Menanggapi kondisi ini, pengamat politik Rocky Gerung memberikan kritik tajam terhadap kebijakan infrastruktur yang dicanangkan selama 10 tahun terakhir. |
Berdasarkan survei dari Badan Kebijakan Transportasi, Pusat Statistik, dan Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik pada 2025 hanya mencapai 146,48 juta orang, turun 24% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 193,6 juta orang.
Penurunan ini menjadi sinyal bahwa kondisi ekonomi masyarakat semakin terpuruk.
Banyak orang lebih memilih menahan diri untuk tidak mudik dan mengalokasikan anggaran untuk kebutuhan pokok, seperti pendidikan anak dan biaya hidup sehari-hari.
Lesunya aktivitas mudik turut berdampak pada perputaran ekonomi selama Lebaran. Pada 2024, transaksi ekonomi selama Idul Fitri mencapai Rp 157,3 triliun.
Namun, di tahun ini, angka tersebut diperkirakan hanya mencapai Rp 137,975 triliun.
Sektor transportasi, perdagangan, dan pariwisata yang biasanya mengalami lonjakan pendapatan, kini justru mengalami kemerosotan.
Tiket transportasi yang biasanya sulit didapat, kini lebih mudah karena berkurangnya peminat.
Selain itu, pasar oleh-oleh di berbagai daerah juga terlihat lebih sepi dibanding tahun sebelumnya.
Penurunan jumlah pemudik di 2025 ini berbanding terbalik dengan tren beberapa tahun terakhir.
Sejak pandemi mereda, jumlah pemudik meningkat pesat dari 85,5 juta orang pada 2022, menjadi 123,8 juta di 2023, hingga mencapai puncaknya 193,6 juta di 2024.
Namun, pada 2025, jumlahnya kembali turun drastis hingga 47,12 juta orang.
Fenomena ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat semakin melemah, seiring dengan meningkatnya tekanan ekonomi akibat PHK massal di berbagai sektor.
Kritik tajam
Menanggapi kondisi ini, pengamat politik Rocky Gerung memberikan kritik tajam terhadap kebijakan infrastruktur yang dicanangkan selama 10 tahun terakhir.
Ia menyoroti bahwa pembangunan jalan tol ternyata tidak mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat.
“Dulu, infrastruktur dibangun untuk mempermudah mudik, tapi sekarang separuh dari penduduk yang ingin mudik justru tidak mampu. Jadi, buat apa jalan tol kalau tidak ada uang untuk membayar tol, membeli BBM, atau membawa oleh-oleh?” ujarnya dalam diskusi melalui kanal Rocky Gerung Official, dikutip Minggu (30/3/2025).
Menurutnya, pembangunan seharusnya tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga harus meningkatkan daya beli masyarakat.
Ia menilai bahwa selama satu dekade terakhir, kebijakan ekonomi justru melemahkan kelas menengah.
“Banyak yang dulu bisa mudik dengan nyaman, kini harus berpikir dua kali karena kondisi ekonomi yang memburuk,” tambahnya.
Lebaran kali ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga mencerminkan realitas ekonomi yang sedang terjadi.
Banyak pemudik yang pulang dengan tangan kosong, tidak lagi bisa membawa oleh-oleh seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Mudik itu bukan sekadar tradisi, tapi juga peristiwa ekonomi. Biasanya, pemudik membawa cerita sukses, oleh-oleh, dan uang untuk keluarga di kampung. Tapi sekarang, banyak yang justru pulang dengan perasaan sedih karena kehilangan pekerjaan dan tidak punya uang,” tutur Rocky.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi yang dijalankan selama ini belum sepenuhnya berpihak pada kesejahteraan rakyat.
Jika tidak ada solusi yang konkret, bukan tidak mungkin ke depan jumlah pemudik akan terus berkurang, dan mudik yang dulu menjadi momen kebahagiaan berubah menjadi simbol keterpurukan ekonomi.
Sumber: Ruangbicara.co.id
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »