| Korban banjir itu, seperti saudaranya di bagian Aceh lainnya, Sumut dan Sumbar, sedang diarak nasib tidak baik. (Foto pembangunan Huntara). |
Hari sudah tinggi, Kuala Simpang semakin ramai saja. Kawasan bersejarah ini, kembali dicatat karena bencana. Saat ini, giat dibangun oleh ratusan pekerja hunian sementara (huntara) untuk korban banjir.
Korban banjir itu, seperti saudaranya di bagian Aceh lainnya, Sumut dan Sumbar, sedang diarak nasib tidak baik. Malam yang buruk berangsur pulih. Di daerah bencana ini, tampak banyak sekali orang tak mungkin punya materi, tapi memiliki hati. Untuk para korban dibuatkan pemerintah huntara, bukan sebagai tugas karena imbauan namun kewajiban, sebagaimana disampaikan COO Danantara, Dony Oskaria. “Ini kewajiban kita,” katanya.
Dan, saya sudah sampai di huntara itu, lokasi yang lumayan jauh dari Kuala Simpang. Ratusan orang terlihat sedang bekerja. Hunian sementara itu, dibangun Danantara. Presiden Prabowo akan melihat bangunan itu pada 01 Januari 2026. Tentu saja yang utama bertemu korban banjir.
Sesaat setelahnya, dari Masjid Darussalam, sebelah lokasi huntara, terdengar suara azan Zuhur. Ratusan pekerja sehabis makan mereka akan ke sana, untuk salat dan kemudian kembali bekerja lagi. Di sini, pekerjaan dilakukan 24 jam sehari.
Huntara dengan konstruksi baja ringan itu, sudah mulai berdiri satu per satu. Yang lain sedang dibangun. Pekerjaan dilakukan atas kolaborasi 7 BUMN karya di bawah payung Danantara.
“Ya Pak, kami harus siapkan 600 unit huntara dalam beberapa hari ini,” kaya seorang pekerja, Arwan. Tak peduli cuaca buruk atau baik. Ia berdoa semoga tidak hujan, sebab mesti selesai sebelum tahun baru.
"Kami tidak mau lama-lama di tenda depan rumah, karena setiap melihat rumah ada trauma dirasakan pak,"ujar pengungsi, Dewi warga Aur Tamiang
"Kita kerja 24 jam dengan sistem shift. Selain mendatangkan teknisi dari berbagai daerah, juga merekrut 100 tenaga kerja lokal untuk membangun sekitar 120 unit Huntara lengkap,"ujar Kadiv Infra 2 Adhi Karya Rony, Minggu.
Huntara di dekat masjid Raya Tamiang dibangun kerja kolaborasi BUMN Karya dikoordinir oleh BUMN Hutama Karya.
Sementara HK dan Nindya Karta, Wika, PP dan lain BUMN Karya lain di bawah bendera BUMN Peduli terlihat berjibaku.
Huntara dengan dua kamar satu dapur dengan kamar mandi bersama itu, adalah hunian untuk sementara. Setelahnya akan dibuatkan hunian tetap (huntap).
Aceh Tamiang, memang tidak sedang sendirian. Ribuan orang datang antar bantuan. Di Aceh Tamiang, 88 warga meninggal dan di tiga provinsi 3.188 fasilitas pebdidikan rusak. Di Tamiang juga, 439 sekolah rusak. Semua perabot dan isinya berantakan. Dari angka itu, 73 rusak berat, 306 sedang dan 60 lainnya rusak ringan. Lalu, ada 58 unit sekolah yang aman.
Aceh Tamiang hari ke-33 pascabanjir, memang lelah. Musibah yang datang di luar perkiraan. Saat ini jumlah pengungsi di Aceh Tamiang sekitar 150 ribu orang, untuk merekalah huntara dibangun. Memang banyak sekali rumah di tepi jalan saja, apalagi di dalam kampung yang ditinggal begitu saja karena tak mungkin lagi didiami. Makanya, huntara adalah harapan. (*)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »