Bedah Buku Autobiografi 70 Tahun Prof. Asasriwarni Dibedah, Sejumlah Guru Besar Sampaikan Testimoni

BENTENGSUMBAR.COM – Profesor Asasriwarni patut menjadi  teladan di bidang akademik, aktifis maupun ulama. 

Spirit menempuh jenjang pendidikan yang dilalui dengan susah payah, hingga mencapai guru besar dan bisa diterima berbagai kalangan saat memberikan dakwah.

Demikian diungkapkan Rektor Universitas Negeri Padang Prof. Ganefri, pada Stadium General dan Bedah Buku Kesuksesan Anak Petani Menjadi Guru Besar,70 Tahun Prof.Dr.H. Asasriwarni, MH, pada Senen (29/3/2022) di aula kampus UIN Imam Bonjol Padang. 

Menurut Ganefri, ada lima hal yang  perlu disimak dari buku autobiografi Asasriwarni. Pertama, spirit kependidikan. 

Sebagai anak kampung di Mahek Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, yang menempuh perjalanan jauh dari rumah ke sekolahnya. 

Sebagai daerah terisolir, jauh dari keramaian dan sarana pendidikan, Asasriwarni harus berjalan kaki hingga 21 kilometer. 

Sulitnya transportasi tidak membuat semangat meraih pendidikan Asasriwarni kendur, tetapi tetap bersemangat hingga tamat. 

Kedua, lakon aktivis yang dilalui Asasriwarni dan menjadi mentor.

Selanjutnya Asasriwarni mulai berorganisasi pada Ikatan Pemuda Pelajar Nahdlatul Ulama (IPPNU) di Tobek Gadang, aktif di HMI, Pramuka, dan belakangan di Nahdlatul Ulama Sumatera Barat.  

Organisasi bagi Asasriwarni menjadi alat untuk beraktivitas. 

Ketiga, pendakwah lintas ormas, lintas kelompok, sehingga bisa diterima oleh berbagai kalangan. 

Materi dakwah yang disampaikan terlihat lugas, menarik, gaya dakwah menarik, baik secara langsung maupun melalui  media online, kata Ganefri yang juga Ketua Tanfidziyah PWNU Sumatera Barat ini. 

“Kempat, dedikasi dan konsistensi pendidikan. Asasriwarni memiliki dedikasi dan konsisten dengan pendidikan sehingga meraih doktor dan profesor di Fakultas Syariah UIN Imam Bonjol. Sebagai guru besar, Asasriwarni aktif menulis, menjadi narasumber pada  seminar maupun pelatihan ilmiah lainnya,” kata Ganefri.

Kelima, kata Ganefri, Asasriwarni  mendarmabaktikan ilmunya ke almamater yang sudah menjadi tempat kuliah dulunya.  

Bahkan menjadi pejabat di lingkungan UIN. 

Dari buku autobiografi ini, pertanyaan mengapa Asasriwarni berhasil menjadi guru besar? Menurut Ganefri, ada tiga poin penting. 

Pertama spirit keagamaan, kesabaran dan ketaatan beragama. Ini sangat inspirasi dan mendasar dalam kehidupannya. 

Kedua, terpaan organisasi yang dilalui Asasriwarni sehingga  terlatih disiplin dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam berorganisasi. 

Ketiga,  nilai perjuangan hidup yang keras di masa kecil, sehingga mampu menghadapi berbagai terpaan kehidupan.

Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang Prof. Martin Kustati menyebutkan, 
perjalanan panjang sosok Asasriwarni menjadi panutan di UIN. 

Banyak petuah yang diberikan beliau kepada saya saat proses menjadi rektor ini. 

"Setahu saya, ini buku autobiografi yang pernah diluncur di UIN paling tebal, pengantarnya sampai Menteri Agama RI.  Dari buku yang dibedah ini, dinamika akademik dan organisasi Asasriwarni menarik untuk dibaca," katanya.

“Asasriwarni bisa masuk ke berbagai lini kehidupan di masyarakat. Sehingga beliau bisa jadi contoh. Beliau juga salah satu ulama yang rajin menulis, dan mengikuti perkembangan dakwah,” kata Martin Kustati.

Turut membedah antara lain Ketua Kamar Mahkamah Agung Prof.Amran Suadi,  Direktur Diktis Kemenag RI Prof. Suyitno, Gubernur Sumbar periode 2016-2021 Prof. Irwan Prayitno.

Asasriwarni kini tercatat sebagai A’wan PBNU, Penasehat MUI Pusat, Penasehat MUI Sumbar. 

Pernah menjabat Pjs. Rektor IAIN IB Padang yang kini bernama UIN IB, dan sejumlah jabatan lainnya di IAIN IB Padang. 

Laporan: Armaidi Tanjung)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »