Sempat Ramai Dibicarakan, Bagaimana Nasib Baliho Puan Maharani?

BENTENGSUMBAR.COM - Baliho elite PDIP yang juga Ketua DPR RI, Puan Maharani mulai bermunculan se-antero negeri. Kemunculan itu ternyata sempat dibarengi dengan mencuatnya kritik terkait tata bahasa dalam baliho tersebut.

Baliho hingga spanduk Puan Maharani ternyata dipasang oleh para kader-kader yang ada di DPD hingga DPC PDIP. Selain itu, ada pula kader yang menjadi anggota DPR spontanitas memasang billboard di daerahnya pemilihannya. 

Selang, beberapa bulan bagaimana nasib baliho Puan Maharani saat ini?

Dilansir dari Wartaekonomi.id, Baliho bergambar Puan Maharani bernasib menyedihkan, pasalnya, baliho yang memuat gambar Ketua DPR itu bukannya terpasang di pinggir jalan agar bisa dilihat orang banyak, malah kini cuma jadi pembatas jamban empang, yang biasanya ada di perkampungan.

Berdasarkan penelusuran redaksi, belum diketahui pasti di mana kejadian itu berlangsung. Selain itu, terkait kebenaran foto tersebut, apakah asli atau editan, tim juga belum mendapatkan konfirmasi.

Foto baliho Puan yang berakhir tragis di jamban itu mendadak viral dan diserbu beragam komentar 'nyleneh' netizen.

Diketahui, aksi pasang baliho Puan itu juga sebelumnya mendapatkan banyak hujatan dari berbagai pihak. Ada yang bilang bahwa Puan hanya menghambur-hamburkan uang di tengah kesusahan rakyat yang tengah terjepit pandemi, selain itu, Puan juga hanya sekadar ingin mengerek popularitas lewat baliho bukan kepada kinerja.

Menanggapi hal itu, warga net atau netizen punya beragam tanggapan:

"Miris artinya rakyat tak ada uang untuk tutup jamban, tapi cerdas pakai baliho, gratis," kata salah satu warga. 

Tidak ada kaitannya dengan elektabilitas

Menjamurnya baliho Ketua DPR RI Puan Maharani menjadi kritikan berbagai pihak. Politkus PDI Perjuangan Arteria Dahlan membantah baliho Puan yang tersebar di berbagai daerah bertujuan untuk meraih dukungan menuju 2024.

“Keliru yang mengaitkan baliho dengan kepentingan elektoral, kalau baliho Mbak Puan dari awal memang tidak ditujukan dan sama sekali tidak ada kaitannya dengan kepentingan elektoral,” kata Arteria.

Arteria menyebut sejak awal pemasangan baliho Puan bukan bertujuan elektoral.

“Jadi kalau ada yang mengaitkan Baliho MbaK Puan dengan hasil elektabilitas ya enggaK relevan. Apa kaitannya pemasangan baliho sama elektabilitas MbaK Puan? Memangnya Kami pasang baliho untuk naikkan elektabilitas? Teori dari mana itu? Makanya jangan berburuk sangka, nggak usah tanya sama konsultan politik dan pakar yang ahli di marketing politik, kita sangat paham instrumen-instrumen meningkatkan elektabilitas itu apa saja, pastinya bukan baliho,” jelasnya.

Anggota Komisi III itu mengklaim Puan sudah dikenal publik sehingga tak perlu lagi memasang baliho untuk pengenalan.

“Insya Allah beliau sudah dikenal. Jadi engga perlu mengenalkan beliau lewat baliho. Nah pertanyaan seperti itu mungkin lebih relevan ke orang lain, kok heboh banget ya kalau Mbak Puan pasang,” ujarnya.

Arteria justru mengaku heran apabila ada tokoh parpol lain yang juga memasang baliho, namun hanya Puan yang dipersoalkan.

“Padahal sebelumnya sudah banyak pula yang pasang. Padahal sebelumnya sudah banyak juga yang main-main medsos yang diksinya langsung mengarah ke pencalonan presiden. Itu dibahas juga dong secara proporsional,” tandasnya.

Sementara itu, Politisi PDIP, Kapitra Ampera buka-bukaan mengenai awal mula ide baliho Ketua DPR Puan Maharani. Ia mengungkap alasan pihaknya memasang baliho "Kepak Sayap Kebhinekaan" Puan di penjuru Indonesia.

Kapitra menjelaskan pemasangan baliho Puan Maharani bukan agar semakin dikenal. Menurutnya, putri Megawati Soekarnoputri itu sudah terkenal di Indonesia tanpa baliho sekalipun.

"Kan ibu Puan juga sudah dikenal kok di seluruh Indonesia ini. Jadi sebenarnya enggak perlu pakai baliho juga dikenal," ujar Kapitra Ampera.

Kapitra mengungkap baliho Puan Maharani sebenarnya merupakan inisiatif dari para kader partai di berbagai daerah. Ia juga menjelaskan penggunaan bahasa yang dipakai memang dibuat harmonis.

"Itu inisiatif dari kader, dari bawah, bottom up. (Pemasangan ini) inisiatif, bahasa-bahasa di baliho itu kan bahasa-bahasa yang sangat harmonis," jelasnya.

Meski baliho inisiatif kader di daerah, Kapitra mengakui jika baliho memang membutuhkan persetujuan elite partai untuk dipasang.

Kapitra sendiri menegaskan pemasangan baliho Puan Maharani sama sekali tidak melanggar konstitusi partai. Oleh sebab itu, ia meminta masyarakat untuk tidak berlarut-larut dalam mempermasalahkan baliho "Kepak Sayap Kebhinekaan". 

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »