Ketum DPP Bapera Sarankan Pemerintah Perhatikan Kesejahteraan Para Jurnalis, Ini Pesannya!

BENTENGSUMBAR.COM –  Sari Pati dari kebebasan Pers itu Self righting Process (Proses Memperbaiki Diri) yang dialami setiap Individu, yang ujungnya kita dapat menilai, memilih, memilah dan menentukan yang disampaikan oleh media massa.

"Sisi mana yang yang kurang dan harus kita bisa perbaiki karena di Negara penganut Demokrasi itu Usulan dan Saran itu sangat penting dan bisa melihat dari berbagai perspektif mana yang kurang rapih agar bisa diperbaiki," ucap Fahd El Fouz A Rafiq di Jakarta pada Senin, (13/3).

Ketua Umum DPP Bapera ini mengatakan, Setiap ide dan Gagasan punya kesempatan yang sama untuk dikembangkan sehingga yang benar dan dipercaya memiliki kesempatan untuk dikembangkan.

Untuk meningkatkan kualitas SDM instrument paling baik adalah pencerahan yang menghangatkan karena kita sebagai makhluk rasional, moral dan sosial butuh akan ide dan inovasi yang baru, ucapnya. 

Memang pada kenyataannya ada beberapa perbedaan dalam menyampaikan kritik dan saran khususnya Media Massa dan sekali lagi tergantung kualitas dari SDM, soft atau hard  dalam melihat isu dan sikon yang terjadi. 

Ada yang menggunakan kalimat sarkas dan mengkritik tanpa solusi, ada yang memberikan saran dengan narasi narasi yang mencerdaskan berdasarkan data dan sejarah dengan bahasa yang mencerahkan, adalagi yang memberikan saran dan kritik dengan terbawa suasana euphoria isu tersebut sehingga melihatnya lebih emosional.

Fahd Memahami bahwa menjadi seorang Jurnalis bukanlah perkara mudah karena dibutuhkan passion yang hebat dalam hal kesungguhan menggali informasi bahkan ada yang mencari tanggapan dari para analis untuk dicari benang merahnya dari isu isu actual yang sedang ramai diperbincangkan di publik. 

"Suka atau tidak suka profesi jurnalis lah yang bisa mengangkat seseorang dan Media menjadi pilar ke 4 setelah legislative, eksekutif dan Yudikatif  dalam kemajuan suatu negara," ungkapnya.

Mantan Ketum PP – AMPG melihat, tiga problem utama pers Indonesia yaitu soal kesejahtraan wartawan, kekerasan dan akses Informasi bagi kaum difabel. Tiga hal diatas fahd meyakini hal tersebut karena adanya penyebabnya.

Fahd lebih Jauh menambahkan, kesejahtraan para jurnalis menjadi kunci penting karena berkaitan dengan profesionalitas dan independensi. 

"Jika para Jurnalis Sejahtera maka gerbang Untuk mencapai Indonesia maju itu sudah di depan mata, karena merekalah yang menulis infomasi dan menyebarkannya ke publik. Menulis itu soal skill loh, butuh konsentrasi dan ketelitian," ungkapnya. 

Kekerasan terhadap Jurnalis diawali oleh tidak sejahteranya para kuli tinta ini sehingga agar dapurnya ngebul harus melawan kode etik jurnalistik yang telah ditentukan. 

"Saya searching di Google banyak oknum wartawan melakukan pemerasan dan nekat mencatut nama pers untuk memuluskan modusnya. Ini yang menjadi awal buruk profesi wartawan dalam tanda kutip “dicintai tapi dibenci”," urainya.

Intinya Fahd mengatakan persoalan ini tidak jauh dari urusan ekonomi semata dan ini harus dicarikan solusinya.

Fahd juga melihat dilapangan adanya jarak antara wartawan Mainstream dan non Mainstream padahal kan mereka satu profesi kok berkubu seperti itu, kadang saling injak dan tikam sesama profesi untuk mencari segenggam berlian.

Mantan Ketum DPP KNPI menambahkan lagi bahwa tidak semua pers memiliki gaji tetap dan harus bagi hasil perusahaan apalagi perusahaannya hanya mengandalkan dari iklan untuk pendapatan kantor. 

"Ini menjadi PR besar untuk para pengusaha media baik yang besar, menengah dan kecil serta harus dicarikan solusinya," cakapnya.

Di lain sisi Mantan Ketum Gema Ormas MKGR memberikan contoh Era Bapak Ali Sadikin setiap berita negatif tentang dirinya di Stabilo merah, sebagai seorang pemimpin dia memerlukan control dan kritik sebagai masukan untuk melakukan kinerja. 

Dengan menghargai control dan kritik pers terbukti pemerintahan Ali Sadikin dipuji public sebagai success Story. 

Di Amerika Serikat Era Bill Clinton ada unit kerja khusus yaitu National Security Agency dengan dibentuknya NSA pemerintah Amerika Serikat yang menjadi patokan negara penganut demokrasi wujud pengakuan negara terhadap pers sebagai kekuatan ke 4.

Fahd melihat data dilapangan ketika banyak orang yang mengkritik dan memberikan saran yang dikritik justru sosok individunya yang kena Black Campaign bukan soal kinerjanya. 

"Ini yang menjadi faktor awal banyak pejabat, publik figur kurang respek dengan para jurnalis bahkan sampai urusan sangat privasi ditanyakan," katanya.

Jadi menurutnya jurnalis juga harus melihat dan mengenal obyeknya terlebih dahulu dengan mencari tahu, menganalisa dan distrategikan karakter orang yang mau diwawancara.

Segala sesuatu ada batasnya atau limitnya, kebebasan pers juga ada limitnya sesuatu yang berlebihan juga ngak baik ditakutkan akan menimbulkan HOAX (fitnah) yang menyebabkan si objek pemberitaan jadi jengkel, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar. (ASW)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »