![]() |
Ilustrasi. |
APA persamaannya homoseksual dengan drugs ?
Mereka sama-sama menyerang kejiwaan seseorang, membuat kecanduan, perasaan terikat dengan mereka yang senasib, sebagai budaya yang terbaru, senang melakukan manipulasi pikiran kepada orang di sekitarnya bahwa mereka harus menerima dirinya dan mengasihani situasinya.
Homoseksual dan drugs sama-sama menular diakibatkan peran pelaku senior yang dijadikan panutan bahwa kegiatan itu tidak berbahaya bahkan menyenangkan.
Tetapi homoseksual jauh lebih berbahaya dengan akibat yang tidak langsung seperti drugs dan proses penghancuran dirinya panjang. Ia melawan hukum-hukum alam dan menimbulkan kekacauan sosial dan runtuhnya moral. Jika pengguna drugs di persempit ruang geraknya, pelaku homoseksual justru diperluas wilayahnya.
Hal ini berhubungan dengan ketidak-pahaman para pendukung di sekitarnya. Dengan topeng humanisme mereka tidak sadar bahwa merekalah yang berperan besar dalam menjerumuskan paling dalam pelaku homoseksual. Bukannya berusaha memompa motivasi pelaku untuk berusaha kembali ke arah yang benar, mereka malah terlibat aktif dalam menyebarkan paham bahwa homoseksual itu bukan kesalahan sehingga pelaku pun merasa bahwa apa yg dia lakukan bukan kesalahan. Mereka hanya "sedikit" berbeda.
Disinilah pentingnya pengetahuan agama untuk melindungi diri dari argumentasi2 yang dibangun untuk melakukan pembenaran dari pembangkangan hukum Tuhan.
Sebuah ujian bagi akal, apakah ia berkembang dengan liar atau masih dibatasi oleh petunjuk yang benar ?
Jadi pantas saja ketika Rasulullah Saw bersabda bahwa para pendukung homoseksualitas akan dibakar di tempat yang paling panas, untuk kemudian di azab sampai ia di letakkan permanen di neraka terendah. Merekalah peran pembantu terbaik dalam drama ini, diluar para penyebab seseorang itu terjebak perilaku homoseksuall.
Merekalah yang aktif mencari pembenaran-pembenaran dalam melindungi permasalahan ini,. Merekalah jembatan besar dalam menyebarkan kesalahan perilaku ini. Merekalah pelaku kedua.
Tuhan ketika memberikan sebuah "hukum" tentu dengan pengetahuanNya yang tidak terbatas karena Ia-lah pemilik segalanya. Yang mampu menafsirkan hukum Tuhan adalah para utusan-Nya, yaitu Nabi dan Imam.
Jadi tidak perlu berargumentasi dengan keterbatasan akal untuk membenarkan sesuatu yang sudah dihukum tidak benar. Itu hanya mencari pembenaran diatas ketidak-mampuan menjalankan sebuah hukum.
Apa mungkin Tuhan yang menciptakan manusia tidak mengetahui kadar manusia itu sendiri sehingga membuat hukum yang diluar kemampuan manusia menjalankannya?
Disinilah kita harus mampu memisahkan kebenaran dan pembenaran, karena kebenaran milik Tuhan dan pembenaran adalah baju alasan manusia untuk memuaskan hawa nafsunya.
Seperti halnya secangkir koopi dimana pelaku adalah pahitnya bubuk kopi, para pendukung adalah susu dan gula yang bertugas memberikan rasa manis sehingga semua lidah harus menerima kenikmatan itu, betatapun pahitnya.
(Ditulis Oleh: Denny Siregar. Judul Asli Tulisan ini adalah Pelaku Kedua)
Mereka sama-sama menyerang kejiwaan seseorang, membuat kecanduan, perasaan terikat dengan mereka yang senasib, sebagai budaya yang terbaru, senang melakukan manipulasi pikiran kepada orang di sekitarnya bahwa mereka harus menerima dirinya dan mengasihani situasinya.
Homoseksual dan drugs sama-sama menular diakibatkan peran pelaku senior yang dijadikan panutan bahwa kegiatan itu tidak berbahaya bahkan menyenangkan.
Tetapi homoseksual jauh lebih berbahaya dengan akibat yang tidak langsung seperti drugs dan proses penghancuran dirinya panjang. Ia melawan hukum-hukum alam dan menimbulkan kekacauan sosial dan runtuhnya moral. Jika pengguna drugs di persempit ruang geraknya, pelaku homoseksual justru diperluas wilayahnya.
Hal ini berhubungan dengan ketidak-pahaman para pendukung di sekitarnya. Dengan topeng humanisme mereka tidak sadar bahwa merekalah yang berperan besar dalam menjerumuskan paling dalam pelaku homoseksual. Bukannya berusaha memompa motivasi pelaku untuk berusaha kembali ke arah yang benar, mereka malah terlibat aktif dalam menyebarkan paham bahwa homoseksual itu bukan kesalahan sehingga pelaku pun merasa bahwa apa yg dia lakukan bukan kesalahan. Mereka hanya "sedikit" berbeda.
Disinilah pentingnya pengetahuan agama untuk melindungi diri dari argumentasi2 yang dibangun untuk melakukan pembenaran dari pembangkangan hukum Tuhan.
Sebuah ujian bagi akal, apakah ia berkembang dengan liar atau masih dibatasi oleh petunjuk yang benar ?
Jadi pantas saja ketika Rasulullah Saw bersabda bahwa para pendukung homoseksualitas akan dibakar di tempat yang paling panas, untuk kemudian di azab sampai ia di letakkan permanen di neraka terendah. Merekalah peran pembantu terbaik dalam drama ini, diluar para penyebab seseorang itu terjebak perilaku homoseksuall.
Merekalah yang aktif mencari pembenaran-pembenaran dalam melindungi permasalahan ini,. Merekalah jembatan besar dalam menyebarkan kesalahan perilaku ini. Merekalah pelaku kedua.
Tuhan ketika memberikan sebuah "hukum" tentu dengan pengetahuanNya yang tidak terbatas karena Ia-lah pemilik segalanya. Yang mampu menafsirkan hukum Tuhan adalah para utusan-Nya, yaitu Nabi dan Imam.
Jadi tidak perlu berargumentasi dengan keterbatasan akal untuk membenarkan sesuatu yang sudah dihukum tidak benar. Itu hanya mencari pembenaran diatas ketidak-mampuan menjalankan sebuah hukum.
Apa mungkin Tuhan yang menciptakan manusia tidak mengetahui kadar manusia itu sendiri sehingga membuat hukum yang diluar kemampuan manusia menjalankannya?
Disinilah kita harus mampu memisahkan kebenaran dan pembenaran, karena kebenaran milik Tuhan dan pembenaran adalah baju alasan manusia untuk memuaskan hawa nafsunya.
Seperti halnya secangkir koopi dimana pelaku adalah pahitnya bubuk kopi, para pendukung adalah susu dan gula yang bertugas memberikan rasa manis sehingga semua lidah harus menerima kenikmatan itu, betatapun pahitnya.
(Ditulis Oleh: Denny Siregar. Judul Asli Tulisan ini adalah Pelaku Kedua)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »