Rocky Gerung Sudah Lama Prediksi Konflik PBNU: Saya Mau Sebut Aja Ini Prahara

Rocky Gerung Sudah Lama Prediksi Konflik PBNU: Saya Mau Sebut Aja Ini Prahara
pengamat politik Rocky Gerung menilai, kondisi yang terjadi saat ini di kubu PBNU sebenarnya telah terdeteksi sejak jauh-jauh hari.

BENTENGSUMBAR.COM – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU, tengah diguncang konflik internal. Lantas benarkah Yahya Cholil Staquf terancam lengser dari kursi ketua umum organisasi tersebut?


Terkait hal itu, pengamat politik Rocky Gerung menilai, kondisi yang terjadi saat ini di kubu PBNU sebenarnya telah terdeteksi sejak jauh-jauh hari.


"Ya, mungkin sudah jadi semacam sebutannya nasib politik NU, untuk selalu ada atau bersama-sama prahara. Saya mau sebut aja ini prahara," katanya dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Minggu, 23 November 2025.


"Karena tiba-tiba soal-soal yang sebetulnya samar-samar diintip oleh media massa, ditunggu oleh publik akhirnya meledak dalam bentuk konflik, seperti ini, konflik internal sebetulnya di dalam NU," sambungnya.


Mantan Dosen UI itu menjelaskan, pihak luar hanya bisa mendeteksi itu berbasis pada sinyal atau simptom yang diperlihatkan, antara komunikasi politik yang tersamar tetapi sangat bermakna. 


Yakni, antara Ketum PBNU Yahya Staquf dengan Sekjennya, Saifullah Yusuf atau yang biasa disapa Gus Ipul.


"Tapi kita coba bandingkan misalnya kondisi NU yang terus-menerus berupaya untuk menitih dua nilai, nilai akomodasionis dan nilai-nilai kebudayaan. Dan selalu orang bertanya, NU ini organisasi besar sangat signifikan untuk menentukan arah politik, bahkan arah negeri ini."


Tetapi, menurut Rocky, NU selalu ada di dalam dilema, mau berpihak pada nilai atau mau berpihak pada sesuatu yang lebih politis. 


"Nah itu kira-kira background-nya. Karena mereka tentu yang mempelajari kultur Islam mengerti dari awal bahwa pengkondisian itu sudah dihasilkan dari awal NU berdiri, antara memilih menjadi organisasi kultural yang basisnya keagamaan atau organisasi kultural yang ada arah politiknya," ucap Rocky.


"Jadi, dilema itu yang diriset bahkan oleh banyak Indonesianis, untuk membaca kira-kira karakter utama NU apa sebetulnya tuh. Dan kita mulai membaca bahwa itu akan berulang. Jadi itu saya sebut sebagai semacam nasib historis dari NU untuk selalu ada di dalam pusaran, bukan tragedilah kalau tragedi itu zaman Gus Dur."


Rocky Gerung berpendapat, culture yang sama masih ada, di mana NU mesti berlari di dalam kegelisahan masa depan, dan pragmatisme politik.


"Jadi sebetulnya itu dasar kenapa orang hari-hari ini mulai menyorot apa sebetulnya yang terjadi di dalam organisasi Nahdatul Ulama," ujarnya. (*) 


Sumber: Viva. co. id

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »