Tebak Nama Cawapres Anies Baswedan: AHY, Khofifah, atau Mahfud MD?

BENTENGSUMBAR.COM - Calon presiden (capres) Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) Anies Baswedan disebut segera mendeklarasikan calon wakil presiden (cawapres) yang diklaim sudah resmi mengerucut menjadi satu sama di Pilpres 2024.

Ketua DPP Partai NasDem, sekaligus anggota tim delapan KPP, Sugeng Suparwoto mengingatkan untuk bersiap-siap jika Anies memutuskan ingin deklarasi cawapres sepulang haji dari Mekah, Arab Saudi.

Juru Bicara Anies Baswedan, Sudirman Said enggan bicara lebih jauh soal ciri-ciri bakal cawapres eks Gubernur DKI Jakarta itu. Sudirman mengatakan bahwa kerahasiaan merupakan salah satu kekuatan.

Sudirman menyebut bahwa Anies telah menyampaikan arahan sebelum keberangkatannya ke Tanah Suci Mekah untuk berhaji. Dalam arahannya ke tim delapan koalisi perubahan, Anies memutuskan pembahasan soal cawapres sudah selesai.

Alasannya, tim delapan dari tiga partai koalisi telah menyampaikan semua usulan soal cawapres kepada Anies. Sehingga, penetapan satu nama sepenuhnya tinggal menunggu keputusan Anies.

Analis politik dari Exposit Strategic, Arif Susanto mengatakan ada beberapa nama yang dianggap cukup potensial mendampingi Anies.

Berdasarkan pembacaan umum selama ini, kata Arif, nama-nama yang dimaksud adalah seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Sandiaga Uno dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Meski demikian, Arif sukar menemukan sosok yang benar-benar pas untuk mendampingi Anies dari ketiga nama tersebut. Apalagi, kata Arif, yang bisa menyelamatkan Anies dari situasi saat ini.

Arif mengatakan saat ini koalisi pengusung Anies terus diuji dengan banyak hal. Misalnya, Partai NasDem dengan gempuran kasus-kasus hukum. Kemudian, Demokrat yang mulai dekat dengan PDIP, partai pengusung capres lain.

"Kalau kalkulasi sekarang ini saya kira pilihannya [cawapres] lebih terbatas bagi Anies," kata Arif kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/6) malam.

Di sisi lain, elektabilitas Anies sendiri juga selalu menjadi terendah dari dua capres lainnya di berbagai survei. Arif menilai dibutuhkan cawapres yang bisa mendongkrak suara untuk Anies.

"Jadi kalau ditanyakan siapa yang potensial untuk menjadi pendamping Anies, saya kira justru begini. Peluang Anies untuk maju juga kan belum cukup firm. Dalam beberapa bulan terakhir tampaknya Anies sulit keluar dari posisi nomer 3," imbuhnya.

Menurut Arif, dari ketiga nama yang beredar, Sandi dan Cak Imin mendekati mustahil untuk berdampingan dengan Anies. Sandi secara terang-terangan menyatakan tidak mau mendampingi Anies. Sementara Cak Imin lebih dekat dengan Prabowo Subianto.

"Yang potensial dukungan lebih besar Cak Imin, tapi PKB kan tidak punya chemistry yang kuat. Kalau NasDem mungkin bisa, tapi kalau sama PKS? Peluangnya tidak cukup besar. Peluang lebih besar Cak Imin dampingi Prabowo," jelasnya.

Satu-satunya nama yang tersisa adalah AHY. Arif menyebut sosok AHY sebenarnya lebih masuk akal jika dipasangkan dengan Anies. Pertama, Partai Demokrat adalah salah satu bagian dari koalisi. Kedua, tidak ada nama cawapres yang muncul dari NasDem sebagai pengusung utama Anies.

Meski demikian, Arif juga menilai sosok AHY juga banyak ganjalannya jika harus dipasangkan dengan Anies. Salah satu di antaranya, elektabilitas dan popularitas AHY tidak cukup banyak untuk mendongkrak suara Anies.

"Saya kita meskipun dukungannya bertambah itu tidak akan menjadi booster. Enggak bakal langsung melonjak. Saya kira sulit keluar dari dasar klasemen. Sulit dengan situasi hari ini," ucapnya.

Kemudian, ganjalan lain adalah kerelaan dari NasDem untuk menerima AHY sebagai cawapres Anies. Konsekuensinya, kata Arif, Demokrat dan PKS akan lebih banyak diuntungkan ketimbang NasDem.

"Permasalahannya, apakah Nasdem cukup ikhlas, rela dengan kalkulasi politik semacam tadi?" ujar Arif.

Alternatif cawapres
Di luar tiga nama yang sering disebut-sebut potensial mendampingi Anies, Arif mengungkapkan ada beberapa nama yang seharusnya bisa menjadi alternatif. Beberapa nama itu yakni Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Namun, kata Arif, Ridwan Kamil saat ini sudah menjadi mustahil karena telah bergabung dengan Golkar. Sementara itu, Khofifah masih memungkinkan.

Arif menilai Khofifah bisa cukup mendongkrak suara. Apalagi, menurut Arif, suara Anies lemah di pedesaan Jawa. Menurut Arif, Khofifah punya cukup modal untuk menutupi hal tersebut.

"Kadi kalau mau menutup kekurangan itu ya boleh dibilang sekarang ini politikus yang punya kalangan grass root ya itu pilihannya," ujarnya.

"Pilihan lain yang tersedia katakanlah Khofifah. Saya kira cukup menjanjikan untuk bisa digandeng oleh Anies," imbuhnya.

Meski demikian, Arif menyebut alternatif ini juga sulit untuk direalisasikan.

"Apakah kemudian ada faktor faktor nonteknis terkait dengan tekanan politik, kemudian Anies menggandeng siapapun itu seperti Khofifah saya kira sulit," ucap dia.

Butuh sosok cawapres bisa dongkrak elektabilitas

Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi juga menyampaikan Anies butuh sosok pendamping yang bisa mengangkat elektabilitasnya. Asrinaldi menyebut AHY tidak terlalu menjual.

"Anies harus mendapatkan cawapres yg bisa menambah elektabilitasnya. AHY tidak terlalu menjual," kata Asrinaldi kepada CNNIndonesia.com.

Selain itu, ongkos politik juga harus menjadi pertimbangan koalisi dan Anies untuk memilih cawapres.

"Apalagi pilpres perlu biaya yang besar. Anies harus mencari cawapres yang juga bisa menyediakan biaya ini tentu dari cawapresnya," imbuhnya.

Menurut Asrinaldi, masyarakat sudah sangat paham dengan politik nasional dan masalah-masalah bangsa serta kepemimpinan. Dia pun beranggapan sosok Menko Polhukam Mahfud MD bisa menjadi alternatif bagi Anies.

"Sepertinya rakyat Indonesia sangat merindukan pemimpin seperti sosok Mahfud," ucapnya.

Arif menyebut hal itu dapat dilihat dari respons netizen yang sangat positif ketika Mahfud memviralkan kasus-kasus bangsa.

"Peluang ini harus diambil oleh Mahfud kalau ditawari Anies. Apalagi Mahfud juga punya legitimasi dari NU yang memiliki basis pemilih yang banyak," tuturnya.

Kendati demikian, beberapa waktu lalu, Mahfud sudah menolak tawaran jadi cawapres  Anies. Mahfud berkata tawaran itu datang dari Presiden PKS Akhmad Syaikhu. Ia langsung menolak tawaran itu di depan Syaikhu.

Mahfud mengatakan setiap partai politik di Koalisi Perubahan sudah mengajukan calon wakil presiden masing-masing. Sementara itu, Mahfud bukan bagian dari parpol di koalisi itu.

Ia khawatir koalisi itu akan bubar jika dirinya bersedia menjadi cawapres Anies. Mahfud berkata koalisi tersebut harus dijaga agar proses demokrasi berjalan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »