![]() |
| Kalapas Narkotika Sawahlunto, Ressy Setiawan memperlihatkan salah satu produk Kain Batik Tangsi, karya Warga Binaan di Lapas yang dipimpinnya. |
BENTENGSUMBAR.COM - Sebuah inovasi kreatif yang sarat makna sejarah lahir dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Sawahlunto yang diberi nama Batik Tangsi.
Tidak hanya menjadi produk unggulan, tetapi karya ini juga mengangkat kekayaan budaya lokal khususnya terkait dengan sejarah Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto di jaman Kolonial Belanda.
Batik Tangsi ini merupakan hasil inisiasi dan gagasan dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Narkotika Sawahlunto, Ressy Setiawan yang baru bertugas selama lima bulan di kota Warisan Dunia tersebut.
Dalam acara Ngopi Bareng bersama awak media Kota Sawahlunto, bertempat di Aula Pertemuan Lapas Narkotika Sawahlunto (Senin, 17 November 2025), Kalapas menyampaikan bahwa untuk mendorong serta lebih memaksimalkan pengembangan karya inovatif yang seluruh proses pembuatannya di lakukan dengan memberdayakan Warga Binaan, tentunya membutuhkan dukungan serta kerjasama dari segenap pihak termasuk para awak media atau wartawan.
"Ditengah segala keterbatasan, kami berharap, dengan bantuan pemberitaan dari rekan-rekan media, akan dapat menggugah Pemerintah Kota, Wakil Rakyat hingga para pengusaha tambang Batubara yang beraktivitas di kota ini untuk turut berperan serta membantu kegiatan pemberdayaan Warga Binaan yang saat ini berjumlah 511 orang" kata Ressy Setiawan yang sebelumnya bertugas dan menjabat sebagai Kepala Pengamanan Rutan Kelas 1 Palembang.
Terkait dengan Batik Tangsi, Kalapas yang bertugas di Sawahlunto sejak tanggal 12 juni lalu menyampaikan bahwa inovasi ini berawal saat dirinya melihat potensi yang sangat menantang untuk di kembangkan sekaligus juga dapat mengabadikan narasi Sawahlunto, sebagai kota yang telah ditetapkan oléh UNESCO sebagai Warisan Dunia melalui media kain.
Nama "Tangsi" sendiri merujuk pada barak atau bangunan penjara kolonial, yang kini direfleksikan melalui tiga motif utama yang dicetak pada kain batik ini yaitu:
1. Motif Orang Rantai: Motif ini menuangkan kisah kelam Sawahlunto. Ia menggambarkan figur-figur manusia yang terikat rantai, merefleksikan sejarah buruh paksa atau narapidana yang menjadi bagian tak terpisahkan dari operasional tambang batu bara di masa lampau.
2. Motif Mak Itam: Motif ini merupakan simbol dari lokomotif kereta api uap ikonik yang dahulu beroperasi di Sawahlunto. 'Mak Itam' menjadi representasi konektivitas, transportasi, dan kemakmuran batubara di era lampau.
3. Motif Lingkaber (Lingkar Kawat Berduri): Motif ini paling mencerminkan asal-usulnya, yaitu lingkungan Lapas. Lingkaber melukiskan kawat berduri yang mencerminkan "Tangsi" atau barak penjara, menjadi pengingat akan batas dan proses pembinaan yang dijalani para pembuatnya.
"Batik Tangsi ini membuktikan bahwa keterbatasan ruang di balik jeruji besi tidak membatasi kreativitas. Karya warga binaan ini diharapkan mampu menjadi produk kerajinan yang membanggakan, sekaligus duta yang menceritakan kembali sejarah Sawahlunto kepada khalayak luas" pungkas Ressy Setiawan. (*)
Pewarta: Marjafri
« Prev Post
Next Post »
