"Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, peribahasa lama tersebut terasa sudah sangat akrab ditelinga kita. Secara tersirat makna dari peribahasa tersebut menyatakan bahwa di Cina terdapat banyak ilmu yang bisa kita pelajari. Cina adalah sebuah negara yang sudah ada sejak lama, dan dikenal sebagai negara yang wilayahnya sangat luas dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.
Sebagai salah satu negara terkemuka di dunia, Cina sangat banyak dikunjungi oleh wisatawan dari seluruh dunia, tercatat jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Cina selama tahun 2024 adalah sebanyak 70 juta orang. Dari jumlah tersebut sebanyak sekitar 4 juta orang wisatawan dengan tujuan kota Beijing.
Suhu cukup sejuk dan cenderung dingin 210C, waktu menunjukkan jam 13:05 ketika tiba di kota Beijing pada tanggal 10 September 2025, angin yang cukup kencang menandakan akan mulai datangnya musim gugur disana. Kedatangan disambut dengan proses imigrasi yang cukup lama dan antrian panjang di bandara Beijing Capital International Airport (PEK). Ada 2 bandara besar dan internasional di Beijing, yaitu Beijing Capital International Airport (PEK), yang merupakan bandara lama yang sudah direnovasi total, serta Beijing Daxing International Airport (PKX). Kedua bandara tersebut termasuk dalam jajaran bandara terbesar di dunia.
Beijing adalah ibu kota negara Cina, merupakan kota megapolitan dengan jumlah penduduk yang mengesankan, yaitu 22 juta orang pada tahun 2024. Luas kota ini juga sangat besar, yaitu 16.410 Km2, jauh sangat luas dibandingkan Jakarta yang luasnya 698 Km2, atau kota Padang yang luasnya 694 Km2. Dengan luas yang begitu besar, maka kalau kita berada di kota Beijing tidak terasa betul kepadatan jumlah penduduknya, apalagi disertai lalu lintasnya yang relatif lancar dengan jalan raya dalam kota yang lebar.
Dilengkapi juga dengan transportasi publik yang sangat baik, yaitu kereta bawah tanah (MRT) atau bus kota (BRT) yang sangat nyaman dan bisa diandalkan.
China National Library. |
Tahun 2013 pemerintah Cina meluncurkan Air Pollution Prevention and Control Action Plan (APPCAP) dengan target besar pengurangan polusi udara. Dan ditindak lanjuti oleh pemerintah kota Beijing dengan menjalankan Beijing Clean Air Action Plan yang mulai pada tahun sama (2013), yaitu dimasukkan dalam rencana pembangunan lima tahunan dan dokumen ekologis lainnya.
Termasuk dalam hal ini kebijakan pembatasan industri dan kendaraan, yang diharuskan konversi dari berbahan bakar batu bara dan fossil ke bahan bakar lebih bersih yang dihasilkan dari energi baru dan terbarukan.
Tahun 2022 United Nations Environment Programme (UNEP), memberikan pujian atas pencapaian yang diraih kota Beijing dalam mengendalikan polusi udara, dengan mengeluarkan istilah “Beijing Miracle”, yang menggambarkan bagaimana tingginya tingkat keberhasilan program pengurangan polusi udara ini. Sehingga pencapaian kota Beijing ini menjadi role model sebagai best practice yang diduplikasi oleh banyak kota-kota besar lain diseluruh dunia.
Salah satu indikator yang sangat menunjang keberhasilan program ini, yang langsung terlihat kasat mata adalah sudah mendominasinya di kota Beijing kendaraan bermotor (mobil) bermesin listrik (electric vehicle) sehingga tidak ada lagi polusi dari gas buang, seperti dari kendaraan bermotor yang bermesin konvensional.
Ruang Baca China Nationa Labrary. |
Selain itu di Beijing sangat banyak penduduk yang memakai transportasi sehat serta ramah lingkungan, yaitu sepeda. Dan ini ditunjang dengan tersedianya jalur sepeda yang aman pada hampir semua jalan raya di kota Beijing, sehingga bersepeda sangat nyaman disini.
Sebagai kota yang sudah sangat tua, Beijing mulai berkembang sebagai kota penting sejak sekitar abad ke-11 SM, yaitu ketika menjadi ibu kota dari negara bagian kecil pada masa Dinasti Zhou. Kemudian Beijing dikenal sebagai ibu kota resmi Tiongkok (Cina), dimulai sejak Dinasti Yuan (Mongol), tepatnya pada tahun 1271 M ketika Kubilai Khan menetapkannya sebagai ibu kota dengan nama Dadu (Ibu Kota Besar).
Kemudian pada tahun 1403 M ketika masa pemerintahan Kaisar Yongle (Dinasti Ming) merubah nama ibu kota menjadi Beijing (Ibu Kota Utara).
Jadi kalau dihitung dari asal usul kota, usia kota Beijing lebih dari 3.000 tahun (sejak abad ke-11 SM), namun kalau dihitung sejak menjadi ibu kota Tiongkok, maka umurnya sekitar 754 tahun (1271–2025).
National Library Hotel. |
Tapi sebelum kita mengunjungi beberapa warisan dunia yang diakui Unesco tersebut, ada yang juga sangat menarik untuk didatangi selagi berada di kota Beijing, yaitu China National Library. Mengunjungi China National Library ini adalah juga untuk membuktikan peribahasa lama “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”.
Melihat gedung China National Library ini mengundang decak kagum, karena gedung ini sangat besar dan luas. Dengan luas bangunan 250.000 M2, menjadikannya sebagai salah satu gedung perpustakaan terbesar di dunia. Selain desain bangunan yang futuristik dan mendahului zaman pada masanya, perpustakaan ini dilengkapi plaza yang luas serta telaga buatan disekelilingnya menambah kesan monumental.
Masuk kedalam perpustakaan ini seakan kita berada dalam lautan buku, interiornya didominasi ruang baca yang bertingkat-tingkat dalam void yang sangat luas. Gedung ini juga banyak menggunakan kaca dan cahaya alami yang menciptakan suasana transparan dan terang yang hemat energi. Koleksi yang ada di China National Library ini lebih dari 40 juta item (terdiri dari buku, manuskrip kuno, peta, audio visual, dan arsip digital).
The Centrap Point of Beijing City. |
Perpustakaan ini pertama kali dibangun tahun 1909 pada masa pemerintahan Dinasti Qing, dan mulai dibuka sebagai perpustakaan umum pertama di Cina pada tahun 1912, dan terus dikembangkan sampai dengan saat ini. Pengembangan terakhir selesai pada tahun 2008 yang menjadikannya gedung dengan kapasitas sangat besar seperti sekarang.
Fasilitas yang ada di perpustakaan ini antara lain ruang baca umum dengan ribuan kursi, ruang baca khusus untuk manuskrip kuno dan koleksi langka. Juga ada ruang riset tematik (sastra, filsafat, ilmu sosial, hukum, teknologi). Selain itu China National Library ini adalah juga perpustakaan digital & multimedia, yang menyediakan akses ke database digital nasional, arsip multimedia (audio, film, rekaman sejarah). Kemudian perpustakaan ini adalah juga berfungsi sebagai pusat layanan budaya & edukasi, dengan fasilitasi ruang pameran (menampilkan naskah kuno, peta, kaligrafi, dll), ruang konferensi, seminar, kuliah umum, dan auditorium serta ruang serbaguna untuk acara budaya.
Dengan begitu banyak dan lengkapnya fasilitas yang tersedia di perpustakaan ini, apalagi lokasi yang mudah diakses memakai semua moda transportasi publik (tersedia stasiun MRT dan halte BRT), ditambah dengan kebiasaan generasi muda di Cina yang suka membaca, maka tidak heran jika China National Library ini dikunjungi oleh rata-rata 11.000 orang pengunjung setiap harinya, yang didominasi generasi muda. Jadi walaupun panetrasi dan pengaruh era digital sangat luar biasa, tetapi kebiasaan membaca buku cetakan masih sangat terjaga di Cina, dan itu terlihat di perpustakaan ini. Setiap pagi selalu terlihat antrian panjang pengunjung di plaza halaman pintu masuk utama, mereka menunggu jam buka perpustakaan. China National Library buka setiap hari (Senin sampai Minggu) dari jam 09:00 sampai 17:00, termasuk hari Sabtu dan Minggu.
Bahkan mulai tahun 2012, perpustakaan ini juga dilengkapi dengan National Library Hotel, yaitu hotel bintang 3 yang lokasinya masih di kompleks China National Library. Hotel ini terdiri dari bangunan 5 lantai dengan jumlah kamar yang tersedia 95 unit. Yang menarik dari hotel ini, sepanjang koridor pada setiap lantai terdapat rak buku yang memuat ribuan buku, yang bisa diambil dan dibaca ke kamar secara gratis.
Bagi yang pernah menonton film terkenal The Last Emperor, tentu mengunjungi Forbidden City adalah suatu impian. Film The Last Emperor (1987) yang menceritakan tentang kaisar terakhir di Cina dengan lokasi syuting di kompleks istana Forbidden City ini sangat terkenal dan memenangkan 9 piala Oscar pada ajang Academy Awards ke-60 tahun 1988, termasuk memenangkan piala Oscar paling bergengsi, yaitu untuk film terbaik dan sutradara terbaik.
Komplek istana ini sangat luas dengan total sekitar 72 Ha, dimana panjang tembok dari utara - selatan hampir 1 Km (961 meter), dan timur – barat 753 meter. Jumlah bangunan dalam kompleks ini sebanyak 980 bangunan, yang dikelilingi oleh pagar setinggi 10 meter dan parit yang lebarnya 52 meter. Dengan demikian tembok ditambah parit yang mengelilingi komplek istana Forbidden City ini membuatnya seperti benteng pertahanan kekaisaran.
Dengan luas seperti ini, Forbidden City adalah kompleks istana kekaisaran terbesar di dunia dan diakui sebagai Situs Warisan Dunia Unesco.
Seperti yang ada dalam film The Last Emperor, kaisar Puyi (1906–1967) bergelar Kaisar Xuantong adalah kaisar terakhir dari Dinasti Qing, sekaligus kaisar terakhir dalam sejarah Tiongkok. Dengan turun tahtanya kaisar Puyi menandai berakhirnya sistem kekaisaran di Tiongkok yang sudah berlangsung lebih dari 2.000 tahun.
Komplek istana Forbidden City ini sudah sangat tua, pembangunan dimulai tahun 1406 dan selesai dibangun tahun 1420. Jadi pada tahun 2025 sekarang, usianya sudah 605 tahun. Dengan demikian Forbidden City telah berdiri lebih dari enam abad. Komplek istana ini dibangun oleh kaisar Yongle (dinasti Ming), dan sudah menjadi istana bagi 24 kaisar dari dinasti Ming dan dinasti Qing, yaitu 14 orang kaisar dari dinasti Ming, dan 10 orang dari dinasti Qing.
Bangunan Utama Tha Templa Heavan. |
Setiap tahunnya sekitar 18 juta orang mengunjungi kompleks istana Forbidden City (Palace Museum) ini, dan pengunjung per hari dibatasi maksimal 60.000 orang untuk melindungi struktur bangunan dan artefak.
Tempat terbaik untuk melihat komplek istana Forbidden City ini adalah dari atas bukit Jingshan Park, yang lokasinya pas disebelah Forbidden City. Dari atas bukit ini kita bisa melihat komplek istana Forbidden yang luas secara keseluruhan, termasuk hampir semua bangunan yang ada dalam komplek istana. Diatas bukit Jingshan Park ini juga terdapat titik central point of Beijing City, yaitu titik yang secara filosofi melambangkan pusat tata ruang kota Beijing. Dari bukit ini kita bisa melihat poros utara-selatan (north-south axis) yang membelah kota Beijing secara simetris. Poros tersebut membentang mulai dari Bell Tower (utara) kemudian melewati Forbidden City, hingga sampai ke Temple of Heaven (selatan)
Bukit Jingshan Park ini pun mempunyai sejarah sendiri yang tidak kalah dramatisnya, dimana diatas bukit inilah kaisar Chongzhen mengakhiri hidupnya seorang diri dengan melakukan bunuh diri pada tahun 1644, tepatnya tanggal 25 April 1644. Kaisar Chongzhen adalah kaisar terakhir dari dinasti Ming, dan setelah itu Tiongkok dipimpin oleh kaisar dari dinasti Qing.
Sebelum bunuh diri, kaisar Chongzhen meninggalkan pesan pendek di pakaiannya yang berbunyi “aku tidak berani bertemu para leluhur di alam baka, setelah negara ini hancur karena diriku”.
Temple of Heaven
Unesco mencatat temple of heaven sebagai salah satu warisan dunia yang harus dilindungi dikarenakan beberapa alasan.
Selain keindahan arsitekturnya, juga adalah karena makna historis serta filosofi dan nilai budayanya yang bersifat universal. Dengan filosofi yang bersifat universal tersebut, temple of heaven ini pada zamannya tetap dipakai sebagai tempat pusat ritual kekaisaran Tiongkok, walaupun kaisarnya berasal dari dinasti yang berbeda.
Selama lebih dari 500 tahun, 22 orang kaisar (dari dinasti Ming dan dinasti Qing) menjadikan temple of heaven sebagai pusat ritual negara terpenting. Dengan fungsi utama sebagai tempat ritual kaisar menyampaikan do’a agar panen berhasil, temple of heaven juga merupakan tempat ritual yang seluruh desainnya mengikuti ilmu kosmologi Tiongkok kuno. Dengan rancangan bangunan utama berbentuk bulat yang diletakkan diatas alas persegi, mencerminkan persatuan antara langit (bulat) dan bumi (persegi).
Filosofi harmoni alam dari temple of heaven ini juga tercermin dari pembuatan bangunan utamanya yang murni dari kayu yang kokoh, tanpa paku logam sama sekali, hanya dengan memakai sambungan kayu tradisional yang sangat kuat, tetap menjadikannya bangunan yang megah. Selain itu jumlah pilar, anak tangga, dan pola lantai mengikuti angka-angka simbolik (misalnya sangat banyak menampilkan angka 9 yang dianggap mewakili kaisar).
Selain desain tampak luar, arsitektur akustik dari bangunan utama temple of heaven juga menimbulkan kekaguman yang mendalam. Pada bangunan utama terdapat altar lingkaran (circular mound altar) yang terkenal dengan “echo wall”. Dimana suara bisa merambat jelas dari satu sisi ke sisi yang lain, melambangkan suara do’a kaisar langsung sampai ke langit.
Kawasan temple of heaven ini dibangun oleh kaisar Yongle (dari dinasti Ming, yang juga membangun Forbidden City) pada tahun 1420, dengan luas 273 Ha, jauh lebih luas dari Forbidden City yang luasnya 72 Ha. Pada Kawasan ini selain bangunan tempat ritual, juga terdapat taman dan hutan yang dipenuhi lebih dari 60.000 pohon yang usianya ada yang lebih dari 600 tahun. Sebagian besar pohon disana adalah pohon jenis Chinese Juniper (Cypress) yang terkenal tahan sangat lama, termasuk sebuah pohon legendaris “nine dragon cypress” yang berusia sekitar 500-600 tahun dengan batang besar mempunyai pola alami menyerupai 9 ekor naga. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »