kimia,” katanya.

Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia ini juga sudah dimanfaatkan industri farmasi untuk membuat obat herbal fitofarmaka atau yang kini juga dikenal dengan sebutan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), yakni obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Phapros saat ini memiliki 2 dari 23 produk obat herbal fitofarmaka yang memiliki izin edar dari BPOM RI. “Kami memiliki Tensigard yang diformulasikan sebagai anti hipertensi dengan komposisi ekstrak seledri (Apium graveolens) 75% dan ekstrak kumis kucing (Orthosiphon stamineus) 25$.

Selain itu, ada pula X-Gra yang berfungsi meningkatkan stamina dan kesegaran tubuh pada pria, memperbaiki kualitas sperma serta mengatasi masalah ejakulasi dini. Terbuat dari ekstrak Ganoderma lucidum (jamur Ling Zhi), ekstrak Eurycomae radix, ekstrak ginseng, ekstrak Retrofracti fructus (lada hitam) dan Royal jelly,” jelas Hadi.

Pengembangan obat herbal fitofarmaka masih sangat sedikit di Indonesia, hal ini tak lepas dari berbagai tantangan yang ada. Beberapa tantangan tersebut diantaranya adalah sumber daya alam tumbuhan yang belum dikelola secara optimal, biaya riset yang besar dan proses riset yang lama, dan harga jual produk herbal yang seringkali lebih mahal dari produk kimia.

“Namun, seiring dengan adanya Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan dan dibentuknya satgas Percepatan Pengembangan dan Peningkatan Pemanfaatan Jamu dan Fitofarmaka oleh BPOM, hal ini diharapkan nantinya pengembangan obat fitofarmaka di Indonesia bisa kian terarah dan dapat dilakukan secara massif,” jelas Hadi.

Lestarikan melalui jamu

Melihat potensi itu, Ketua DPR RI Puan Maharani tak ingin tinggal diam. Puan mengajak pelaku produsen jamu untuk tidak menggunakan bahan-bahan kimia yang tidak sehat dan melakukan verifikasi ramuan di Badan Pengawasan Obat dan Makan atau BPOM.

Selain itu, Puan ingin pemahaman manfaat jamu dan herbal disosialisasikan secara masif terutama kepada anak-anak, generasi muda, atau generasi milenial saat ini.

"Melalui sosialisasi pada generasi muda diharapkan dapat meningkatkan konsumsi jamu dan herbal. Tentunya, produk harus melalui persyaratan aman dan bermanfaat bagi kesehatan," ujarnya. 

Puan bercerita tentang kegemarannya minum jamu sejak muda hingga hari ini. Kebiasaan minum jamu merupakan ajaran turun temurun dalam keluarganya. Puan pun meneruskan kebiasaan tersebut kepada anaknya.

Ia sangat mengapresiasi kinerja BPOM yang telah mengenalkan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) kepada para UMKM jamu yang ada di Indonesia. Dengan demikian, produk jamu produksi UMKM akan lebih higienis dan menarik. Ujungnya, tentu akan lebih banyak orang percaya pada produk jamu UMKM. 

"Meski begitu, riset dan inovasi perlu terus dikembangkan, agar dapat meningkatkan daya saing," katanya.

Selain itu, ia merasa penjual jamu perlu membuat kemasan produk yang menarik generasi muda. "Harus yakini aman diminum, kemasannya untuk mereka tidak repot seperti zaman dulu. Mudah dibawa kemasannya. Itu cara kenalkan jamu ke anak muda," ujarnya.

Ia mengingatkan penjual jamu perlu mengklasifikasikan jamu. Sehingga calon peminum jamu mudah mengenal jenis-jenis jamu. "Jamu banyak jenisnya. Harus tahu mana jamu awalan untuk perkenalan ke mereka yang belum pernah minum jamu. Jangan dikasih yang pahit banget," ujarnya.
 
Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »