Pro Kontra Dukungan Anak Nagari Pauh IX

Pro Kontra Dukungan Anak Nagari Pauh IX
DISKUSI hangat terjadi semalam di jejaring sosial facebook, ketika penulis menshare berita "Evi Yandri Serahkan Bola Voli Sahabat IP-NA" di kronologi akun jejaring sosial facebook milik penulis. Beragam komentar dilontarkan, dan yang paling ekstrim adalah komentar dari Joni Usman yang meminta Evi Yandri Rajo Budiman selaku Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) untuk meletakan jabatannya karena dianggap sebagai Tim Sukses Irwan Prayitno - Nasrul Abit (IP-NA).

"Evi yandri tu...harus meletakan jabatanya sebagai ketua FKAN pauh ix kalau pengin jadi tim sukses IP...harusnya dia netral sebagai ketua F-KAN pauh IX ganti aja orangnya tu...," komentar Joni Usman. Noa Rang Kuranji pun menjelaskan duduk perkaranya kepada Joni Usman, "Itu sikap politik individu mah pak Joni Usman... Bukan mengatasnamakan organisasi FKAN Pauh IX.... Jadi, sah2 saja....." Joni Usman pun kembali berkomentar, "Organisasi sosial tdk bisa di bawa ke organisasi politik, kalau sikap politik individu letakan jabatan dia dulu.orng kenal sama dia karena jabatanya bukan individunya, saya selaku anak nagari pauh IX tdk menerima sikapnya itu, kalau ingin jd tim sukses keluar dr organisasi."
Kemudian muncul Zulhendri Ismed menanggapi, "Justru itu karena org Pauh IX hy satu org yg maju wajar beliau mancalik an jati dirinyo..Peguyuban daerah lain dukung urang kampungnyo baa dek Noa Rang Kuranji jo Bang Yahya I tu a.." Paginya, Andri Yusran kembali menghangatkan diskusi, "Rasonyo ndak adoh anak nagari nan maju doh." Komentar Andri Yusran kemudian dijawab Khalil Chaniago, "Nik mamak nagari nan maju mah pak. Anak nagari yo ndak tp mamak nagari datuk kito." Kemudian Khalil Chaniago menambahkan komentarnya, "Dek gara gara beda pndngan politik mudh se dek uda mngecek tkah itu..tu samo uda ma agih malu diri uda sorang..galak urang mncalik uda...mh.."

Hangatnya diskusi pada postingan penulis tersebut merupakan salah satu bentuk dinamika berdemokrasi. Anak Nagari Pauh IX sah-sah saja mendukung Irwan Prayitno yang maju sebagai calon Gubernur Sumatera Barat 2015 berpasangan dengan Nasrul Abit, mantan Bupati Pesisir Selatan. Dan tak ada pula larangan bagi sebagian orang yang mengaku Anak Nagari Pauh IX untuk mendukung calon lain. Dalam alam demokrasi, perbedaan pandangan politik sah-sah saja dan itu dijamin oleh Undang-Undang di negeri ini.

Namun ironis saja rasanya, jika Evi Yandri Rajo Budiman yang menyatakan dukungan secara terang-terangan kepada Irwan Prayitno disuruh meletakan jabatannya sebagai Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji, Kota Padang. Dalam rapat kerja (Rakor) FKAN Pauh IX yang digelar pasca Mubes FKAN Pauh IX, penulis termasuk salah seorang yang terlibat aktif menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) FKAN Pauh IX (baca : Pembahasan AD/ART FKAN Pauh IX Berlangsung Alot). Tidak ada satu pasal pun yang menyatakan, keterlibatan pengurus FKAN Pauh IX dalam pesta demokrasi dan menyatakan dukungan kepada calon tertentu menyebabkan dia harus mengundurkan diri sebagai ketua atau pengurus FKAN.
Dalam AD/ART tersebut FKAN Pauh IX memang menyatakan diri sebagai organisasi sosial yang bersifat independent. Tetapi, AD/ART tidak pula melarang individu pengurus untuk terlibat politik praktis. Jangankan menyatakan dukungan kepada calon tertentu, untuk mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR misalnya, itu dibolehkan. Apatah lagi, secara resmi kelembagaan, FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji memang tidak menyatakan dukungan kepada pasangan calon Gubernur Sumatera Barat tertentu. Dukungan individu pengurus FKAN Pauh IX sah-sah saja, mengingat Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa tidak saja Anak Nagari Pauh IX yang merupakan bagian dari Pauh Basa Si Ampek Baleh, tetapi juga salah seorang penghulu suku di Kenagarian Pauh IX. Bahkan, Irwan Prayitno tak hanya sekedar penghulu suku, namun juga Ninik Mamak Nagari yang punya kewajiban moral untuk mengayomi dan membina anak kemenakannya yang berasal dari Pauh Basa Si Ampek Baleh.

Evi Yandri sendiri menyatakan, dukungan yang diberikannya kepada Irwan Prayitno murni dukungan pribadi yang tidak ada kaitannya dengan lembaga. Sebab, kalau dukungan diberikan secara lembaga, tentu harus dibicarakan dalam rapat pleno pengurus FKAN Pauh IX. Sebagaimana pengurus FKAN Pauh IX lainnya yang memberikan dukungan secara pribadi kepada Irwan Prayitno, begitu pula dirinya, terhimbau untuk memberikan dukungan secara aktif, karena Irwan Prayitno merupakan Anak Nagari dan Ninik Mamak di Pauh IX. Justru dirinya merasa aneh. jika orang yang mengaku-ngaku Anak Nagari Pauh IX, tetapi malah mendukung Anak Nagari daerah lainnya, dan meluapkan rasa bencinya didepan publik kepada Anak Nagari mereka sendiri. Ini tentunya sangat jauh dari adab hidup bernagari.

Menurut hemat penulis, dukungan sebagian besar Anak Nagari Pauh IX kepada Irwan Prayitno merupakan fitrah dan terpanggil oleh rasa banagari. Apatah lagi, di Pauh Basa Si Ampek Baleh ada pepeatah, "Urang Pauh Bagak Sakandang, Kalau Ada Perang Kampung, Maka Tinggalkan Parang Sasuku." Makanya, di zaman penjajahan, Pauh Basa Si Ampek Baleh merupakan salah satu daerah di Indonesia yang tidak pernah menyatakan tunduk kepada penjajah Belanda. Tak henti-hentinya Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh dengan kekompakan penuh menyerang loji dan markas Belanda di Bandar Padang. Dan sejarah mencatat, peperangan dengan Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh menyebabkan Belanda rugi besar dan hengkang dari Minangkabau.

Pepatah "Urang Pauh Bagak Sakandang" dalam Siyasah Islamiyah dikenal dengan istilah Ashabiyah, teori yang berkenaan dengan solidaritas sosial yang dikemukakan Ibnu Khaldun dalam Kitab Muqaddimah karangan monumentalnya yang terkenal itu. Menurut Ibnu Khaldun, Ashabiyah adalah solidaritas kelompok antar teman, saudara maupun tetangga dimana mereka saling menyayangi, saling mencintai, saling membantu serta mengerti perasaan satu sama lain hingga keinginan untuk membela salah satu darinya ketika diperlakukan tidak adil atau disakiti. Jika ingin memiliki pemimpin yang baik, maka masyarakatnya juga harus baik. Begitu pula sebaliknya, jika ingin mewujudkan masyarakat yang damai, aman dan sejahtera, seorang pemimpin harus benar-benar sempurna. Dan untuk itu Ibnu khaldun mengharuskan seorang pemimpin memiliki solidaritas sosial yang tinggi.

Dan suatu hal yang bodoh rasanya, jika gara-gara perbedaan pandangan politik, ada orang yang mengaku Anak Nagari Pauh IX menyatakan bahwa dalam pemilihan kepala daerah Sumatera Barat 2015 ini, tidak ada Anak Nagari Pauh IX yang maju sebagai calon gubernur. Sebagian besar orang Pauh Basa Si Ampek Baleh tahu, kalau Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa adalah Anak Nagari Pauh IX. Tak hanya itu, Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa juga merupakan penghulu suku Tanjung yang dilewakan secara adat. Bahkan palewaan gelar datuknya, dilakukan pajamuan secara adat dan besar-besaran yang dihadiri oleh Waki Presiden Jusuf Kalla pada waktu itu. Makanya, Irwan Prayitno Datuk Bandaro Basa tidak hanya sebagai Anak Nagari dan penghulu suku Tanjung, tetapi juga Ninik Mamak Nagari Pauh IX Basa Si Ampek Baleh.

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Alumnus Jinayah Siyasah Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang/Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »