MASIH tergiang di telinga kita, istilah yang sering dipakai mantan Camat Pauh Amri, SH untuk memotivasi semangat anak nagari Pauh V dan Limau Manis agar berperan dan terlibat aktif dalam membangun nagari dan daerahnya. “Pauh Bangkit” itu istilah dicanangkannya.
Dia bangga sekali dilantik sebagai camat di kampung halamannya oleh Walikota Padang Dr. H. Fauzi Bahar, M. Si. Apatah lagi, ketika usai pelantikan Walikota membisikan ditelinganya, “Si Midun jadi Demang di kampungnya.” Semangat si Midun ini yang memacu Amri dalam membenahi Kecamatan Pauh bersama-sama dengan seluruh elemen masyarakat, baik pendatang maupun pribumi, dia disatukan.
Sepentasnyalah, semangat ini juga ditiru saudara kandungnya yang berada di Pauh IX Kuranji. Sebab, dari segi karakter masyarakat, Pauh IX banyak memiliki kesamaan dengan Pauh V. Bahkan kedua daerah ini disatukan dengan istilah Pauh si XIV, yang terdiri dari Pauh IX dan Pauh V. Tidak ada perbedaan yang mencolok dari kedua daerah ini, apatah lagi nenek moyangnya sama-sama berasal dari Solok.
Momentum “mambangkik batang tarandam” tarandam bagi anak nagari Pauh IX sudah terbuka lebar. Pasca pilkada 30 Juni lalu, anak nagari Pauh IX Prof. DR. H. Irwan Prayitno, Psi, M. Sc Datuk Rajo Bandaro Basa dipercaya masyarakat Sumatera Barat untuk memimpin daerah ini selama lima tahun kedepan. Ini berarti, ditataran Sumatera Barat dan nasional putra Pauh IX tidak ketinggalan dengan putra daerah lain.
Ditataran Sumatera Barat, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa telah dipercaya menjadi gubernur. Ditataran nasional, dia juga pernah menjadi anggota DPR RI selama tiga kali periode, dicalonkan sebagai menteri dan presiden dari Partai Keadilan Sejahtera. Bahkan dia merupakan salah satu orang kepercayaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dari kalangan partai Islam. Dia pernah diminta SBY untuk menjadi duta di Negara Denmark, namun karena terpanggil hati nuraninya untuk melakukan perobahan ke arah yang lebih baik di Ranah Minang pasca gempa 30 September 2009 silam, dia memilih mengemban tugas partainya untuk dicalonkan sebagai Gubernur Sumatera Barat.
Pada pencalonannya yang kedua kalinya ini –sebelumnya Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa pernah mencalonkan diri sebagai gubernur pada pilkada 2005 silam, namun kalah oleh Gamawan Fauzi – hampir sebagian besar elemen penting yang ada di Nagari Pauh IX dan Pauh IX menyokongnya secara penuh. Kita tentu memaklumi, pada pilkada 2005, masih ada anggapan kalau dia bukan orang Minang dan Kuranji asli, karena dibelakang namanya kata Prayitno itu sangat lekat dengan orang Jawa.
Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa memang dilahirkan di Yogyakarta dan oleh pak Tuonya diberi nama Irwan Prayitno. Selain itu, setamat dari SMA Negeri 3 Padang, dia melanjutkan kuliah ke UI Jakarta dan sebagian aktivitas dan usahanya memang berada di Jakarta. Pantas orang kampungnya sendiripun masih bertanya-tanya, benarkah ini mamak kami. Tapi pertanyaan itu hampir tidak kita temui pada pilkada 30 Juni yang lalu, kalaupun ada, itu hanya bagian kecil dari black campanye yang dilakukan lawan-lawan politiknya.
Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, Penghulu Suku Tanjuang Ampang Pauh IX itu memang telah jadi Gubernur Sumbar. Namun rasa miris tetap saja tersemat dihati saya. Betapa tidak, walau sudah ada anak Nagarinya yang menjadi gubernur, masih saja ilmu pusaka “mamanjek batang pinang bagomok” hidup ditengah-tengah anak nagari. Saling menjelekkan, saling menjatuhkan, saling bertengkar dengan orang sekandang, bahkan sesuku tetap saja ada, walau dalam bentuk perang urat saraf dan tidak berujung kepada konflik fisik.
Sebut saja persoalan kepengurusan KAN. Mubes KAN yang digelar beberapa waktu lalu masih saja menyisakan masalah. Ketua KAN terpilih dinilai “arogan” karena tidak melibatkan formatur dalam menyusun kepengurusan. Sampai sekarang persoalan ini masih menjadi bola panas di bumi Harimau Kuranji. Persoalan lainnya, saling menjatuhkan dan paling merasa berjasa dalam perjuangan, sehingga anak Nagari yang berbeda pandangan politik pada pilkada yang lalu di-kapik-kan.
Padahal, semasa pemerintahan Gawaman Fauzi di Sumatera Barat, tercatat beberapa orang anak Nagari Pauh XIV yang menjabat eselon dua, sebut saja Kepala Dinas Pendidikan Burhasman Bur, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Afriadi Laudin, Kepala Dinas Sosial Kafrawi Bachtiar dan yang lainnya. Semestinya, pada masa kepemimpinan Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa mereka tetap dipertahankan, kalau perlu ditambah. Orang luar saja mengakui potensi mereka, kenapa orang awak tidak. Ada apa….???
Namun, berdasarkan aturan yang ada, hak untuk mengangkat pejabat dilingkungan Pemprov Sumbar merupakan hak proregatif Gubernur, bahkan Wakil Gubernur saja tidak punya hak mengotak-atik kewenangan ini. Dan saya yakin, Gubernur Irwan sudah matang dalam berpolitik, apatah lagi dia adalah seorang professor dibidang SDM, tentunya dalam mengangkat pembantunya akan menggunakan ilmu yang dimilikinya dan tidak terpengaruh dengan gejolak yang ada dalam pemikiran anak nagari “mamanjek batang pinang bagomok.”
Untuk anak Nagari, sudah saatnya kita meninggalkan ilmu kesaktian “mamanjek batang pinang bagomok” itu. Allah SWT, pencipta alam semesta Maha Pengampun dan Maha Penerima Tobat. Akan berpahala kiranya jika kita menerima proses pertobatan anak Nagari yang dalam perjuangan nan lalu berseberangan ijtihad politiknya dengan kita. Mungkin ada pertimbangan yang memaksa mereka untuk salah dalam perhitungan politik. Maklum saja, lawan yang kita hadapi pada pilkada 30 Juni lalu adalah incumbent, tentu mereka menaruh rasa loyalitas kepada atasan.
Wallahu ‘Alam Bishahawab.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Humas FKAN Pauh IX
Zamri Yahya, SHI
Humas FKAN Pauh IX
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »