SECARA etimologi, sabar (ash-shabar) berarti menahan dan mengekang (al-habs wa al-kuf). Sabar dalam bahasa berarti mengurung dan meletakkan jiwa dalam keterbatasan dan kesempitan. Begitu pula sabar memiliki arti menahan diri dari menunjukkan kepanikan dan ketidaktenangan. Sabar diri untuk melakukan amal perbuatan yang dituntut oleh akal dan syariat dan mencegah diri dari melakukan amal perbuatan yang dilarang akal serta syariat.
Sabar adalah kekuatan motivasi religius di hadapan dorongan-dorongan nafsu setani. Dengan kata lain, sabar adalah suatu daya yang membuat manusia tetap teguh dalam menjalankan tugas-tugas agamanya meskipun hawa nafsu dan godaan setan terus mendorong serta menyelewengkannya. Diri manusia dalam keadan tersebut bagaikan medan tempur antara pasukan akal dan kebodohan.
Dengan memperhatikan beberapa makna di atas, jelas bahwa sabar adalah suatu sifat bagi jiwa yang dapat mencegah, yang mana di satu sisi kesabaran mengurung nafsu dan dorongan setan lalu mengarahkan manusia untuk berjalan di jalan yang benar, dan juga mencegah diri manusia agar tak lari dari tanggung jawab terhadap akal dan agamanya lalu mendorongnya untuk mengerjakan amal perbuatan yang diwajibkan Ilahi meski seperti apapun susahnya. Jika kekuatan tersebut dimiliki oleh seseorang dan dengan mudah digunakan olehnya, orang tersebut dikatakan sebagai orang yang penyabar.
Seorang pemimpin harus memiliki sifat sabar dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang diembannya. Setiap hari, bahkan dalam hitungan detik, berbagai persoalan dihadapinya. Mulai dari persoalan yang kecil sampai kepada persoalan yang besar. Mulai dari pujian atas keberhasilannya dalam menyelesaikan persoalan rakyat, sampai kepada caci maki atas kegagalannya dalam mengatasi suatu persoalan. Baik terhadap pujian maupun caci maki, dirinya harus bersabar.
Sabar terhadap apa yang didapat bermakna luas, salah satunya pujian atas keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Seorang pemimpin, jika dianggap berhasil oleh rakyatnya dalam melaksanakan program yang dia canangkan, maka tentu saja akan menuai pujian. Tetapi pujian itu sejatinya adalah ujian. Apabila tidak sabar dalam menghadapi pujian itu, maka bisa tergelincir kepada sikap ria, sombong, dan sifat-sifat tercela lainnya.
Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin seringkali mengancam dan memarahi anak buahnya pada berbagai kesalahan-kesalahan tidak prinsip yang dilakukan oleh anak buah di organisasi tersebut, sehingga menimbulkan iklim kerja yang mencekam dan kemudian mematikan keberanian anak buah untuk melakukan inovasi-inovasi dalam berbagai kegiatan di organisasi tersebut. Tentu saja, pemimpin yang pemarah, dan suka bersikap kasar kepada anak buah akan menyebabkan trauma kepada anak buahnya. Anak buahnya selalu dituntut berkata: "siap dan siap." Sehingga yang terjadi adalah anak buah akan selalu berusaha memberikan laporan yang menyenangkan 'induk samangnya" walau pada kenyataannya pekerjaan yang dia lakukan tidak beres. Anak buah akan dijadikan kucing penangkap tikus, dan bagi pemimpin seperti ini, biar kucing kurap sekali pun, kalau bisa menangkap tikus dengan banyak, baginya itu sudah cukup.
Ada cerita menarik dari sosok Irwan Prayitno, mantan Gubernur Sumatera Barat. Cerita ini penulis dapat dari beberapa orang bekas anak buahnya. Selama menjadi Gubernur Sumatera Barat dalam jangka waktu lima tahun, 15 Agustus 2010 - 15 Agustus 2015, Irwan Prayitno tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor kepada bawahannya. Perkataan yang selalu meluncur dari bibirnya hanyalah kata-kata nasehat agar anak buahnya sadar akan pentingnya menjalankan amanah jabatan yang dia pikul. Sebab, jika salah dalam menjalankan amanah, alamat kegagal dan kehancuran yang timbul, dan diancam neraka oleh Allah swt.
Ia selalu menekankan agar pejabat yang baru dilantik tidak bersenang hati dan bersuka ria, sebab amanah jabatan itu teramat berat. Bahkan dia memberikan penekanan pada ucapannya, "Kalaulah boleh saya menolak, maka saya tidak akan menerima amanah ini." Penekanan pada perkataannya ini yang kemudian disalahtafsirkan beberapa kalangan dengan menuding Irwan Prayitno menyesal menjadi gubernur dan Irwan Prayitno cukup sekali saja menjadi gubernur.
Rata-rata pejabat Pemprov Sumatera Barat yang pernah berdiskusi dengan penulis mengatakan, Irwan Prayitno tipikal pemimpin penyabar. Dia lebih memilih diam ketika isu-isu miring dialamatkan kepadanya. Sesekali dia berusaha meluruskan isu itu dalam beberapa kesempatan, dan tidak pernah sekalipun keluar dari mulutnya kata-kata serangan kepada orang yang melontarkan isu tersebut. Dia hanya mengatakan, "Beliau orang tua kita, dan kita harus menghormati beliau."
Paling banter, jika isu miring itu berlarut-larut, maka Irwan Prayitno mengambil air wudhu, melaksanakan sholat malam, dan berzikir kepada Allah swt., memohon petunjuk kehadirat Ilahy. Dan sering kali, isu miring yang dilontarkan kepadanya bak senjata memakan tuan, melukai si pelempar isu itu sendiri. Bagi Irwan, jika jalan keluar tidak ada lagi, pasrah kepada Ilahy adalah jalan satu-satunya.
Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang
Sabar adalah kekuatan motivasi religius di hadapan dorongan-dorongan nafsu setani. Dengan kata lain, sabar adalah suatu daya yang membuat manusia tetap teguh dalam menjalankan tugas-tugas agamanya meskipun hawa nafsu dan godaan setan terus mendorong serta menyelewengkannya. Diri manusia dalam keadan tersebut bagaikan medan tempur antara pasukan akal dan kebodohan.
Sabar dalam menghadapi masalah, musibah dan seterusnya adalah salah satu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt., karena itu dalam al-Quran disebutkan bahwa orang-orang yang sabar adalah kecintaan Tuhan. Allah swt berfirman, "Dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran ayat 146). “Wahai orang-orang yang beriman bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu,…” (Ali Imran ayat 200).
Dengan memperhatikan beberapa makna di atas, jelas bahwa sabar adalah suatu sifat bagi jiwa yang dapat mencegah, yang mana di satu sisi kesabaran mengurung nafsu dan dorongan setan lalu mengarahkan manusia untuk berjalan di jalan yang benar, dan juga mencegah diri manusia agar tak lari dari tanggung jawab terhadap akal dan agamanya lalu mendorongnya untuk mengerjakan amal perbuatan yang diwajibkan Ilahi meski seperti apapun susahnya. Jika kekuatan tersebut dimiliki oleh seseorang dan dengan mudah digunakan olehnya, orang tersebut dikatakan sebagai orang yang penyabar.
Seorang pemimpin harus memiliki sifat sabar dalam menjalankan amanah kepemimpinan yang diembannya. Setiap hari, bahkan dalam hitungan detik, berbagai persoalan dihadapinya. Mulai dari persoalan yang kecil sampai kepada persoalan yang besar. Mulai dari pujian atas keberhasilannya dalam menyelesaikan persoalan rakyat, sampai kepada caci maki atas kegagalannya dalam mengatasi suatu persoalan. Baik terhadap pujian maupun caci maki, dirinya harus bersabar.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, khalifah keempat dari empat Khulafaur Rasyidin pernah dintanya tentang makna sabar. Beliau menjawab, "Sabar itu ada dua; sabar atas apa yang kau cintai (yang kau dapatkan), dan sabar pada sesuatu (orang) yang kau benci/tidak sukai." Pada kesempatan lain, Imam Ali juga ditanya, apakah kehinaan yang besar di dunia ini? Beliau menjawab, "Seseorang yang selalu mencari kesalahan orang lain, sedangkan dirinya penuh dosa dan kesalahan."
Sabar terhadap apa yang didapat bermakna luas, salah satunya pujian atas keberhasilan dalam menyelesaikan masalah. Seorang pemimpin, jika dianggap berhasil oleh rakyatnya dalam melaksanakan program yang dia canangkan, maka tentu saja akan menuai pujian. Tetapi pujian itu sejatinya adalah ujian. Apabila tidak sabar dalam menghadapi pujian itu, maka bisa tergelincir kepada sikap ria, sombong, dan sifat-sifat tercela lainnya.
Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin seringkali mengancam dan memarahi anak buahnya pada berbagai kesalahan-kesalahan tidak prinsip yang dilakukan oleh anak buah di organisasi tersebut, sehingga menimbulkan iklim kerja yang mencekam dan kemudian mematikan keberanian anak buah untuk melakukan inovasi-inovasi dalam berbagai kegiatan di organisasi tersebut. Tentu saja, pemimpin yang pemarah, dan suka bersikap kasar kepada anak buah akan menyebabkan trauma kepada anak buahnya. Anak buahnya selalu dituntut berkata: "siap dan siap." Sehingga yang terjadi adalah anak buah akan selalu berusaha memberikan laporan yang menyenangkan 'induk samangnya" walau pada kenyataannya pekerjaan yang dia lakukan tidak beres. Anak buah akan dijadikan kucing penangkap tikus, dan bagi pemimpin seperti ini, biar kucing kurap sekali pun, kalau bisa menangkap tikus dengan banyak, baginya itu sudah cukup.
Ada cerita menarik dari sosok Irwan Prayitno, mantan Gubernur Sumatera Barat. Cerita ini penulis dapat dari beberapa orang bekas anak buahnya. Selama menjadi Gubernur Sumatera Barat dalam jangka waktu lima tahun, 15 Agustus 2010 - 15 Agustus 2015, Irwan Prayitno tidak pernah mengeluarkan kata-kata kotor kepada bawahannya. Perkataan yang selalu meluncur dari bibirnya hanyalah kata-kata nasehat agar anak buahnya sadar akan pentingnya menjalankan amanah jabatan yang dia pikul. Sebab, jika salah dalam menjalankan amanah, alamat kegagal dan kehancuran yang timbul, dan diancam neraka oleh Allah swt.
Tak jarang, Irwan Prayitno terbawa perasaan ketika bercerita tentang amanah jabatan kepada bawahannya. Setidaknya itu terekam dalam beberapa kali pelantikan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Dan peristiwa yang paling menghebohkan adalah ketika pelantikan Suprapto sebagai Kepala Dinas Prasjal dan Tarkim Sumbar menggantikan Dodi Ruswandi pada tanggal 17 Januari 2011. Pada kesempatan itu, Irwan Prayitno sempat terhenti memberikan kata sambutan. Lama dia terdiam, baru kemudian dia melanjtkan kata sambutannya dengan terbata-bata.
Ia selalu menekankan agar pejabat yang baru dilantik tidak bersenang hati dan bersuka ria, sebab amanah jabatan itu teramat berat. Bahkan dia memberikan penekanan pada ucapannya, "Kalaulah boleh saya menolak, maka saya tidak akan menerima amanah ini." Penekanan pada perkataannya ini yang kemudian disalahtafsirkan beberapa kalangan dengan menuding Irwan Prayitno menyesal menjadi gubernur dan Irwan Prayitno cukup sekali saja menjadi gubernur.
Rata-rata pejabat Pemprov Sumatera Barat yang pernah berdiskusi dengan penulis mengatakan, Irwan Prayitno tipikal pemimpin penyabar. Dia lebih memilih diam ketika isu-isu miring dialamatkan kepadanya. Sesekali dia berusaha meluruskan isu itu dalam beberapa kesempatan, dan tidak pernah sekalipun keluar dari mulutnya kata-kata serangan kepada orang yang melontarkan isu tersebut. Dia hanya mengatakan, "Beliau orang tua kita, dan kita harus menghormati beliau."
Paling banter, jika isu miring itu berlarut-larut, maka Irwan Prayitno mengambil air wudhu, melaksanakan sholat malam, dan berzikir kepada Allah swt., memohon petunjuk kehadirat Ilahy. Dan sering kali, isu miring yang dilontarkan kepadanya bak senjata memakan tuan, melukai si pelempar isu itu sendiri. Bagi Irwan, jika jalan keluar tidak ada lagi, pasrah kepada Ilahy adalah jalan satu-satunya.
“Wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat,..” (Al-Baqarah: 153). Imam Ali pernah dintanya, apa hakikat mengabdi (berbakti) ? Beliau menjawab, "Setiap kali engkau melaksanakan bakti maka kesukaran akan datang. Sebab di balik kesulitan lah terletak pengabdian." Ia pun pernah ditanya, dengan apa tujuan tercapai ? Ia menjawab, "Tujuan tercapai dengan ketenangan hati, ketekunan dan kerja keras." Oleh karena itu, Ibnul Qayyim mengatakan, "Sabar setengah dari keimanan dan setengahnya lagi adalah syukur."
Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.
Ditulis Oleh :
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »