BENTENGSUMBAR.COM - Setelah calon presiden besutan PDI-P dideklarasikan, suhu politik tanah air langsung naik tensi.
Sekarang bola permainan berpindah ke cawapres yang di otak- atik, siapa sosok figur yang pas untuk mendampingi Ganjar Pranowo (GP) begitu juga dengan capres lainnya yang sudah lebih duluan dideklarasikan.
"Namun berbeda dengan capres jebolan PDI-P itu, karena banyak figur yang seolah berebut simpati rakyat Indonesia untuk dapat dipasangkan dengan sosok capres Ganjar Pranowo yang sudah mendapat mandat untuk maju sebagai calon presiden 2024 yang datang," ujar Samuel F. Silaen Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana) di Jakarta (06/05).
Capres GP memang menggoda untuk mereka- mereka yang dengan tingkat elektabilitas perolehan suara menurut lembaga survei tinggi.
"Jadi cawapres yang merasa punya kemampuan jaringan dan finansial yang kuat sepertinya berlomba-lomba untuk melakukan endorcement dengan gaya dan caranya sendiri agar dapat diterima oleh masyarakat lalu berharap dipasangkan dengan GP," ungkap alumni Lemhanas pemuda 2009 itu.
Beberapa tokoh sudah santer namanya beredar disosmed dan media online.
"Nama- nama yang beken itu harap- harap cemas, apakah pilihan partai politik jatuh padanya atau tidak, tokoh itu pun tentu tidak tinggal diam tapi melakukan lobi-lobi politik kiri kanan atas bawah demi menaikkan posisi tawarnya,"papar Silaen.
Namanya juga usaha, siapa tahu berjodoh dengan capres GP memimpin Indonesia.
"Jadi nama- nama yang beredar dipublik selama ini sedikit banyak sudah melakukan investasi politik agar namanya 'harum' dan itu di maintenance melalui jaringan dan finansialnya,"terang mantan fungsionaris DPP KNPI itu.
Tak dapat dipungkiri kekuasaan itu begitu manis dan menggoda umat manusia, makanya slalu diperebutkan oleh semua orang, baik- buruknya kepemimpinan akan terlihat ketika memimpin, maka jangan sampai salah memilih.
"Tidak ada yang salah soal keinginan semua orang untuk memimpin?, "imbuhnya.
Beda halnya dengan literatur kepemimpinan (kekuasaan) yang menghidupkan, bahwa kekuasaan yang Tuhan percayakan kepada seseorang itu titik beratnya untuk 'melayani' bukan untuk 'dilayani' apalagi memperkaya diri dan kelompoknya.
"Jadi kalau ingin berkuasa hanya karena memikirkan 'enaknya' saja maka celakalah bangsa tersebut, karena salah dalam memilih pemimpin,"tandas Silaen. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »