![]() |
Oleh: Anna Yulend (Wartawan Tabloid WartaOne). |
GENDERANG demokrasi di daerah ini belum ditabuh secara resmi oleh KPU. Namun, suhu politik di Ranah Minang sudah mulai terasa panas, seiring dengan panasnya suhu udara di daerah tersebut.
Masing-masing partai sudah membuka pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur. Pendaftar pun berasal dari berbagai kalangan, seperti kader partai, non kader, pensiunan TNI, incumbent, mantan bupati, anggota DPR RI, dan lainnya.
Baliho masing-masing calon pun menghias jalanan dan pepohonan, terkadang merusak pemandangan. Di baliho-baliho tersebut, mereka menyatakan kesiapan memimpin Sumatera Barat. Mereka mengumbar janji manis yang intinya akan mensejahterakan masyarakat.
Terkadang baliho dan banner yang mereka pasang lucu-lucu. Lucu bukan karena disainnya, tetapi lucu karena janji yang mereka umbar ke publik dengan memasang tampang seramah mungkin, terkadang senyum mereka di baliho tersebut terkesan dipaksain.
Ada yang bilang "Lanjutkan." Apa yang mau dilanjutkan? Mau melanjutkan kegagalan apa keberhasilan? Wong banyak yang bilang tak ada perubahan yang dia lakukan selama dia menjabat dan diberi amanah. Paling banter, perubahan hidup yang sedikit dirasakan kader partainya sebagai "siliah jariah" karena ikut berjuang pilgub lima tahun yang lalu. Tapi banyak juga terdengar kekecewaan dari relawannya.
Ada juga lansia yang masih doyan jabatan politis. Nah, yang satu ini jualan budaya dan adat Minangkabau. Dia disebut-sebut mampu mengembalikan adat dab budaya Minangkabau ke tatanannya. Dia memang seorang pemangku adat di kampungnya. Gelar datuknya pun bukan disewa dari orang lain dengan jangka waktu tertentu, lantas ngeles gak mau ngembaliin. Kelemahannya hanya faktor usia, dan orang kampungnya yang terlalu protektif di sekelilingnya. Orang takut, jika dia berkuasa, maka orang kampungnya dikasih jabatan semua.
Ada juga yang ngaku-ngaku "Sang Inspirator." Inspirator apaan ya? Layaknya tuh orang merasa sudah hebat dan banyak berbuat, sehingga dia beranggapan telah menginspirasi orang lain. Jangan-jangan itu anggapan dia, padahal kenyataannya dia diumpatin orang karena perangai dan tingkah lakunya.
Ada juga calon yang melontarkan pertanyaan "Apa Sumbar Telah Maju?" Harusnya pertanyaan itu dibalikin ke dia, "Apa ente yakin mampu memajuin Sumbar?" Kalau yakin, apa yang telah ente perbuat untuk kemajuan Sumatera Barat selama jadi wakil rakyat daerah ini di tingkat pusat? Kue pembangunan apa yang telah ente bawa ke daerah ini? Atau ente jual rakyat daerah ini untuk kepentingan pribadi semata? Ayo.....????
Ada juga cagub yang berikan jaminan kepada masyarakat, 'Insya Allah Tidak Mengecewakan." Nah ini cukup serius agaknya. Soalnya dia bawa-bawa nama Tuhan dalam memberikan jaminan kepada masyarakat. Ditataran elit, cukup harum nama orang ini, tapi gak tau ditataran akar rumput. Dia juga dianggap mampu oleh sebagian kalangan memimpin Sumbar dan mengalahkan incunbent dalam pilgub yang akan digelar desember tahun ini. Tapi sayang, dirinya sudah mulai diterpa isu muring seputaran dugaan kasus korupsi. Biasalah, jegal menjegal jelang pilgub biasa terjadi di daerah ini.
Beberapa hari yang lalu, saya juga sempat bertukar pikiran dengan DR Emeraldy Chatra, salah seorang Pakar Komunikasi Politik. Ia mengatakan, semestinya calon kepala daerah jangan hanya jual gambar. Sebab, gambar itu dapat dipoles, misalnya bibir yang tadinya hitam dijadikan merah. Dibuat segagah mungkin, sementara si pemilih tidak tau apakah si calon benar-benar gagah. Yang dijual mereka adalah tampang yang sudah dipoles. Sensasi ini lah yang mereka manfaatkan. Apatah lagi banyak pemilih pemula. Mereka tidak melihat lagi program yang ditawarkan, tetapi tertipu oleh tampang seorang calon kandidat melalui baliho atau bannernya.
Intinya, saya hanya ingin menghimbau rakyat Sumbar agar cerdas dalam menentukan pilihan. Semua calon punya kelebihan dan kekurangan. Makanya dituntut kecerdasan dalam menentukan pilihan. Kita jangan hanya menentukan pilihan karena tergoda janji-janji palsu sang cagub yang dipampang balihonya tersebut.
Masing-masing partai sudah membuka pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur. Pendaftar pun berasal dari berbagai kalangan, seperti kader partai, non kader, pensiunan TNI, incumbent, mantan bupati, anggota DPR RI, dan lainnya.
Baliho masing-masing calon pun menghias jalanan dan pepohonan, terkadang merusak pemandangan. Di baliho-baliho tersebut, mereka menyatakan kesiapan memimpin Sumatera Barat. Mereka mengumbar janji manis yang intinya akan mensejahterakan masyarakat.
Terkadang baliho dan banner yang mereka pasang lucu-lucu. Lucu bukan karena disainnya, tetapi lucu karena janji yang mereka umbar ke publik dengan memasang tampang seramah mungkin, terkadang senyum mereka di baliho tersebut terkesan dipaksain.
Ada yang bilang "Lanjutkan." Apa yang mau dilanjutkan? Mau melanjutkan kegagalan apa keberhasilan? Wong banyak yang bilang tak ada perubahan yang dia lakukan selama dia menjabat dan diberi amanah. Paling banter, perubahan hidup yang sedikit dirasakan kader partainya sebagai "siliah jariah" karena ikut berjuang pilgub lima tahun yang lalu. Tapi banyak juga terdengar kekecewaan dari relawannya.
Ada juga lansia yang masih doyan jabatan politis. Nah, yang satu ini jualan budaya dan adat Minangkabau. Dia disebut-sebut mampu mengembalikan adat dab budaya Minangkabau ke tatanannya. Dia memang seorang pemangku adat di kampungnya. Gelar datuknya pun bukan disewa dari orang lain dengan jangka waktu tertentu, lantas ngeles gak mau ngembaliin. Kelemahannya hanya faktor usia, dan orang kampungnya yang terlalu protektif di sekelilingnya. Orang takut, jika dia berkuasa, maka orang kampungnya dikasih jabatan semua.
Ada juga yang ngaku-ngaku "Sang Inspirator." Inspirator apaan ya? Layaknya tuh orang merasa sudah hebat dan banyak berbuat, sehingga dia beranggapan telah menginspirasi orang lain. Jangan-jangan itu anggapan dia, padahal kenyataannya dia diumpatin orang karena perangai dan tingkah lakunya.
Ada juga calon yang melontarkan pertanyaan "Apa Sumbar Telah Maju?" Harusnya pertanyaan itu dibalikin ke dia, "Apa ente yakin mampu memajuin Sumbar?" Kalau yakin, apa yang telah ente perbuat untuk kemajuan Sumatera Barat selama jadi wakil rakyat daerah ini di tingkat pusat? Kue pembangunan apa yang telah ente bawa ke daerah ini? Atau ente jual rakyat daerah ini untuk kepentingan pribadi semata? Ayo.....????
Ada juga cagub yang berikan jaminan kepada masyarakat, 'Insya Allah Tidak Mengecewakan." Nah ini cukup serius agaknya. Soalnya dia bawa-bawa nama Tuhan dalam memberikan jaminan kepada masyarakat. Ditataran elit, cukup harum nama orang ini, tapi gak tau ditataran akar rumput. Dia juga dianggap mampu oleh sebagian kalangan memimpin Sumbar dan mengalahkan incunbent dalam pilgub yang akan digelar desember tahun ini. Tapi sayang, dirinya sudah mulai diterpa isu muring seputaran dugaan kasus korupsi. Biasalah, jegal menjegal jelang pilgub biasa terjadi di daerah ini.
Beberapa hari yang lalu, saya juga sempat bertukar pikiran dengan DR Emeraldy Chatra, salah seorang Pakar Komunikasi Politik. Ia mengatakan, semestinya calon kepala daerah jangan hanya jual gambar. Sebab, gambar itu dapat dipoles, misalnya bibir yang tadinya hitam dijadikan merah. Dibuat segagah mungkin, sementara si pemilih tidak tau apakah si calon benar-benar gagah. Yang dijual mereka adalah tampang yang sudah dipoles. Sensasi ini lah yang mereka manfaatkan. Apatah lagi banyak pemilih pemula. Mereka tidak melihat lagi program yang ditawarkan, tetapi tertipu oleh tampang seorang calon kandidat melalui baliho atau bannernya.
Intinya, saya hanya ingin menghimbau rakyat Sumbar agar cerdas dalam menentukan pilihan. Semua calon punya kelebihan dan kekurangan. Makanya dituntut kecerdasan dalam menentukan pilihan. Kita jangan hanya menentukan pilihan karena tergoda janji-janji palsu sang cagub yang dipampang balihonya tersebut.
Sebab kita bukan memilih gubernur baliho, tetapi memilih gubernur Sumatera Barat yang akan menentukan kehidupan secara politik lima tahun ke depan. Salah memilih, alamat badan yang akan sensara, jika tepat dalam menentukan pilihan maka rakyat daerah ini akan sejahtera. Tidak saatnya lagi kita tertipu oleh pencitraan seorang calon kepala daerah. Melihat mereka dermawan dan dekat dengan rakyat hanya saat akan mencalonkan diri saja. (***)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »