Ikhlas Pimpin Sumbar, Dianugerahi Kesehatan Oleh Allah SWT

Ikhlas Pimpin Sumbar, Dianugerahi Kesehatan Oleh Allah SWT
SECARA bahasa, ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap ridha Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya dengan yang lain.

Seseorang yang ikhlas ibarat orang yang sedang membersihkan beras (nampi beras) dari kerikil-kerikil dan batu-batu kecil di sekitar beras. Maka, beras yang dimasak menjadi nikmat dimakan. Tetapi jika beras itu masih kotor, ketika nasi dikunyah akan tergigit kerikil dan batu kecil. Demikianlah keikhlasan, menyebabkan beramal menjadi nikmat, tidak membuat lelah, dan segala pengorbanan tidak terasa berat. Sebaliknya, amal yang dilakukan dengan riya akan menyebabkan amal tidak nikmat. Pelakunya akan mudah menyerah dan selalu kecewa.

Pada prinsipnya, ikhlas merupakan keharusan hakiki yang mesti ada dalam diri setiap orang. Ketika ikhlas itu ada, akan kuat dan tangguhlah dirinya. Sebaliknya ketika ikhlas telah hilang, maka akan rapuh dan lemahlah dirinya. Hal itu karena manusia itu sendiri diciptakan dari fitrah. Fitrah itu dalam perkembangan hidup di dunia, tidak selalu suci karena dikotori oleh berbagai faktor eksternal. Semakin kotor fitrah itu, manusia akan semakin lemah dan rapuh sampai pada gilirannya merana dan sengsara. Sebaliknya, bila fitrah itu terus terpelihara, disucikan, dimurnikan, dan dirawat, maka pemiliknya akan semakin kuat, tegak berdiri, dan kokoh. Ikhlas berfungsi memelihara fitrah itu agar terus bersih dan murni.
“Orang yang riya memiliki beberapa ciri; malas jika sendirian dan rajin jika di hadapan banyak orang. Semakin bergairah dalam beramal jika dipuji dan semakin berkurang jika dicela.” (Imam Ali ra).

Seorang yang ikhlas dalam melaksanakan pekerjaanya, senantiasa beramal dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Perjalanan waktulah yang akan menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Dalam sebuah kesempatan, penulis pernah bertanya kepada Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, apa sebab dia tidak pernah sakit selama memimpin Sumatera Barat ?  Dengan tersenyum dia menjawab, "Kuncinya adalah ikhlas dalam mengemban amanah jabatan." Irwan mengaku tidak pernah mengeluh selama memimpin daerah ini. Walau tugas seorang kepala daerah cukup berat.

Apatah lagi, sebagai seorang Gubernur Sumbar, hampir seluruh waktunya diluangkan untuk mengurus masyarakat. Seorang Gubernur Sumbar juga harus siap tempur. Mencurahkan seluruh tenaga dan pikirannya untuk membangun Sumbar. Gubernur dalam melaksanakan tugasnya siang dan malam, harus bepergian dari satu daerah ke daerah lain. Bertemu dan melihat kondisi masyarakatnya, meninjau, melaksanakan dan mengevaluasi berbagai program pembangunan di daerah. Gubernur juga harus siap sedia menghadiri undangan acara dan kegiatan berbagai elemen masyarakat.

Tidak jarang, seorang gubernur juga harus pulang balik ke pemerintah pusat, melobi dan menjemput berbagai program pembangunan pemerintah pusat, untuk dapat direalisasikan di daerah. Dengan tugas yang cukup berat tersebut, kepala daerah rentan menderita kelelahan dan bahkan sampai sakit. Namun, tidak demikian halnya dengan Irwan Prayitno, dia tetap fit dalam setiap kondisi. Sementara ajudan dan sopir yang mendampinginya, meski dengan sistem aplusan, sudah bergiliran sakit dan terpaksa beristirahat total (bed rest).
Dalam melaksanakan amanah jabatan sebagai Gubernur Sumatera Barat, tujuan yang hendak dicapai oleh Irwan adalah ridha Allah, bukan ridha manusia. Sehingga, dia senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan. Karena mereka yakin Allah Maha Melihat setiap amal baik dan buruk sekecil apapun. Sikap ikhlas ini mengantarkan Irwan terjaga dari apa yang diharamkan Allah swt.

Anda boleh bertanya kepada semua Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), selama menjabat gubernur, Irwan menolak segala bentuk gratifikasi terkait dengan pengurusan izin. Tak hanya itu, dalam setiap pengusulan pejabat, tidak ada uang setoran. Jika ketahuan ada uang setoran, walaupun yang bersangkutan yang terbaik, takkan akan diterima, dan tetap akan diproses sebagaimana mestinya.

Sikap ikhlas akan berbuah manis. Orang yang ikhlas atau mukhlis akan selalu berfikiran positif. Dia tak akan pernah terjebak kepada nafsu amarah, tidak akan terjebak sikap riya, tidak akan terjebak oleh hasad dan dengki. Dia akan selalu berfikran positif dalam memandang suatu persoalan. Dia akan cenderung memaafkan setiap kesalahan orang kepadanya.

Seorang yang mukhlish akan mengabdi tanpa mempedulikan apakah dia seorang pemimpin pasukan ataukah dia prajurit biasa yang berbeda digaris front paling belakang, selama di dalam memainkan kedua peran itu masih mengharapkan keridhoan sehingga kalbunya tidak dikuasai oleh ambisi untuk menonjolkan diri, membanggakan solidaritas satu korps, ambisi pada kekuasaan serta jabatan dan jenjang tertinggi dalam pos kemiliteran. Dengan kata lain, dalam menjalankan tugas tidak dilatarbelakangi oleh ambisi maupun mengejarnya demi kepentingan pribadinya.

Oleh karena itu, Ibn Hazm menyebutkan bahwa ikhlas ibarat ruh dalam jasad. Jasad akan mati tak bertenaga ketika kehilangan ruh. Itulah maka kenapa para generasi salaf dan para mujahid dapat mengantarkan umat Islam menuju kejayaannya. Karena mereka hidup, memiliki ruh, dan bangkit. Mereka bekerja dan berjuang semata ikhlas lillahi ta’ala. Amal perbuatan mereka bergizi, penuh makna, dan kekuatan, karena ada ruhnya, yaitu ikhlas. Amal yang demikian mengantarkan umat mencapai masa kejayaannya.
"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan jiwanya dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS. An-Nazi’at: 40-41). "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaanNya. Dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharap perhiasan kehidupan dunia ini. Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya, dan adalah keadaannya itu melewati batas." (Al Kahfi ayat 28).

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Alumnus Jinayah Siyasah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang/Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »