Harapan Lembaga Silek Pauh Terhadap Irwan Prayitno

Harapan Lembaga Silek Pauh Terhadap Irwan Prayitno
MALAM ini, Senin (28/9/20015), penulis kembali terlibat diskusi menarik dengan Ketua Umum Lembaga Silek Pauh Muhammad Yusuf Rajo Bungsu dan Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang Evi Yandri Rajo Budiman. Diskusi kami bertemakan sejarah, budaya dan silek Pauh (salah satu aliran silat tradisional Minangkabau yang terkenal dengan jurus-jurusnya yang mematikan).

Ketika mendengar nama Pauh, dalam benak Anda mungkin akan langsung tertuju kepada Kecamatan Pauh, salah satu daerah yang termasuk bagian wilayah Kota Padang. Anggapan itu sebenarnya tidak salah, karena nama Pauh memang menjadi nama kecamatan yang daerahnya terdiri dari Kenagarian Pauh V dan Limau Manih. Tetapi, Pauh yang kami bahas dalam diskusi kali ini adalah Pauh Basa Si Ampek Baleh yang daerah kekuasaanya secara adat terdiri dari beberapa dua kenagarian, yaitu Kenagariannya Pauh IX dan Kenagarian Pauh V.

Kedua wilayah kenagarian ini dulunya masuk ke dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Namun berdasarkan PP nomor 17 tahun 1980, sejak 21 Maret 1980 menjadi wilayah administrasi kota Padang. Sebagian besar wilayah Kenagarian Pauh IX masuk ke dalam wilayah Kecamatan Kuranji, dan sebagian kecil masuk ke dalam wilayah Kecamatan Padang Timur dan Padang Utara. Sedangkan wilayah Kenagarian Pauh V masuk seluruhnya ke dalam wilayah Kecamatan Pauh.
Dalam sejarahnya, Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh (Pauh IX dan Pauh V) merupakan daerah yang tidak pernah menyatakan tunduk kepada penjajah Belanda. Menurut Van Bazel, sejarawan Belanda, antara 1665 dan 1740 tidak kurang dari 20 kali memberontak rakyat Pauh terhadap kekuasaan Belanda. Orang Pauh dianggap sebagai orang-orang pemberani dan ditakuti. Pada tahun 1665 terjadinya perang Rupit, perang Rupit adalah peperangan masyarakat Pauh melawan Belanda. Antara tahun 1665 – 1740 rakyat Pauah selalu memberontak terhadap kekuasaan Belanda.

Walau Kota Pauh selalu dibumi hanguskan oleh Belanda, tetap rakyat kembali dan menyusun pemberontakan dari tanah pusakonya. Jacob Gruys pada bulan April 1666 dengan 200 pasukan Belanda dan pasukan-pasukan pembantunya menyerang kota Pauh untuk memadamkan pemberontakan rakyat. Serangan itu berakhir tragis bagi Belanda, hanya 70 serdadu yang kembali hidup-hidup, Jacob Gruys sendiri juga tewas, begitu pula 2 kapten dan 5 letnan.

Menurut Muhammad Yusuf, Ketua Umum Lembaga Silek Pauh, Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh dikuasai oleh 14 suku berdasarkan pembagian tapian adat, yaitu sembilan di Pauh IX dan lima di Pauh V. Sekitar abad ke - 8 M, Pauh Basa Si Ampek Baleh dipimpin oleh seorang raja yang berasal dari Pesisir Selatan atas kesepakatan Kerajaan Pagaruyung dan Kerajaan Indrapura. Raja pertamanya bernama Sutan Firmansyah Datuk Rajo Putih bersuku Melayu. Kuburannya terdapat di Gunung Rajo Kampung Pinang, Kelurahan Lambung Bukit. Setidaknya, ada delapan raja yang ditunjuk untuk berkuasa di Pauh Basa Si Ampek Baleh. Namun, untuk menggali sejarahnya masih dibutuhkan waktu yang panjang.

Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh sering dikenal melalui Silek Pauh yang merupakan salah satu beladiri perang yang digunakan pandeka-pandeka (pendekar) Pauh melawan penjajah Belanda. Beladiri tradisional ini sudah terkenal di dunia internasional. Tidak hanya dipelajari oleh Anak Nagari Pauh, tetapi juga dipelajari oleh orang dari luar. Di luar negeri, Silek Pauh dipelajari di Belanda, Belgia, Vietnam, Amerika, dan negara lainnya.
Bahkan, di Arab Saudi, Silek Pauh pernah diajarkan oleh Inyiak Arang, penghulu suku Koto yang pergi naik haji ke Mekkah. Inyiak Arang pun tidak pernah kembali ke Pauh Basa Ampek Baleh, karena wafat dan dimakamkan di tanah Arab. Sebelum berangkat haji ke Mekkah, Inyiak Arang membangun surau yang kemudian menjadi cikal bakal Mesjid Jamik Pauh di Pasar Ambacang. Karena jasa-jasa Inyiak Arang ini, Arab Saudi pernah membantu pengembangan dan pembangunan surau tersebut senilai US$ 14.000. Bantuan tersebut diberikan sekitar tahun 70-an, ujar Muhammad Yusuf bercerita.

Sekedar diketahui, ujar Muhammad Yusuf lagi, Prabowo Subianto yang merupakan pendekar dari Satria Muda Indonesia (SMI) dan Ketua Umum Partai Gerindra, mengaku kalau gurunya adalah orang Pauh Basa Si Ampek Baleh, yaitu almarhum Darwis Sutan Sulaiman Datuk Rajo Putih. Belanda sendiri mengakui, kalau Darwis Sutan Sulaiman Datuk Rajo Putih adalah grand master silat tradisional Indonesia.

Untuk menggali nilai-nilai sejarah Pauh Basa Ampek Baleh ini, jelas Muhammad Yusuf, tentu hanya dapat dilakukan oleh Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh. Dorongan pemerintah pun dibutuhkan. Makanya, besar harapan Muhammad Yusuf, jika Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa, penghulu suku Tanjung Tapian Ampang Kenagarian Pauh IX Kecamatan Kuranji terpilih lagi menjadi Gubernur Sumatera Barat pada pilkada 2015 ini.

Jika Gubernur Sumbar adalah Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh, maka langkah ke arah itu akan semakin mudah. Dan dia yakin, Irwan akan mau mendorong ke arah itu. Apatah lagi ini terkait dengan sejarah nagari dan kampung halamannya sendiri. Kelalaian Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh, menurut Muhammad Yusuf, selama Irwan menjabat gubernur dari 2010 sampai 2015, Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh kurang bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki Irwan untuk menggali kembali nilai sejarah ini. Seakan-akan ada jarak antara Irwan dengan Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh.
Muhammad Yusuf tidak meragukan pengkajian nilai-nilai sejarah dan Silek Pauh semakin mudah dilakukan, jika Irwan Prayitno kembali menjadi gubernur. Keyakinan itu semakin besar, mengingat Irwan Prayitno sendiri adalah seorang pemangku adat dan Ninik Mamak Nagari di Pauh Basa Si Ampek Baleh. Sebagai pemangku adat, Irwan Prayitno memiliki tanggungjawab moral untuk melakukannya.

Saat ini, kata Muhammad Yusuf, Lembaga Silat Pauh terus berupaya melakukan pengkajian, pengembangan, dan pelestarian Silek Pauh. Langkah yang dilakukan adalah dengan menyusun kurikulum Silek Pauh bekerjasama dengan IPSI Kota Padang. Kurikulum Silek Pauh sudah dilaunching oleh Kemenpora Roy Suryo setahun yang lalu. Langkah selanjutya adalah membangun Padepokan Silek Pauh. Rencana ke arah itu sudah dimulai, dimana rencananya Padepokan Silek Pauh tersebut akan dibangun di Gunung Rajo Lambung Bukit, persis di dekat makam raja pertama Pauh Basa Si Ampek Baleh. 

Irwan Prayitno diharapkan dapat berperan besar dalam mewujudkan Padepokan Silek Pauh ini. Sebab arti penting keberadaan padepokan ini nantinya adalah sebagai tempat belajar Silek Pauh bagi Anak Nagari Minangkabau. Mereka tidak hanya belajar Silek Pauh secara fisik, tetapi juga akan diajarkan filsafat Silek Pauh, termasuk soal pembinaan aqidah agama. Beberapa perguruan Silek Pauh dari luar negeri, seperti Belanda, Belgia, dan Vietnam juga berencana untuk mendapatkan legalitas dari perguruan-perguruan Silek Pauh yang ada di Pauh Basa Si Ampek Baleh. Tapi sebelumnya, tentu harus ada wadahnya, berupa Padepokan Silek Pauh.
Evi Yandri Rajo Budiman berjanji kepada Muhammad Yusuf untuk membicarakan hal tersebut. Menurutnya, sejarah Pauh Basa Si Ampek Baleh harus digali dan dibukukan, termasuk pelestarian Silek Pauh itu sendiri. Sebagai Ninik Mamak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh, Evi Yandri yakin Irwan Prayitno merespon dengan baik wacana tersebut.

Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq, semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus dalam pemilihan Gubernur Sumatera Barat tanggal 9 Desember 2015 mendatang. Amin.

Ditulis Oleh :
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »