AKHIR - akhir ini muncul sekelompok manusia yang mengaku pejuang Islam, tetapi dalam setiap aksinya malah beringas. Mereka melakukan pembunuhan, bahkan aksi pembunuhan mereka lakukan terhadap umat Islam yang berbeda pandangan dengan mereka dan menolak mengakui ajaran yang mereka bawa.
Tak hanya itu, ISIS juga memaksa umat beragama lain untuk menyakini ajaran Islam versi mereka. Bagi yang menolak, maka akan dibunuh dengan cara yang kejam, seperti yang dialami orang kristen Irak yang menjadi target ISIS. Padahal, Islam mengajarkan tidak ada paksaan dalam soal keyakinan dan beragama. Tugas para Nabi Allah hanya sebatas menyeru, soal diterima atau tidak, maka itu urusan masing-masing individu dengan segala konsekuensi dan akibatnya.
Allah berfirman dalam Surah Yunus Ayat 99:
Akan tetapi hikmah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghendaki, bahwa di antara mereka ada yang mukmin dan ada yang kafir. Salah satu perkara yang perlu bagi Allah adalah memberi petunjuk kepada manusia.
Adapun Allah, Dia tidak ingin memaksa manusia untuk beriman kepada-Nya, bahkan Allah SWT memberi kebebasan dan ikhtiar kepada mereka mau menerima kebenaran atau tidak. Sudah barang tentu apa saja yang dipilih oleh manusia, maka ia harus menanggung konsekuensi dan akibatnya.
Sekalipun Allah SWT telah menunjukkan jalan yang lurus kepada manusia, akan tetapi manusia itu bebas dan merdeka memilih jalannya sendiri. Dari sanalah Nabi Saw tidak perlu memaksa manusia untuk beriman, dan tidak pula harus sedih terhadap orang-orang kafir, lantaran mereka tidak mau beriman. Lalu Allah Swt berbicara kepada Nabi-Nya dengan mengatakan, "Kalian tidak perlu menunggu manusia beriman, apalagi memaksa mereka semua untuk beriman."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Allah berdasarkan pilihan memiliki nilai setelah sebelumnya mengadakan pengkajian dan perenungan, bukan semata-mata berdasarkan pemaksaan. Karena iman yang sedemikian ini bukanlah iman yang sebenarnya.
2. Nabi Muhammad Saw dalam rangka memberi petunjuk dan hidayah kepada manusia, atas dasar keprihatinan dan kecemasan beliau. Karena itu Allah Swt menenangkan Nabi-Nya tersebut.
Untuk beriman atau tidak beriman; untuk menjalankan atau tidak menjalankan perintah Allah; adalah pilihan bebas manusia. Kebebasan ini, selain dijamin oleh hak-hak asasi manusia (HAM), juga dijamin oleh Allah SWT. Dalam ayat 99 Surah Yunus tersebutjelas disebutkan bahwa Allah tidak pernah memaksa manusia untuk beriman atau tidak beriman.
Hanya saja, perlu digaris bawahi bahwa setiap pilihan bebas manusia pasti ada konsekuensinya. Apa pun pilihannya, akibatnya akan kembali pada dirinya. Manusia yang beriman dan taat kepada Allah dijanjikan kebahagiaan di akhirat kelak. Sebaliknya yang tidak beriman dan tidak taat akan menerima sanksi dan hukuman yang berat.
Ayat 99 Surah Yunus ini menerangkan bahwa jika Allah swt. berkehendak agar seluruh manusia beriman kepada-Nya, maka hal itu akan terlaksana, karena untuk melakukan yang demikian adalah mudah bagi-Nya. Tetapi Dia tidak menghendaki yang demikian.
Dia berkehendak melaksanakan sunah-Nya di alam ciptaan-Nya ini. Tidak seorang pun yang dapat merubah sunah-Nya itu kecuali jika Dia sendiri yang menghendakinya. Di antara sunah-Nya itu ialah memberi manusia akal, pikiran dan perasaan yang membedakannya dengan malaikat dan makhluk-makhluk yang lain.
Dengan akal, pikiran dan perasaannya itu manusia menjadi makhluk yang berbudaya, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, baik untuk dirinya, untuk orang lain maupun untuk alam semesta ini. Kemudian manusia diberi balasan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya itu; perbuatan baik dibalas dengan pahala dan perbuatan jahat dan buruk dibalas dengan siksa.
Di samping itu Allah swt. mengutus para Rasul untuk menyampaikan agama-Nya. Agama itu menerangkan kepada manusia mana yang baik dilakukan dan mana yang terlarang dilakukan. Manusia dengan akal, pikiran dan perasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat menilai apa yang disampaikan para Rasul itu.
Tidak ada sesuatu paksaan bagi manusia dalam menentukan pilihannya itu, apakah yang baik atau yang buruk. Dan manusia akan dihukum berdasar pilihannya itu.
Oleh : Zamri Yahya, SHI, Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji.
Tak hanya itu, ISIS juga memaksa umat beragama lain untuk menyakini ajaran Islam versi mereka. Bagi yang menolak, maka akan dibunuh dengan cara yang kejam, seperti yang dialami orang kristen Irak yang menjadi target ISIS. Padahal, Islam mengajarkan tidak ada paksaan dalam soal keyakinan dan beragama. Tugas para Nabi Allah hanya sebatas menyeru, soal diterima atau tidak, maka itu urusan masing-masing individu dengan segala konsekuensi dan akibatnya.
Allah berfirman dalam Surah Yunus Ayat 99:
"Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?"
Akan tetapi hikmah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menghendaki, bahwa di antara mereka ada yang mukmin dan ada yang kafir. Salah satu perkara yang perlu bagi Allah adalah memberi petunjuk kepada manusia.
Adapun Allah, Dia tidak ingin memaksa manusia untuk beriman kepada-Nya, bahkan Allah SWT memberi kebebasan dan ikhtiar kepada mereka mau menerima kebenaran atau tidak. Sudah barang tentu apa saja yang dipilih oleh manusia, maka ia harus menanggung konsekuensi dan akibatnya.
Sekalipun Allah SWT telah menunjukkan jalan yang lurus kepada manusia, akan tetapi manusia itu bebas dan merdeka memilih jalannya sendiri. Dari sanalah Nabi Saw tidak perlu memaksa manusia untuk beriman, dan tidak pula harus sedih terhadap orang-orang kafir, lantaran mereka tidak mau beriman. Lalu Allah Swt berbicara kepada Nabi-Nya dengan mengatakan, "Kalian tidak perlu menunggu manusia beriman, apalagi memaksa mereka semua untuk beriman."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Allah berdasarkan pilihan memiliki nilai setelah sebelumnya mengadakan pengkajian dan perenungan, bukan semata-mata berdasarkan pemaksaan. Karena iman yang sedemikian ini bukanlah iman yang sebenarnya.
2. Nabi Muhammad Saw dalam rangka memberi petunjuk dan hidayah kepada manusia, atas dasar keprihatinan dan kecemasan beliau. Karena itu Allah Swt menenangkan Nabi-Nya tersebut.
Untuk beriman atau tidak beriman; untuk menjalankan atau tidak menjalankan perintah Allah; adalah pilihan bebas manusia. Kebebasan ini, selain dijamin oleh hak-hak asasi manusia (HAM), juga dijamin oleh Allah SWT. Dalam ayat 99 Surah Yunus tersebutjelas disebutkan bahwa Allah tidak pernah memaksa manusia untuk beriman atau tidak beriman.
Hanya saja, perlu digaris bawahi bahwa setiap pilihan bebas manusia pasti ada konsekuensinya. Apa pun pilihannya, akibatnya akan kembali pada dirinya. Manusia yang beriman dan taat kepada Allah dijanjikan kebahagiaan di akhirat kelak. Sebaliknya yang tidak beriman dan tidak taat akan menerima sanksi dan hukuman yang berat.
Ayat 99 Surah Yunus ini menerangkan bahwa jika Allah swt. berkehendak agar seluruh manusia beriman kepada-Nya, maka hal itu akan terlaksana, karena untuk melakukan yang demikian adalah mudah bagi-Nya. Tetapi Dia tidak menghendaki yang demikian.
Dia berkehendak melaksanakan sunah-Nya di alam ciptaan-Nya ini. Tidak seorang pun yang dapat merubah sunah-Nya itu kecuali jika Dia sendiri yang menghendakinya. Di antara sunah-Nya itu ialah memberi manusia akal, pikiran dan perasaan yang membedakannya dengan malaikat dan makhluk-makhluk yang lain.
Dengan akal, pikiran dan perasaannya itu manusia menjadi makhluk yang berbudaya, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, baik untuk dirinya, untuk orang lain maupun untuk alam semesta ini. Kemudian manusia diberi balasan sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya itu; perbuatan baik dibalas dengan pahala dan perbuatan jahat dan buruk dibalas dengan siksa.
Di samping itu Allah swt. mengutus para Rasul untuk menyampaikan agama-Nya. Agama itu menerangkan kepada manusia mana yang baik dilakukan dan mana yang terlarang dilakukan. Manusia dengan akal, pikiran dan perasaan yang dianugerahkan Allah kepadanya dapat menilai apa yang disampaikan para Rasul itu.
Tidak ada sesuatu paksaan bagi manusia dalam menentukan pilihannya itu, apakah yang baik atau yang buruk. Dan manusia akan dihukum berdasar pilihannya itu.
Oleh : Zamri Yahya, SHI, Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »
