BentengSumbar.com --- Terkait terpaparnya kabut asap, Pemerintah Kota Padang tidak mau gegabah mengambil kebijakan meliburkan sekolah. Pasalnya, kondisi kabut asap di Kota Padang berdasarkan pengukuran Bapedalda setempat masih pada level tidak sehat yang masih dapat diatasi dengan menggunakan masker. Begitu juga data dari Dinas Kesehatan, belum ada lonjakan kasus ISPA yang signifikan.
Hal itu disampaikan Walikota Padang Mahyeldi Dt. Marajo kepada belasan awak media dalam jumpa pers yang digelar di Balaikota Padang, Kamis (8/10).
“Kita mengambil kebijakan tentunya berdasarkan data yang akurat dan dengan pertimbangan yang tidak merugikan masyarakat. Terkait kabut asap, kita mendapatkan data dari Bapedalda dan Dinas Kesehatan yang menunjukkan belum sampai level berbahaya,” kata Mahyeldi.
Dikatakan, berdasarkan hasil pengukuran kadar debu (pm10) belum melebihi 350 ugram/nm3 yang bisa dinyatakan sebagai status sangat tidak sehat. Sedangkan lonjakan kasus ISPA (Inspeksi Saluran Pernafasan Akut) juga belum terbilang signifikan atau luar biasa.
Selama ini hasil pengukuran kabut asap di Kota Padang yang paling tinggi adalah 229 ugram/nm3, belum pernah mencapai batas untuk dapat mengambil kebijakan meliburkan aktifitas sekolah. Begitu juga dari hasil pemantauan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang yang dilakukan setiap hari di semua fasilitas kesehatan, tidak ada lonjakan kasus ISPA.
"Makanya kita belum mengambil kebijakan meliburkan sekolah, Kita tidak bisa mengambil keputusan meliburkan sekolah karena daerah lain sudah mengambil kebijakan tersebut. Sebab masing-masing wilayah paparan kabut asap dan indikasinya berbeda," kata Mahyeldi yang didampingi Kepala Bapedalda Edi Hasymi, Kepala Dinas Kesehatan Eka Lusti, Kepala Dinas Pendidikan Habibul Fuadi, dan Kepala BPBD Damkar Dedi Henidal, serta Kepala Bagian Humas dan Protokol Mursalim.
Walikota juga mengakui, dirinya sudah mendatangi beberapa sekolah untuk memantau dampak kabut asap sekaligus untuk mengetahui data siswa yang terserang ISPA. "Sejauh ini belum ada kejadian yang signifikan terkait kasus ISPA. Hanya kita sarankan agar mengurangi kegiatan di luar ruangan dan selalu memakai masker jika berada di tempat terbuka yang terpapar kabut asap," sebutnya.
Adapun keterangan dari Kepala Bapedalda Edi Hasymi, jarak pandang yang terbatas atau kondisi cuaca tidak cerah, tidak berkorelasi langsung dengan kadar asap kabut. Jarak pandang juga sangat ditentukan oleh proses kondensasi uap air, kelembaban udara, arah angin,dan berbagai faktor lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan Eka Lusti menyebutkan, adanya angka 8.835 kasus ISPA yang dirilis merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya. Bulan Agustus terdapat 6.571 kasus dan bulan September meningkat menjadi 8.835. “Ini belum merupakan lonjakan signifikan,” Kata Eka. (DU)
Hal itu disampaikan Walikota Padang Mahyeldi Dt. Marajo kepada belasan awak media dalam jumpa pers yang digelar di Balaikota Padang, Kamis (8/10).
“Kita mengambil kebijakan tentunya berdasarkan data yang akurat dan dengan pertimbangan yang tidak merugikan masyarakat. Terkait kabut asap, kita mendapatkan data dari Bapedalda dan Dinas Kesehatan yang menunjukkan belum sampai level berbahaya,” kata Mahyeldi.
Dikatakan, berdasarkan hasil pengukuran kadar debu (pm10) belum melebihi 350 ugram/nm3 yang bisa dinyatakan sebagai status sangat tidak sehat. Sedangkan lonjakan kasus ISPA (Inspeksi Saluran Pernafasan Akut) juga belum terbilang signifikan atau luar biasa.
Selama ini hasil pengukuran kabut asap di Kota Padang yang paling tinggi adalah 229 ugram/nm3, belum pernah mencapai batas untuk dapat mengambil kebijakan meliburkan aktifitas sekolah. Begitu juga dari hasil pemantauan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Padang yang dilakukan setiap hari di semua fasilitas kesehatan, tidak ada lonjakan kasus ISPA.
"Makanya kita belum mengambil kebijakan meliburkan sekolah, Kita tidak bisa mengambil keputusan meliburkan sekolah karena daerah lain sudah mengambil kebijakan tersebut. Sebab masing-masing wilayah paparan kabut asap dan indikasinya berbeda," kata Mahyeldi yang didampingi Kepala Bapedalda Edi Hasymi, Kepala Dinas Kesehatan Eka Lusti, Kepala Dinas Pendidikan Habibul Fuadi, dan Kepala BPBD Damkar Dedi Henidal, serta Kepala Bagian Humas dan Protokol Mursalim.
Walikota juga mengakui, dirinya sudah mendatangi beberapa sekolah untuk memantau dampak kabut asap sekaligus untuk mengetahui data siswa yang terserang ISPA. "Sejauh ini belum ada kejadian yang signifikan terkait kasus ISPA. Hanya kita sarankan agar mengurangi kegiatan di luar ruangan dan selalu memakai masker jika berada di tempat terbuka yang terpapar kabut asap," sebutnya.
Adapun keterangan dari Kepala Bapedalda Edi Hasymi, jarak pandang yang terbatas atau kondisi cuaca tidak cerah, tidak berkorelasi langsung dengan kadar asap kabut. Jarak pandang juga sangat ditentukan oleh proses kondensasi uap air, kelembaban udara, arah angin,dan berbagai faktor lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan Eka Lusti menyebutkan, adanya angka 8.835 kasus ISPA yang dirilis merupakan akumulasi dari bulan-bulan sebelumnya. Bulan Agustus terdapat 6.571 kasus dan bulan September meningkat menjadi 8.835. “Ini belum merupakan lonjakan signifikan,” Kata Eka. (DU)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »