HEADLINE
Pemko Payakumbuh Tegaskan Tidak Ada Intervensi Pimpinan Daerah Dalam Pengadaan Barang dan Jasa    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

BENTENGSUMBAR.COM - Pemko Payakumbuh menepis tudingan adanya praktik “kongkalikong” atau intervensi dari pimpinan daerah dalam proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh.

Pemerintah menegaskan bahwa seluruh tahapan proses tender dilakukan secara transparan, terbuka, bersaing, adil dan akuntabel sesuai dengan prinsip pengadaan dan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pernyataan ini disampaikan menyusul berkembangnya berbagai isu di masyarakat terkait dugaan adanya permainan dalam proses tender dan proyek fisik pemerintah.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Payakumbuh, Kurniawan Syahputra, menegaskan bahwa isu tersebut tidak berdasar.

Ia memastikan seluruh proses tender telah berjalan sesuai dengan mekanisme melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE), dan diawasi oleh LKPP RI.

“Kami pastikan tidak ada intervensi dari Wali Kota, Wakil Wali Kota, maupun Sekretaris Daerah. Semua berjalan sesuai regulasi dan sistem yang telah ditetapkan dalam proses pengadaan barang dan jasa,” kata Kurniawan, Jumat (07/11/2025).

Kurniawan menambahkan, Pemko Payakumbuh berkomitmen menjaga prinsip good governance dengan memastikan seluruh kegiatan pengadaan dilakukan secara terbuka dan bebas dari tekanan pihak manapun.

Sikap serupa disampaikan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Payakumbuh, Muslim, yang menegaskan tidak ada celah permainan dalam pelaksanaan proyek di dinasnya.

Menurutnya, seluruh kegiatan fisik dan pengadaan telah mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali.

Terakhir dengan Perpres Nomor 46 Tahun 2025 tentang perubahan kedua atas peraturan presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

“Setiap pekerjaan di Dinas PUPR telah melalui tahapan perencanaan, tender, hingga pelaksanaan sesuai prosedur. Semua terekam dalam sistem dan diawasi ketat, jadi tidak ada ruang untuk permainan,” ujarnya.

Ia menambahkan, pengawasan internal maupun eksternal selalu melekat di setiap tahap, termasuk oleh Inspektorat dan lembaga pengawas eksternal lainnya.

Selain itu, juga di lakukan pengujian labor terhadap hasil pekerjaan, untuk memastikan pekerjaan sesuai spek. Ketika tidak sesuai, maka tidak akan dibayar.

“Kami mengajak masyarakat lebih cermat menyaring informasi. Jangan mudah percaya pada isu liar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan,” terangnya.

Sementara itu, Plt. Kepala Bagian PBJ & Dalbang Setdako Payakumbuh, Yerisiswanto, memastikan Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa (UKPBJ) bekerja secara profesional, berintegritas dan independen.

“Semua proses tender dilakukan secara elektronik melalui SPSE. Pokja Pemilihan yang ditugaskan juga sudah tersertifikasi oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Republik Indonesia (LKPP RI), dan bekerja tanpa arahan dari pihak mana pun,” tegasnya.

Yerisiswanto menambahkan, tahapan sanggah secara terbuka juga telah disediakan oleh sistem yang merupakan bagian dari proses tender, di peruntukkan bagi peserta yang merasa keberatan terhadap hasil tender atau evaluasi yang dilakukan oleh Pokja Pemilihan sebagai bentuk akuntabilitas publik.

Melalui pernyataan bersama ini, Pemerintah Kota Payakumbuh berharap kepercayaan publik tetap terjaga di tengah derasnya isu yang beredar.

“Prinsip pemerintahan bersih, transparan, dan bebas KKN adalah komitmen yang terus kami jaga,” tutup Kurniawan. (HM)

“Neraka di Guguk Malintang: Di Antara Api, Takbir, dan Darah Penjajah”    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

“Neraka di Guguk Malintang: Di Antara Api, Takbir, dan Darah Penjajah”
Kisah ini dikutip dari memoar seorang prajurit Belanda yang selamat dari pertempuran di Guguk Malintang — salah satu babak paling berdarah dalam Perang Padri di Sumatra Barat.
KATA
Pengantar

Kisah ini dikutip dari memoar seorang prajurit Belanda yang selamat dari pertempuran di Guguk Malintang — salah satu babak paling berdarah dalam Perang Padri di Sumatra Barat. Di antara desing mesiu dan dentuman meriam, tersimpan kesaksian yang mengerikan: bagaimana sebuah benteng yang dijaga dengan gagah akhirnya menjadi lautan api, dan bagaimana semangat yang mereka anggap akan tunduk justru menyala menelan segalanya.

Tahun 1841. Di pantai barat Sumatra, keadaan masih jauh dari tenang, masih jauh dari damai.

Meskipun perang Padri — yang mengoyak tanah Minangkabau selama bertahun-tahun — telah berakhir pada tahun 1837, dengan jatuhnya benteng Bondjol pada 16 Agustus di tangan pasukan Letnan Kolonel A. V. Michiels, namun daerah itu belum mengenal arti ketenteraman. Api perlawanan masih berasap di balik lembah, di antara kabut gunung. Kekacauan masih berdenyut.

Sering kali terjadi pertempuran kecil, dan bahkan setelah pendudukan atas Batipo, belum juga dapat dikatakan keadaan aman.

Pagi hari, tanggal 24 Februari 1841, sekitar pukul lima, saat embun masih menggantung di lereng-lereng hijau, seorang penjaga kamp Guguk Malintang melihat nyala besar di arah Padang Pandjang. Api membubung tinggi, merah membakar langit pagi. Ia segera memberi tahu komandan jaga, yang lalu bergegas melapor kepada perwira militernya, Letnan Dua J. B. Banzer.

Keduanya naik ke atas tanggul pertahanan, dan dari sana tampaklah sebagian besar bangunan di Padang Pandjang telah menjadi lautan api.

Banzer segera memerintahkan pasukannya bersiap di bawah senjata. Namun belum sempat perintahnya dilaksanakan, terdengar pekikan mengguncang udara: “Padries!”

Dan seketika, dari arah belakang, pasukan padri menyerbu ke dalam kamp dengan pekik perang yang menggetarkan dada. Mereka datang seperti badai. Pasukan Banzer belum sempat mengambil peluru, mereka hanya dapat bertahan dengan bayonet yang berkilat dalam cahaya api.

Letnan Banzer berusaha secepat mungkin mencapai reduit — benteng kecil pertahanan di mana tersimpan bubuk mesiu. Namun musuh telah menyebar di seluruh kamp. Mereka menyalakan api di setiap bangunan, dan dalam hitungan menit, seluruh kamp berubah menjadi neraka menyala.

Di tengah kobaran itu, sebagian berhasil berlindung di dalam reduit: de betaalmeester 2e klasse (1ste luitenant) G. Keppel, 3 Europ. en 2 Inl. onder-officieren, 2 Europ. en 2 Inl. korporaals, 7 Eur. fuseliers, 31 Inl. fuseliers
serta sekitar 44 perempuan dan anak-anak.

Namun semua persediaan makanan telah musnah — terbakar bersama kamp yang kini tinggal arang.

Musuh segera mengepung reduit. Mereka memanfaatkan tanggul pertahanan sebagai perlindungan untuk mendekat tanpa terlihat. Posisi reduit sangat tidak menguntungkan, bastion bagian timur terletak lebih tinggi dari reduit, membuat musuh dapat melihat dan menembaki siapa pun yang bergerak di dalamnya. Hari pertama saja sudah banyak yang terluka.

Namun pasukan kecil di dalam reduit tetap menembak tanpa henti, mencoba menghalangi pendekatan musuh. Di tengah kekacauan itu, mereka bernasib mujur menembak seekor babi kecil milik Letnan Keppel yang lepas, lalu membaginya di antara prajurit — santapan kecil di antara kepungan maut. Tetapi kekurangan air terasa jauh lebih menyiksa.

Air Sawah — Setetes Kehidupan di Tengah Neraka

Di daerah tropis seperti ini, tak tersedianya air bagi sembilan puluh jiwa termasuk mereka yang terluka adalah penderitaan yang tak terbayangkan. Bahkan untuk mencuci laras meriam pun mereka memerlukan air. Maka sang komandan memutuskan mengirim regu kecil untuk mencari air ke sawah terdekat.

Malam itu, di bawah hujan peluru dari kedua pihak, mereka berhasil membawa sedikit air sawah yang kotor dan keruh. Namun bagi yang sekarat kehausan, air itu terasa seperti nektar dari surga.

Kepungan, Granat, dan Tekad yang Terakhir

Keesokan paginya, 25 Februari, terlihat jelas bahwa musuh (Padri) tidak menyia-nyiakan malam. Mereka telah membuat rintangan-rintangan dan parit-parit perlindungan yang kini mengelilingi seluruh reduit. Letnan Banzer segera memahami: sebentar lagi, musuh akan melancarkan serangan besar.

Ia pun memberi perintah: 
"isi granat-granat, letakkan di sepanjang tanggul pertahanan agar siap dilemparkan bila serangan benar-benar datang."
Dan memang, firasat itu segera terbukti.

Tepat pukul dua belas siang, serangan besar dimulai.

Letnan Banzer telah berunding dengan rekan perwiranya dan para bintara. Mereka sepakat:

Jika reduit tak lagi dapat dipertahankan melawan jumlah musuh yang jauh lebih besar, maka Banzer sendiri akan menyalakan sumbu bubuk mesiu, meledakkan semuanya, diri mereka, dan benteng itu daripada jatuh hidup-hidup ke tangan musuh.

Semangat itu sama seperti semangat Van Speyk pada tahun 1831 di Antwerpen, ketika ia meledakkan kanon perahu no. 2 miliknya agar tak jatuh ke tangan lawan.

Musuh mendekat hingga jarak 25 langkah dari reduit, tapi tembakan bertubi-tubi dari pasukan Banzer, serta ledakan granat yang dijatuhkan dari atas tanggul, membuat penyerang terkejut dan berhenti.
Serangan gagal menembus.

Sekitar pukul tiga sore, mereka mundur namun terus saja menembak dari kejauhan, dan kini mulai melempari reduit dengan batu-batu besar. Beberapa perempuan pun menjadi korban lemparan itu.

Saat malam turun, datanglah musuh baru: kelaparan.

Letnan Banzer mengirim patroli kecil untuk mencari makanan. Mereka bernasib sedikit beruntung, menemukan beberapa keladi liar di sekitar situ. Namun hasilnya tidak seberapa; hanya cukup untuk mengganjal perut, bukan mengenyangkan.

Malam 25 ke 26 Februari, langit mendadak pecah oleh hujan deras. Hujan itu disambut dengan syukur, air tertampung di helm, kaleng, dan kain. Namun kebahagiaan itu cepat berubah menjadi derita baru: tak ada tempat berteduh selain gudang mesiu. Semua basah kuyup. Dan lebih parah lagi, senapan-senapan mereka, yang telah aus karena terus-menerus digunakan, kini sepenuhnya rusak oleh air hujan.

Pasukan Banzer kelelahan.
Lapar, haus, mengantuk, dan luka-luka.
Namun sang Letnan terus berusaha menyalakan semangat mereka, berbicara dengan suara serak di tengah kegelapan:

“Kita harus bertahan. Bantuan akan datang. Pertahankan reduit ini dengan apa pun yang tersisa.”

Musuh di luar juga tak berdiam diri. Mereka terus menggali dan merangkak makin dekat, sambil menembak dan melempari batu.

Tepat pukul tujuh malam, serangan besar kembali dilancarkan.

Namun sekali lagi, granat-granat dari tanggul menghentikan mereka. Api menyala, batu berterbangan, jeritan terdengar dari segala arah. Tapi benteng kecil itu masih bertahan — berdiri di antara kobaran api dan kegelapan.

Hari Ketiga: Bau Mesiu, Batu, dan Daging Anjing

Malam 27 Februari berlalu tenang... tetapi hanya di permukaan.
Barisan di dalam reduit telah menyusut drastis. Banyak yang gugur atau terluka, dan yang tersisa hanya bisa berdiri karena sisa tenaga terakhir mereka.

Dari atas benteng, mereka dapat melihat musuh kini sudah menggali hingga tepat di bawah dinding reduit.
Banzer tahu — serangan besar akan segera datang.

Para penyerang mulai menyeret ikat-ikat jerami padi, menumpuknya hingga setinggi manusia di depan benteng.
Di pihak Banzer, banyak prajurit yang terlalu lemah untuk mengangkat senjata. Kekuatan tembakan mereka menurun drastis.

Dari atas bastion yang lebih tinggi, para pengintai musuh memberi aba-aba kepada pasukan di bawahnya. Batu-batu besar dilemparkan dengan akurat, siapa pun yang tidak bersembunyi di balik tanggul pasti terkena.

Dalam serangan itu, satu fusilier bumiputera tewas, satu fusilier Eropa dan tujuh fusilier bumiputera terluka.

Letnan Banzer menyadari:
“Kita tidak akan bisa bertahan lebih lama dengan cara ini.”

Ia lalu berunding dengan Letnan Keppel. Keduanya sepakat, pada malam berikutnya, mereka akan mencoba meninggalkan reduit secara diam-diam. Keputusan ini kemudian disampaikan kepada para prajurit yang luka parah: 
- Sersan ahli senjata J. G. Schelling (St. 1621), - Fusilier Eropa F. Marien (St. 17850), dan 
- Fusilier bumiputera Sosmito (St. 19659), asal Djoyo Baling.

Namun ketiganya menolak ikut.
Mereka tahu diri mereka terlalu lemah dan akan memperlambat langkah rekan-rekannya.
Mereka memutuskan tinggal.
Dengan suara tenang mereka berjanji:

“Jika musuh berhasil masuk ke reduit, kami akan menyalakan sumbu mesiu, seperti yang telah diperintahkan.”

Pelarian di Tengah Neraka dan Janji yang Ditepati

Sepanjang hari, mereka masih sempat memperoleh sedikit keberuntungan: seekor anjing sakit milik Letnan Keppel berhasil ditembak. Hewan itu dibersihkan dengan hati-hati, dan di tengah kelaparan yang menggigit, dagingnya terasa seperti santapan lezat.

Namun desakan lapar semakin tak tertahankan. Para prajurit mendesak kepada Banzer agar segera bertindak:
“Kami rela bertempur sampai mati, tetapi jangan biarkan kami mati kelaparan.”

Banzer pun mengambil keputusan.
Ia memaku senjata-senjata artileri, agar tidak jatuh ke tangan musuh.
Setiap prajurit diberi tiga bungkus peluru dan batu pemantik api.
Lalu, sebelum berangkat, ia berpamitan kepada mereka yang tak dapat pergi, para prajurit luka parah yang sudah bersiap menunaikan janji terakhir mereka.

Setelah itu, berangkatlah rombongan kecil:
Letnan Keppel,
delapan prajurit Eropa,
sembilan belas prajurit bumiputera,
serta para perempuan dan anak-anak.

Arak-arakan yang Berduka

Sulit dibayangkan bagaimana rasanya bergerak di malam gulita, dengan tubuh penuh luka, haus, dan lapar, di tengah hutan belantara yang dikepung musuh.
Tubuh mereka lemah, luka belum terbalut, dan rasa gentar menekan dada.

Begitu keluar dari reduit, sebagian prajurit langsung diserang rasa panik.
Ada yang ketakutan akan ketahuan, lalu memisahkan diri.
Ada pula yang tak kuat mengikuti langkah dan hilang ditelan gelap malam.

Namun Letnan Banzer, Letnan Keppel, dan beberapa bintara serta prajurit Eropa tetap berusaha bersama, merangkak di antara semak, menembus kegelapan dengan tenaga terakhir.

Setelah sekitar satu jam merayap di semak, Letnan Keppel — yang baru saja sembuh dari sakit berat — mulai kehilangan seluruh kekuatannya.
Kawan-kawannya berusaha menolongnya, menarik tubuhnya, memapah, tapi Keppel menolak. Akhirnya, dengan hati remuk, mereka meninggalkannya dalam kegelapan — sesuai keinginannya sendiri.
Mereka tahu nasibnya telah ditentukan.

Janji yang Ditepati dengan Api

Sekitar satu setengah jam setelah itu, ketika mereka merayap lebih jauh ke hutan, terdengarlah dentuman dahsyat mengguncang malam.

Langit di belakang mereka memerah.
Tiga prajurit yang tinggal di reduit — Sersan Schelling, Fusilier Marien, dan Fusilier Sosmito — telah menepati janji mereka.

Mereka menyalakan sumbu mesiu dan meledakkan seluruh benteng bersama musuh yang menyerbu.
Mereka memilih terbang ke udara dalam kobaran api, daripada menyerah.

Pelarian yang Penuh Luka

Sisa kelompok Banzer melanjutkan perjalanan sepanjang sisa malam itu.
Mereka merayap melalui sungai yang dangkal dengan tubuh penuh luka dan lumpur.

Ketika fajar menyingsing, mereka terus berjalan di bawah lindungan rimba, berusaha tak terlihat.

Namun musuh menemukan mereka juga. Suara teriakan dan tembakan menggema di kejauhan.

Banzer dan anak buahnya terpaksa menyelamatkan diri dengan menjatuhkan tubuh mereka ke dalam jurang curam, bersembunyi di dasar lembah yang gelap dan basah.
Di sana mereka berdiam, menahan napas, menunggu malam tiba kembali.

Malam 28 Februari ke 1 Maret, mereka kembali melanjutkan perjalanan, melintasi sungai yang lain.

Perjalanan ini amat berat bagi mereka yang terluka — tanpa makanan, tanpa tenaga, mereka nyaris tak mampu melangkah.

Dan malapetaka belum usai. Mereka kembali ditemukan dan dikejar.
Namun sekali lagi mereka lolos, bersembunyi dalam rimba yang sunyi dan pekat.

Malam berikutnya, 1 ke 2 Maret, mereka melanjutkan pelarian.
Tepat pukul tiga dini hari, mereka berhasil menyeberangi sebuah sungai lagi — tetapi kini, seluruh tenaga mereka telah habis.

Pertolongan Terakhir dan Keabadian Nama

Mereka beristirahat sejenak.
Namun di tengah keputusasaan itu, tekad untuk bertahan hidup masih menyala samar-samar.
Mereka sadar, tak mungkin terus bersembunyi di dalam rimba.
Mereka harus terus bergerak, meski dengan tubuh nyaris mati.

Ketika pagi menjelang, mereka menemukan beberapa buah liar yang busuk dan daun pisang muda.
Mereka memakannya mentah-mentah, hanya agar masih mampu berjalan.

Tiba-tiba, di antara pepohonan, mereka melihat barisan tentara sedang melintas. Dengan sisa suara, Banzer dan anak buahnya berteriak minta tolong.

Pasukan itu berhenti. Beberapa prajurit dikirim menyeberang sungai untuk menolong mereka. Dan ketika mereka tiba di jalan besar, mereka sadar — mereka telah diselamatkan oleh kolonne bergerak di bawah pimpinan langsung Gubernur Pantai Barat Sumatra, Kolonel A. V. Michiels.

Pertemuan itu tak dapat digambarkan dengan kata-kata. Air mata, luka, dan kelegaan bercampur menjadi satu.

Hanya Lima Jiwa yang Selamat

Dari 86 orang — laki-laki, perempuan, dan anak-anak — yang berlindung di dalam reduit Guguk Malintang sejak serangan pertama, hanya lima yang berhasil keluar hidup-hidup.
Mereka menjadi saksi atas nasib tragis kawan-kawan mereka, dan atas keberanian tiga pahlawan yang memilih mati meledak bersama bentengnya.

Untuk keberanian itu, Letnan Banzer dan Sersan Van Holy dianugerahi kenaikan pangkat luar biasa — masing-masing menjadi Letnan Pertama dan Letnan Kedua — serta bersama tiga rekan mereka yang selamat, menerima Bintang Militaire Willems-Orde kelas ke-4.

Tulisan ini, bersumber dari catatan harian Letnan Banzer, ditulis agar generasi muda di Hindia tidak hanya mengenal kisah kepahlawanan Yunani, Romawi, atau tokoh Eropa seperti Reinier Claassen dan Jan Haring, tetapi juga meneladani semangat pengorbanan, persaudaraan, dan keteguhan hati yang lahir di tanah mereka sendiri, di rimba Sumatra.

Seperti yang tertulis dalam perintah harian 5 Mei 1841 oleh Jenderal-Major Cochius, Komandan Tentara Hindia Belanda:

"Di Goegoek Malintang, hendaklah sebuah tugu peringatan didirikan, dan nama-nama kalian dipahat di atasnya, untuk mempermalukan sang pemberontak, dan sebagai pengingat yang mulia akan perbuatan mulia kalian."

— J. J. M. van Dam

***

Epilog — Di Mana Takbir dan Meriam Bertemu

Pagi itu, ketika asap terakhir perlahan terurai di langit Padang-Pandjang, tak ada lagi yang tersisa dari Guguk Malintang selain arang dan kesunyian.

Di antara abu dan bara, waktu berhenti — hanya menyisakan bau mesiu dan darah yang menempel di tanah basah.

Dari sembilan puluh jiwa yang bertahan di reduit itu yang terdiri dari tentara, perempuan, dan anak-anak, hanya lima yang berhasil keluar hidup-hidup.

Mereka berjalan tersesat di rimba, lapar, haus, luka, dan terkutuk untuk hidup membawa ingatan yang tak akan pernah sembuh.

Di antara mereka adalah Letnan Banzer, yang kelak menulis memoar itu dengan tangan bergetar.

Dialah saksi dari neraka yang turun di Guguk Malintang, tempat di mana orang-orang berperang tanpa rasa takut, karena sebagian di antara mereka sudah lebih dulu menyerahkan nyawanya pada langit.

Dalam catatannya, ia menulis tentang kawan-kawannya — Schelling, Marien, dan Sosmito — yang memilih menyalakan sumbu mesiu dan meledakkan diri bersama benteng, daripada menyerah. Ia menyebut mereka pahlawan. Tapi di antara baris-baris itu, kita membaca sesuatu yang lebih dalam: ketakjuban terhadap musuh-musuhnya, yang tak gentar meski hanya berbekal doa dan parang.

Ia menulis, dan tanpa ia sadari, dalam tulisannya bergema takbir Padri yang pernah ia dengar di tengah asap dan api. Takbir itu bukan sekadar seruan perang — itu adalah nyanyian jiwa orang-orang yang tak mau tunduk.

Kini, hampir dua abad telah berlalu.
Guguk Malintang tinggal nama, terkubur di antara arsip, peta, dan baris dingin laporan militer. Tapi jika seseorang berjalan di sana pada malam sunyi, dan angin bertiup dari arah utara, mungkin ia akan mendengar gema samar dari masa lalu — takbir yang bersahut dengan dentuman meriam,
dua suara yang saling menelan,
dua dunia yang tak pernah berdamai,
namun keduanya sama-sama menjadi saksi bahwa keberanian tak memilih bendera.

Di tanah itu, Padri dan serdadu sama-sama abadi — dalam api, dalam darah, dan dalam sejarah.

Tamat ...

sumber: ZIJ STREKKEN ONS TOT VOORBEELD! Goegoek Malintang 27 Februari 1841 -  27 Februari 1941.
Di sunting: Marjafri, Founder dan Ketua Komunitas Anak Nagari Sawahlunto

Komitmen Terapkan Smart City, Padang Raih Penghargaan ISNA 2025    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

Komitmen Terapkan Smart City, Padang Raih Penghargaan ISNA 2025
Pemerintah Kota Padang kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan pada ajang Indonesia Smart Nation Awards (ISNA) 2025.
BENTENGSUMBAR.COM
– Konsisten menunjukkan komitmen kuat dalam pengembangan enam pilar Smart City, Pemerintah Kota Padang kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan pada ajang Indonesia Smart Nation Awards (ISNA) 2025.

Penghargaan berupa Special Award diterima langsung oleh Wakil Wali Kota Padang Maigus Nasir dalam acara yang digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Sabtu malam (8/11/2025). 

Kota Padang menjadi satu dari dua kota di Sumatera yang berhasil meraih penghargaan ini, bersama Kota Dumai.

Komitmen Terapkan Smart City, Padang Raih Penghargaan ISNA 2025
Pemerintah Kota Padang kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan pada ajang Indonesia Smart Nation Awards (ISNA) 2025.
“Alhamdulillah, malam ini Kota Padang kembali memperoleh penghargaan atas berbagai inovasi yang kita lakukan. Salah satunya melalui program Smart Surau, yang berperan penting dalam bidang pendidikan, penguatan karakter, dan pengembangan masyarakat berbasis teknologi,” ujar Maigus Nasir usai menerima penghargaan.

Ia menambahkan, penghargaan ini juga diraih berkat upaya Pemerintah Kota Padang dalam mewujudkan Kota Gastronomy, di mana Padang dinilai sukses menggerakkan lebih dari 20 ribu pelaku UMKM melalui sistem informasi dan komunikasi berbasis digital dengan konsep gastronomi.

“Melalui pembangunan Progul Padang Amanah dengan tata kelola pemerintahan berbasis digital, kami berharap penghargaan ini menjadi pemicu semangat baru untuk terus berinovasi dan berkolaborasi membangun Kota Padang yang lebih maju dan berdaya saing,” lanjutnya.

Komitmen Terapkan Smart City, Padang Raih Penghargaan ISNA 2025
Pemerintah Kota Padang kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan pada ajang Indonesia Smart Nation Awards (ISNA) 2025.
Sementara itu, CEO Citiasia, Fitrah Rachmat Kautsar, menjelaskan bahwa ISNA merupakan inisiatif lembaga non-pemerintah yang konsisten memberikan apresiasi kepada kepala daerah dan pemerintah daerah atas inovasi unggul dalam penerapan konsep smart city di Indonesia.

“Dalam tujuh kali penyelenggaraan ISNA, kami selalu menghadirkan tema berbeda setiap tahunnya, seperti City Branding, Food Resilience (Ketahanan Pangan), Sustainable Ecology (Ekologi Berkelanjutan), hingga Special Award,” jelas Fitra.

Menurutnya, riset ISNA mencakup 514 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia, dengan parameter penilaian bersumber dari lembaga resmi seperti Kementerian Komdigi, Kementerian Dalam Negeri, serta berbagai indeks nasional seperti Indeks Ketahanan Pangan dan Food Safety and Renewable Atlas dari Bappenas.

Komitmen Terapkan Smart City, Padang Raih Penghargaan ISNA 2025
Pemerintah Kota Padang kembali menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan pada ajang Indonesia Smart Nation Awards (ISNA) 2025.
“Kami percaya, penerapan smart city tidak bisa hanya bergantung pada satu pihak. Diperlukan kolaborasi lintas sektor agar inovasi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Selamat kepada seluruh pemerintah daerah penerima penghargaan, mari bersama mewujudkan Indonesia yang semakin cerdas,” tutupnya.

Turut mendampingi Wakil Wali Kota Padang, Kepala Dinas Kominfo Kota Padang Boby Firman, didampingi Plt. Sekretaris Dinas….. serta Kabag Umum Setda Kota Padang Harry Krisna.(ADV)

PTF Se-Indonesia Edukasi Obat & Olah Teh Culup Mengkudu di Kota Pariaman    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

PTF Se-Indonesia Edukasi Obat & Olah Teh Culup Mengkudu di Kota Pariaman
Wakil Wali Kota Pariaman, Mulyadi saat menyambut kedatangan rombongan mengapresiasi kegiatan ini dan mengucapkan terima kasih karena memilih Kota Pariaman menjadi pusat kegiatannya.
BENTENGSUMBAR.COM
- Kolaborasi nasional Perguruan Tinggi Farmasi (PTF) se Indonesia melakukan pengabdian kepada masyarakat di Kota Pariaman dengan agenda penyuluhan tentang obat dan obat bahan alami serta pembuatan teh celup dari bahan mengkudu di Kantor Desa Talago Sariak, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman, Sabtu (8/11).

Wakil Wali Kota Pariaman, Mulyadi saat menyambut kedatangan rombongan mengapresiasi kegiatan ini dan mengucapkan terima kasih karena memilih Kota Pariaman menjadi pusat kegiatannya.

"Ini adalah bukti  farmasis tidak hanya berkutat di balik meja apotek, tapi juga aktif memajukan kekayaan alam kita. Kami berharap sinergi ini melahirkan produk-produk kesehatan berbahan dasar mengkudu yang bisa mengangkat perekonomian masyarakat Pariaman," ujarnya.

Kunjungan para farmasis dari seluruh Indonesia dapat memberikan masukan ilmiah bagi pengembangan produk unggulan daerah.

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang sekaligus Ketua rombongan, Fatma Sri Wahyuni saat sambutannya mengucapkan terima kasih kepada Pemko Pariaman atas fasilitas yang  diberikan.  

Kegiatan ini salah satu bentuk komitmen Fakultas Farmasi dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.

“Kegiatan ini sangat istimewa  karena  diikuti lebih dari 22 Perguruan Tinggi Farmasi se Indonesia sehingga ini adalah pengabdian nasional kolaborasi pertama yang ada di Indonesia. Hari ini kegiatan kita tidak hanya edukasi terkait bagaimana mendapatkan, menggunakan dan menyimpan serta membuang obat, tetapi juga bagaimana menggunakan obat tradisional dan pemberdayaan tanaman obat di lingkungan sekitar seperti salah satunya adalah buah mengkudu yang bisa dibuat teh culup, “ ungkapnya.

Literasi kesehatan yang baik adalah fondasi utama bagi kesehatan keluarga. Tidak hanya itu, PTF telah berhasil membuat inovasi dari buah mengkudu, yang dikenal memiliki rasa pahit dan aroma kuat, diolah menjadi produk teh celup yang praktis dan memiliki umur simpan yang lebih lama serta mampu meningkatkan ekonomi masyarakat di Kota Pariaman.

“Tujuan dari semua ini adalah memberikan alternatif pemanfaatan mengkudu lokal yang berkhasiat sebagai antihipertensi dan antioksidan, namun dengan bentuk sediaan yang lebih mudah diterima (terutama dari segi rasa dan aroma) dan kita berharap kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat bagaimana sebenarnya penggunaan obat baik kimia maupun tradisional yang baik untuk kesehatan tubuh kita, “ harapnya.

Walikota Pariaman diwakili  Kepala Dinas Kominfo Kota Pariaman, Yalviendri dalam sambutannya pada pembukaan kegiatan tersebut memberikan apresiasi tinggi dan mengucapkan terima kasih atas kolaborasi luar biasa dari perguruan tinggi farmasi seluruh Indonesia.

“Kami sangat mengapresiasi kolaborasi farmasi nasional yang telah memilih Kota Pariaman. Edukasi tentang obat dan inovasi produk lokal seperti teh mengkudu ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan ekonomi masyarakat kami. Inovasi teh celup mengkudu ini bukan hanya tentang kesehatan, tapi juga tentang bagaimana kita mengangkat potensi pangan lokal menjadi produk unggulan daerah, “ ujarnya.

Kolaborasi dengan agenda penyuluhan tentang obat dan obat bahan alami serta pembuatan teh celup dari bahan mengkudu di Kota Pariaman menghadirkan 100 peserta dari Desa Talago Sariak, Kecamatan Pariaman Timur, Kota Pariaman.  

“Kegiatan kolaborasi ini diharapkan dapat menjadi model sinergi antara akademisi dan masyarakat dalam upaya percepatan peningkatan kualitas hidup dan kemandirian kesehatan di daerah. Kita juga berharap kegiatan ini tidak berhenti pada penyuluhan, melainkan menjadi pemicu bagi masyarakat Kota Pariaman untuk lebih mandiri dalam memanfaatkan potensi alam sekitar dan lebih cerdas dalam mengelolanya, “ harapnya.(wi/at)

Wakil Wali Kota Payakumbuh Elzadaswarman Hadiri Wisuda ke-18 STT Payakumbuh    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

Wakil Wali Kota Payakumbuh Elzadaswarman Hadiri Wisuda ke-18 STT Payakumbuh
Wakil Wali Kota Payakumbuh, Elzadaswarman saat menghadiri Wisuda ke-18 STT Payakumbuh untuk program Diploma III dan Sarjana yang digelar di Ballroom Hotel Mangkuto, Sabtu (08/11/2025).
BENTENGSUMBAR.COM
- Wakil Wali Kota Payakumbuh, Elzadaswarman, mengajak para lulusan Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Payakumbuh untuk tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga menjadi penggerak perubahan dan pencipta lapangan kerja di tengah tantangan era digital saat ini.

Hal itu disampaikannya saat menghadiri Wisuda ke-18 STT Payakumbuh untuk program Diploma III dan Sarjana yang digelar di Ballroom Hotel Mangkuto, Sabtu (08/11/2025).

“Hari ini adalah hari yang penuh makna. Perjuangan panjang para mahasiswa berakhir dengan keberhasilan. Namun ini bukan akhir, melainkan awal dari perjalanan baru menuju dunia yang sesungguhnya. Dunia yang penuh tantangan sekaligus peluang besar,” kata Wawako Elzadaswarman.

Menurutnya, perubahan merupakan sesuatu yang pasti dan tak terelakkan. Karena itu, generasi muda harus siap beradaptasi dan terus belajar agar mampu bertahan menghadapi perkembangan zaman.

“Suka atau tidak suka, satu hal yang pasti di dunia ini adalah perubahan. Dunia terus bergerak maju, teknologi terus berkembang, dan hanya mereka yang siap belajar sepanjang hayat yang akan bertahan,” ujarnya.

Elzadaswarman mengingatkan bahwa ijazah bukanlah tujuan akhir dari pendidikan, melainkan modal awal untuk mengamalkan ilmu dan berkontribusi bagi masyarakat.

“Jangan takut menghadapi perubahan. Jadilah penggerak, bukan pengikut. Kuasai teknologi, manfaatkan kemajuan digital untuk berkarya dan berinovasi,” ucapnya.

Ia juga berpesan agar para lulusan menggunakan media sosial secara produktif dan membangun personal branding yang positif.

“Gunakan media sosial bukan hanya untuk eksistensi, tetapi juga untuk produktivitas. Bangun citra diri yang kuat dan jadilah solusi atas permasalahan di sekitar Anda,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Dia menyampaikan atas nama Pemko Payakumbuh memberikan apresiasi kepada jajaran pimpinan, dosen, dan staf STT Payakumbuh atas keberhasilan menyelenggarakan wisuda dengan lancar.

Elzadaswarman juga berkomitmen mendukung pengembangan pendidikan vokasi dan digitalisasi kampus. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah daerah, dunia pendidikan, dan sektor industri menjadi kunci kemajuan Payakumbuh ke depan.

“Kami ingin STT Payakumbuh menjadi pusat unggulan pendidikan vokasi di Sumatera Barat. Kampus ini tidak hanya mencetak tenaga terampil, tetapi juga melahirkan inovator dan wirausaha muda yang siap membangun daerah,” katanya.

“Gunakan pengetahuan yang telah kalian peroleh untuk membangun Payakumbuh, membangun Sumatera Barat, dan mengharumkan nama bangsa Indonesia,” tutupnya.

Sementara itu, Ketua STT Payakumbuh Dr. Zulkifli menyampaikan bahwa hingga saat ini STT Payakumbuh telah meluluskan 1.097 alumni sejak berdiri.

Pada wisuda kali ini, ada 66 orang yang diwisuda. Yang terdiri dari 10 lulusan D3 Teknik Komputer, 31 lulusan S1 Teknik Sipil, dan 25 lulusan S1 Informatika.

Zulkifli mengatakan, wisuda bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan baru para lulusan untuk terus berkembang, belajar, dan berkontribusi bagi masyarakat.

“Gelar dan pengetahuan yang diperoleh di sini sangat berharga, namun tantangan sesungguhnya ada di luar sana. Jadikan pengalaman selama kuliah sebagai dasar untuk terus berinovasi,” ujarnya.

Ia menambahkan, STT Payakumbuh berkomitmen menyediakan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan perkembangan zaman.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, kampus berencana membuka dua program studi baru, yakni S1 Bisnis Digital dan S1 Arsitektur.

“Dengan pengembangan ini, insya Allah STT Payakumbuh akan bertransformasi menjadi Institut Teknologi dan Bisnis Payakumbuh, lembaga pendidikan yang lebih komprehensif dan adaptif terhadap kebutuhan masa kini,” kata Zulkifli.

Ia juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan berbagai program pendidikan lanjutan yang disediakan STT Payakumbuh sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keahlian generasi muda daerah.

"Mari bergabung dengan kami, manfaatkan program pendidikan lanjutan yang tersedia di STT Payakumbuh," pungkasnya. (HM)

Hamas Senang Turki Akan Tangkap PM Israel Benjamin Netanyahu atas Genosida Gaza    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

Hamas Senang Turki Akan Tangkap PM Israel Benjamin Netanyahu atas Genosida Gaza
Kantor Kejaksaan Umum Istanbul dalam sebuah pernyataan mengatakan Netanyahu dan 36 pejabat Israel lainnya dapat ditangkap jika berada di wilayah Turki.
BENTENGSUMBAR.COM
- Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, senang dan menyambut baik keputusan pengadilan Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan 36 pejabat Zionis lainnya atas tuduhan genosida di Jalur Gaza.

Para pejabat Zionis itu juga dituduh melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan atas perang mematikan Israel di Jalur Gaza.

Surat perintah yang dikeluarkan oleh Kantor Kejaksaan Umum Istanbul menargetkan para pejabat senior Israel, termasuk Menteri Pertahanan Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, Panglima Militer Letnan Jenderal Eyal Zamir, Komandan Angkatan Laut Israel David Saar Salama.

“Langkah terpuji ini mencerminkan posisi sejati rakyat dan kepemimpinan Turki dalam menegakkan keadilan, kemanusiaan, dan ikatan persaudaraan yang menyatukan mereka dengan rakyat Palestina kami yang tertindas, yang telah menghadapi dan terus menghadapi salah satu perang genosida paling brutal dalam sejarah modern di tangan para pemimpin pendudukan fasis,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

"Hamas menyerukan kepada pemerintah dan badan peradilan dunia untuk mengeluarkan surat perintah hukum untuk mengejar para pemimpin pendudukan Zionis (Israel) di mana pun mereka berada, dan untuk membawa mereka ke pengadilan guna meminta pertanggungjawaban atas kejahatan mereka terhadap kemanusiaan," lanjut pernyataan Hamas, seperti dikutip dari Anadolu, Minggu (9/11/2025).

Kantor Kejaksaan Umum Istanbul dalam sebuah pernyataan mengatakan Netanyahu dan 36 pejabat Israel lainnya dapat ditangkap jika berada di wilayah Turki.

“Berdasarkan bukti yang diperoleh, telah ditetapkan bahwa pejabat negara Israel memikul tanggung jawab pidana atas tindakan sistematis kejahatan terhadap kemanusiaan dan genosida yang dilakukan di Gaza,” bunyi pernyataan tersebut.

"Para tersangka tidak dapat ditangkap karena mereka saat ini tidak berada di Turki," lanjut pernyataan tersebut.

Israel mengecam tindakan hukum Turki tersebut sebagai tindakan bermotif politik dan tanpa dasar hukum.

Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

Israel telah menewaskan hampir 69.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 170.000 lainnya dalam serangan brutal di Gaza sejak Oktober 2023, sebelum serangan tersebut dihentikan berdasarkan kesepakatan gencatan senjata yang berlaku efektif pada 10 Oktober. (*) 

Sumber: SINDONews

Sahroni: Anak Gue Dibully Karena Hoaks "Black Mamba"    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

Sahroni: Anak Gue Dibully Karena Hoaks "Black Mamba"
Anggota DPR nonaktif Ahmad Sahroni memberikan klarifikasi terkait beredarnya isu di media sosial terhadap benda bernama "black mamba".
BENTENGSUMBAR.COM
- Anggota DPR nonaktif Ahmad Sahroni memberikan klarifikasi terkait beredarnya isu di media sosial yang menyebutkan bahwa benda bernama "black mamba" ditemukan di rumahnya pasca-penjarahan pada 30 Agustus 2025.

Dalam tayangan YouTube Total Politik yang direkam pada 15 September 2025, Sahroni menegaskan bahwa kabar tersebut sepenuhnya hoaks dan diduga merupakan bagian dari serangan sistematis.

“Diduga ada pihak-pihak yang memang sengaja merencanakan pemojokan karakter. Ada alat-alat yang dipakai sekelompok orang untuk menghajar gua. Ini alat loh, alat gede yang dipakai,” ujar Sahroni.

Terkait isu "black mamba" yang dikaitkan dengan dia, Sahroni menyebut hal tersebut merupakan manipulasi informasi lama yang sengaja dipelintir agar seolah-olah berkaitan dengan penjarahan rumahnya di Tanjung Priok.

“Lu bayangin, itu kejadian di rumah di Lebanon tahun 2020. Dikeluarin, kan gila. Dituduh kita yang ‘black mamba’. Itu kan serangan sistematis, bersamaan. Sengaja dibuat hoaks,” jelas Sahroni.

Sahroni juga menyebut bahwa rentetan serangan hoaks terhadap dirinya ini, juga berimbas kepada anak-anaknya yang mengalami bully.

“Kasian juga mereka, dua-duanya (anak) di-bully. Dihujat anak haram lah, jahaham. Bayangin bahasanya,” terang Sahroni.

Sebelumnya terkait isu ‘black mamba’, jika ditelusuri menggunakan teknik reverse image search melalui laman TinEye dan Yandex Image, membuktikan bahwa foto yang beredar luas di media sosial tidak berasal dari Indonesia, melainkan dari salah satu rumah artis Lebanon saat peristiwa ledakan pelabuhan Beirut pada 2020. (*)

Sumber: RMOL

Di Balik Kasus Legislator PAN Bakar Mobil Kader Demokrat: Motif Cemburu dan Istri Diduga Selingkuh    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

Di Balik Kasus Legislator PAN Bakar Mobil Kader Demokrat: Motif Cemburu dan Istri Diduga Selingkuh
Kasus ini ternyata berawal dari dugaan perselingkuhan yang menyeret istri Kamrianto dan seorang pria berinisial S (33).
BENTENGSUMBAR.COM
- Polisi akhirnya mengungkap motif di balik aksi pembakaran mobil Toyota Fortuner milik kader Partai Demokrat, Iskandar, yang dilakukan anggota DPRD Sinjai dari Fraksi PAN, Kamrianto (31). 

Kasus ini ternyata berawal dari dugaan perselingkuhan yang menyeret istri Kamrianto dan seorang pria berinisial S (33).

Kasat Reskrim Polres Sinjai, Iptu Adi Asrul, menjelaskan peristiwa bermula ketika Kamrianto memergoki istrinya bersama pria S di kompleks BTN Tangka Mas, Kecamatan Sinjai Utara, pada Jumat (17/10/2025). Ia kemudian melaporkan keduanya ke polisi atas dugaan perzinaan.

Namun dalam pemeriksaan, baik istri Kamrianto maupun pria S mengaku hanya membahas program Makan Bergizi Gratis (MBG) saat bertemu.

"Kita masih selidiki dan dari hasil pemeriksaan keduanya tidak mengaku. Mereka katanya hanya membicarakan kerja sama MBG," kata Adi Asrul, Sabtu (8/11/2025).

Meski begitu, Kamrianto disebut menyimpan dendam dan berusaha mencari keberadaan pria yang diduga berselingkuh dengan istrinya. 

Karena tak menemukannya, ia menuding Iskandar yang merupakan Ketua OKK DPC Demokrat Sinjai itu menyembunyikan S (33).

"Pelaku merasa sakit hati dan cemburu terhadap korban karena dianggap menyembunyikan keberadaan lelaki S," terang Adi Asrul.

Puncaknya, pada Kamis dini hari (23/10/2025), mobil Fortuner milik Iskandar yang terparkir di halaman rumahnya di Perumahan Lappa Mas, Kecamatan Sinjai Utara, dibakar. 

Polisi kemudian menangkap Kamrianto bersama seorang rekannya, SF (35), yang ikut terlibat dalam aksi tersebut.

"SF mengakui ikut membakar mobil atas perintah Kamrianto, karena Kamrianto marah katanya Iskandar yang sembunyikan S," jelasnya.

Ditangkap dan Jadi Tersangka

Sebelumnya, polisi menangkap anggota DPRD Kabupaten Sinjai berinisial KM (31) usai diduga menjadi menjadi otak dibalik kasus teror pembakaran mobil milik Iskandar yang merupakan kader Partai Demokrat. 

Anggota dewan dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) itu pun kini telah ditetapkan sebagai tersangka.

Dari informasi yang dihimpun, peristiwa itu bermula pada Kamis dini hari, 23 Oktober 2025, sekitar pukul 03.38 WITA. 

Korban, Iskandar, yang merupakan pengurus DPC Demokrat Sinjai, baru tiba di rumah sekitar pukul 02.00 WITA dan memarkir mobil Toyota Fortuner hitamnya di halaman rumahnya yang berada di di Perumahan Lappa Mas 3, Kecamatan Sinjai Utara, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan.

Sekitar satu jam kemudian, seorang saksi yang tinggal di sekitar lokasi mendengar suara ledakan keras disusul munculnya kobaran api dari halaman rumah korban. 

Saat saksi keluar, mobil Fortuner milik Iskandar sudah terbakar hebat.

Saksi kemudian membangunkan korban dan warga sekitar berupaya memadamkan api, namun mobil sudah hangus dilalap si jago merah. 

Setelah kejadian, korban melapor ke Polres Sinjai dengan nomor laporan LP/B/256/X/2025/SPKT/Res Sinjai.

Polisi yang datang ke lokasi langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). 

Petugas menemukan beberapa barang bukti seperti pakaian, handphone, serta sisa bahan bakar yang diduga digunakan untuk membakar mobil.

Setelah serangkaian penyelidikan dan pemeriksaan saksi, polisi berhasil menangkap dua orang terduga pelaku, yakni KM, anggota DPRD aktif dari PAN, dan SF (35), seorang petani asal Dusun Batu Lohe, Desa Sukamaju. 

Dari hasil pemeriksaan, KM diduga sebagai otak pembakaran, sementara SF berperan sebagai pelaksana di lapangan.

"Benar, kami telah mengamankan dua orang tersangka dalam kasus pembakaran mobil di wilayah Sinjai Utara. Salah satunya merupakan anggota DPRD aktif Kabupaten Sinjai," kata Kasi Humas Polres Sinjai, Ipda Agus Santoso, Rabu (5/11/2025).

Polisi belum mengungkap motif di balik aksi pembakaran ini. Penyidik masih mendalami hubungan antara pelaku dan korban, termasuk kemungkinan adanya latar belakang politik menjelang tahun politik 2025–2026.

"Kami masih menyelidiki motifnya. Semua masih didalami," tambahnya.

Kedua tersangka kini ditahan di Mapolres Sinjai dan dijerat dengan Pasal 187 ayat (1) KUHP tentang tindak pidana pembakaran juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.

Selain itu, penyidik juga menyiapkan pasal alternatif yakni Pasal 170 ayat (1) KUHP tentang pengeroyokan dan Pasal 406 ayat (1) KUHP tentang perusakan barang.

"Yang jelas kedua tersangka saat ini kami tahan di Rutan Mapolres Sinjai," pungkasnya. (*) 

Jaksa Agung Bakal Dibongkar Misteri Megakorupsi    
Minggu, November 09, 2025

On Minggu, November 09, 2025

Jaksa Agung Bakal Dibongkar Misteri Megakorupsi
Jaksa Agung ST Burhanuddin mengatakan ada risiko dalam pemberantasan kasus korupsi besar. Namun, dia tidak gentar membongkar kasus tersebut.
BENTENGSUMBAR.COM
- Kejaksaan Agung menyatakan akan membongkar megakorupsi alias kasus korupsi dalam sekala besar. Kasus apakah itu? 

Jaksa Agung ST Burhanuddin mengatakan ada risiko dalam pemberantasan kasus korupsi besar. Namun, dia tidak gentar membongkar kasus tersebut.

Jaksa Agung selalu memberikan semangat dan jaminan kepada jajarannya mereka akan tetap dilindungi selama bekerja dengan benar.

"Utamanya saya akan memberi semangat pada teman-teman, pada anggota, bahwa kita bekerja dalam koridor yang benar. Apa pun yang terjadi, saya akan ada di depannya," ujar Burhanuddin.

Dia optimistis Kejagung dapat mengembalikan aset-aset kasus korupsi kepada negara. Meskipun waktu yang dibutuhkan tidak sebentar.

"Ya, kita wajib optimistis. Akhirnya harus selalu optimistis, karena bagaimanapun juga ini harus dikembalikan gitu. Tapi memang memerlukan waktu, tidak bisa begitu saja. Namanya triliunan, kita ya kita perlu waktu, itu saja," katanya.

Jaksa Agung mengungkapkan, dalam setiap pengusutan kasus tak jarang ada pihak yang ingin mengintervensi penanganan. 

Namun, dia menegaskan dirinya dan jajaran Kejagung tidak akan terpengaruh intervensi tersebut.

"Ya masih ada-ada saja. Setiap case by case pasti ada. Itu adalah dinamikanya," kata Burhanuddin.

Namun, dia belum mau mengungkapkan kasus apa yang kini sudah dalam genggamannya. (*) 

Sumber: iNews. id