BENTENGSUMBAR.COM - Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES), Dina Y Sulaeman, memberi tanggapan terkait dukungan Chechnya dalam serangan Rusia ke Ukraina.
Dina mengatakan, alasan bergabungnya Chechnya dengan Rusia ini bukan semata-mata ingin menyerang Ukraina.
Akan tetapi, ingin menyerang kekuatan besar di balik Ukraina.
Menurut Dina dukungan Presiden Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov, kepada Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melawan kekuatan besar Amerika Serikat.
"Jadi pemetaan dukungan Chechnya itu adalah Rusia sedang melawan kekuatan besar yaitu Amerika Serikat (AS), dan AS ini punya proksi di Ukraina,"
"Jadi saya rasa Chechnya tahu yang ia lawan bukan semata-mata Ukraina tetapi kekuatan besar di belakangnya yang berperan melakukan kejahatan di negara-negara muslim," kata Dina, dilansir dari Tribunnews.com pada Jumat, 4 Maret 2022.
Dina juga mengatakan dukungan Chenchnya ini tidak bisa dilepaskan dari peran para pemimpinnya.
Yakni Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Ia menyebut Ramzan Kadyrov sebagai seseorang yang sangat dekat dengan Putin.
"Alasan Chechnya bergabung dengan Rusia itu tidak bisa dilepaskan dari peran pemimpinnya, Ramzan Kadyrov. Dia ini adalah seorang yang sangat dekat dengan Putin,"ujar Dina.
Banyak dibantu oleh Rusia
Alasan lain Chenchnya ikut andil dalam konflik Rusia-Ukraina ini karena merasa telah banyak dibantu oleh Rusia.
Wajar jika sekarang Kadyrov mendukung Putin.
Pembangunan Chechnya pasca perang Chencen pun atas bantuan dana yang besar pemerintah Moskow.
Bahkan dengan dana tersebut, Ramzan Kadyrov bisa membangun sebuah masjid yang disebut terbesar di dunia dengan kapasitas 70 ribu jamaah.
"Presiden Putin memberikan dukungan yang sangat besar kepada Republik Chechnya, ini kan semacam Repoblik Otonomi. Jadi Ramzan Kadyrov ini mendapatkan dana yang sangat besar untuk melakukan pembangunan di negaranya."
"Bahkan membangun sebuah masjid yang sangat besar yang digunakan juga untuk pendidikan," ungkap Dina.
Lebih lanjut Dina menyebut dukungan Chechnya pada Rusia banyak membuat orang Indonesia terkejut.
Menurutnya hal itu dikarenakan, mayoritas orang Indonesia masih menganggap Rusia adalah rezim komunis sama seperti Uni Soviet.
Sehingga banyak yang bertanya-tanya mengapa negara muslim seperti Chechnya mendukung pasukan komunis.
"Mungkin kalau orang Indonesia terkejutnya karena banyak orang Indonesia yang mengira Rusia itu rezim komunis, jadi masih disamakan dengan Uni Soviet dulu."
"Jadi bagaimana mungkin ada pasukan Islam yang mendukung pasukan Komunis. Nah ini perlu diklarifikasi juga, bahwa Rusia bukan lagi Rezim Komunis," terang Dina.
Batalyon Azov Ukraina Olesi Peluru dengan Lemak Babi untuk Lawan Pasukan Muslim Chechnya
Diwartakan Tribunnews.com, beberapa waktu lalu Garda Nasional Ukraina membagikan video di akun Twitternya yang menunjukkan seorang pria mengolesi pelurunya dengan lemak babi.
Dilansir Al Jazeera, aksi itu dilakukan anggota Batalyon Azov.
Batalyon Azov merupakan unit militer infanteri sayap kanan ultra-nasionalis yang dilaporkan menganut ideologi supremasi kulit putih dan neo-Nazi.
Unit operasi khusus ini memerangi pasukan separatis Rusia dalam Perang Donbas bersama militer Ukraina pada 2014.
Dalam video yang diposting pada 27 Februari 2022 itu, seorang pria yang memakai penutup kepala terlihat mencelupkan peluru ke dalam sesuatu yang diduga lemak babi.
Pria yang disebut anggota pejuang Azov tersebut melakukan aksinya sambil bicara kepada pasukan Chechnya.
"Saudara-saudara Muslim yang terhormat. Di negara kami, Anda tidak akan masuk surga. Anda tidak akan diizinkan masuk surga."
"Silakan pulang. Di sini, Anda akan menemui kesulitan. Terima kasih atas perhatiannya, selamat tinggal," ujar pria tersebut. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »