Dijatah Kelas Bisnis, Malah Milih Kelas Ekonomi

Dijatah Kelas Bisnis, Malah Milih Kelas Ekonomi
PEMIMPIN di negeri ini berlomba-lomba untuk memanfaatkan fasilitas yang diberikan negera kepadanya. Biasanya, mereka mengambil fasilitas maksimal yang disediakan, pertanda mereka adalah seorang pejabat yang harus dihormati dengan segala kebesaran yang dimiliki. Salah satu fasilitas itu adalah terbang dengan pesawat dalam rangka melaksanakan perjalanan dinas ke daerah lain, terutama Pulau Jawa, Bali, Lombok, dan daerah kunjungan lainnya.

Sesuai standarnya, mereka diberikan fasilitas kelas bisnis setiap menaiki pesawat. Namun, tidak menuntup kemungkinan mereka duduk pada bangku kelas ekonomi, karena itu diperbolehkan, tidak pula dilarang. Tapi jarang pejabat yang disediakan bangku kelas bisnis mau pindah ke kelas ekonomi dalam rangka penghematan uang negera. Irwan Prayitno memberikan contoh yang baik tentang ini. Sejak menjadi anggota DPR RI sampai menjabat Gubernur Sumatera Barat, Ia selalu membiasakan diri duduk pada bangku kelas ekonomi, tidak seperti kebanyakan pejabat lainnya yang membiasakan diri duduk dibangku bisnis.

Dalam melakukan perjalan ke luar provinsi, Ia tak pernah memilih maskapai penerbangan. Apapun jenis pesawat dan maskapai penerbangannya, asalkan jadwalnya cocok dan bisa menghemat waktu, baginya tak masalah. Dan ia selalu memilih dan merasa nyaman duduk di kelas ekonomi.
"Perilaku pejabat publik serta pegawai negeri sipil (PNS) jangan sampai menerapkan pola hidup mewah, sehingga dapat menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat. Apalagi, pejabat berhadapan langsung dengan masyarakat harus peka terhadap kondisi kehidupan ekonomi masyarakat." (KH Baijuri, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa Kabupaten Lebak, Banten).

Menurut KH Baijuri, sebagaimana dikutip Republika Online tanggal 7 Januari 2012, ajaran Islam menganjurkan pola hidup sederhana dan tidak memamerkan kekayaannya kepada publik yang bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Gaya hidup mewah yang dianut kalangan pejabat publik, karena ada dua hal, yakni pertama semakin kuatnya budaya materialistis yang mengumbar nafsu konsumtif dan kedua hedonisme atau pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Sebagaimana umum diketahui publik Sumatera Barat, Irwan Prayitno merupakan tipe pemimpin yang ketat dalam melaksanakan ajaran agamanya. Kader PKS dan orang-orang yang dekat dengannya mengetahui persis tentang ini. Salah satunya pola hidup sederhana dan tidak bermewah-mewahan, termasuk dalam memilih bangku ekonomis ketika menaiki pesawat walau Ia dijatah kelas bisnis.
Baginda Nabi Muhammad saw pernah mengingatkan, “Orang yang mencapai kejayaannya ialah orang yang bertindak di atas prinsip Islam dan hidup secara sederhana. (HR. Ahmad Tirmidzi, Ibnu Majah).

Jika seminggu sekali saja Irwan Prayitno menggunakan fasilitas negera, yaitu naik pesawat dan Ia lebih memilih bangku ekonomis, maka PP berarti dua kali naik pesawat. Dalam sebulan berarti delapan kali PP, setahun 96 kali, dan lima tahun 480 kali. Tentu saja harga tiket kelas bisnis dan ekonomi jauh bedanya, harga tiket kelas bisnis dua kali lipat harga kelas ekonomi. Jika harga tiket Garuda Padang - Jakarta Rp2,5 juta untuk kelas bisnis, maka untuk kelas ekonomi separohnya dari itu, bahkan bisa lebih murah lagi. Anda bayangkan, berapa hematnya penggunaan uang negara yang dilakukan Irwan Prayitno hanya melalui selisih harga tiket saja.

Ada kejadian menarik ketika beberapa orang ingin bertemu Irwan Prayitno. Kejadian itu disaksikan langsung oleh Suwirman Gucci, temannya Irwan Prayitno. Dulu pernah tiga orang tamu berkunjung ke rumah dinas gubernur. Waktu itu Suwirman Gucci lagi bertadang pula kepada sahabatnya itu. Irwan Prayitno, ngobrol dan bercerita tentang berbagai hal. Setelah cukup lama  bercerita, kebetulan Irwan Prayitno ada keperluan masuk ke dalam rumah. Saat Irwan Prayitno berada di dalam, setengah berbisik tamu tadi bertanya kepada Suwirman, “Sudah hampir satu jam kami menunggu, kok Pak Gubernur belum juga keluar,” tanyanya sang tamu.
“Lho, yang barusan bercerita dengan kita tadi kan Pak Gubernur,” ujar Suwirman. Tamu tadi terkejut dan baru sadar atas kekeliruannya. Dalam fikirannya, gubernur itu adalah sosok yang sangat berwibawa, penuh atribut  dan bahkan cendrung menakutkan. Yang ia temui ternyata adalah Irwan yang bersahaja , santai, dan penuh keakraban.  “Maaf Pak, maaf Pak,” ujarnya berkali-kali dan segera minta permisi pulang karena malu.

Pola hidup sederhana ini, tentu tidak semua pejabat bisa melakukannya. Tergantung kebiasaan dan itikad masing-masing. Orang yang sudah terbiasa sedari kecil, tidak akan canggung melakukan pola hidup sederhana seperti ini. Contohnya Presiden Jokowi, kemana-mana pergi, minuman wajibanya adalah temulawak, bukan minuman berkelas dan bermerek, tapi minuman orang kampung untuk kesehatan yang biasa diminum petani pada malam hari sebelum tidur.

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »