Bravo Mahem, Bravo Mahyeldi-Emzalmi..!!!

Bravo Mahem, Bravo Mahyeldi-Emzalmi
Walikota Mahyeldi-Wakil Walikota Emzalmi. 
PAGI-pagi telepon seluler penulis berdering. Agak tergopoh-gopoh, penulis keluar kamar, karena telepon selular yang sudah satu tahun menemani penulis dengan multifungsi tersebut, dicas di ruangan kerja. Di layarnya terlihat nomor kontak yang tidak penulis kenal, karena tidak tercantum namanya. Dengan penuh keraguan, penulis pun menjawab panggilan tersebut.

"Halo, assalamu'alaikum. Maaf, ini siapa?" sapa penulis. "Wa'alaikumsalam, masa Buya lupa. Mungkin nomor ana lupa Buya save," ujar penelpon tersebut. "Ya, ya, mungkin ana lupa save, tapi mohon maaf sekali lagi, ini siapa," tanya penulis. Tapi dari suaranya, penulis rada-rada sudah bisa menerka. "Pilgub kemaren, kita satu gerbong Buya. Buya ingat, usai debat di hotel anu, kita makan duren dengan Pak Gub di Gantiang, ana minta tolong Buya ambilin foto," jawabnya.

Penulis baru ingat, setelah dia menyebutkan peristiwa pertemuan kami. Pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Sumatera Barat Desember 2015, kami memang satu gerbong, mendukung pasangan calon Irwan Prayitno-Nasrul Abit (IP-NA). Walau dia hanya mengaku simpatisan, dan tidak terdaftar di tim kampanye, hampir setiap kampanye IP-NA di Kota Padang, dia menyempatkan diri hadir. Kami juga sempat selfie bareng pada kampanye akbar di RTH Imam Bonjol, usai Prabowo Subianto berorasi dan meninggalkan lapangan kebanggan warga Kota Padang tersebut.

Namun maksudnya menelpon penulis bukan untuk mengenang masa-masa kampanye tersebut, karena usai pilkada, sudah menjadi komitmen penulis, tidak ada lagi istilah timses atau relawan segala macam. Usai pilkada, kembali menjadi rakyat badarai, seperti yang lainnya, tanpa harus berbangga diri sebagai timses atau relawan yang mendukung calon pemenang pilkada. Tidak ada gunanya bagi penulis, karena tak ada pula jabatan yang mau diraih, atau proyek yang akan diminta.
"Bagusnya, lanjut saja Buya," ungkapnya mengawali pembicaraan. "Lanjut kemana nih," tanya penulis. "Ya, Mahyeldi-Emzalmi kita lanjutkan saja, tak usah pula Buya bersorak yang lain. Tidak bagus bagi pembangunan kota ini. Mereka ini adalah pasangan yang pas untuk pembangunan kota ini. Ana melihat, kepemimpinan keduanya sudah menjadi tempat di hati warga kota," jelasnya.

Ya, akhir-akhir ini penulis memang sering menyuarakan agar Emzalmi, Wakil Walikota Padang maju pada pilkada Juni 2018 sebagai calon Walikota Padang. Hal ini penulis lakukan bukan tanpa alasan. Alasan utama penulis adalah Emzalmi merupakan seorang birokrat sejati yang dicintai warga kota ini. Selama menjadi birokrat dan sampai saat ini, lekat tangannya dalam membangun Kota Padang tak bisa dipungkiri.

Secara pribadi, penulis tidak pernah kecewa dengan Walikota Mahyeldi Ansharullah. Apa yang mau penulis kecewakan? Selama dia menjabat Walikota Padang, secara pribadi penulis juga tidak pernah mengajukan permintaan kepadanya. Biasanya, orang yang kecewa itu karena permintaannya tidak terkabulkan.

Ini bukan karena faktor kecewa, tapi lebih kepada perjuangan sebagai Anak Nagari yang menginginkan Kota Padang dipimpin oleh Anak Nagarinya. Agak asobiah mungkin, tapi tentu pilihan politik semacam itu tidak pula dilarang oleh konstitusi di negara ini. Lagian, dari segi kemampuan, H Emzalmi itu, menurut hemat penulis, memiliki kemampuan yang memadai untuk memimpin Kota Padang, tak pula kalah dari Mahyeldi Ansharullah. Apatah lagi dari segi ketokohan, ketakahan, dan ketakihan.

Dari segi ketokohan, H Emzalmi adalah tokoh yang selama ini diaggap mampu mengayomi semua pihak, tanpa melihat latar politik seseorang. Dia adalah Anak Nagari Pauh Basa Si Ampek Baleh yang diterima semua kalangan, dan hampir tidak ada konflik dengan pihak mana pun di kota ini. Dia disegani oleh kawan dan lawan, dan mudah tersenyum dengan siapa saja, walau orang itu tidak berlatar politik sebagai kader atau tokoh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang mengusungnya pada pilkada lalu.

Dari segi ketakahan apalagi. Ketakahan ini terkait erat dengan peformance, intelektual, dan pengalaman seorang pemimpin. "Baurek ka bawah, bapucuk ka ateh, ditangah indak digirik kumbang." Ukuran intelektual seseorang, bisa juga diukur dari pendidikannya. Kalau seseorang pendidikannya lebih tinggi, pasti kapasitas intelektualnya lebih tinggi. Dan itu dimiliki oleh seorang H Emzalmi Zaini.

Sedangkan ketakihan terkait dengan sifat amanah. Ini dapat dilihat dari track record seorang figur. Ukuran amanah itu, tentu berupa keberhasilan kepemimpinan di bidang-bidang tertentu yang bermanfaat untuk orang banyak dan masyarakat. Lantas tidak ada terkait dengan persoalan-persoalan hukum. Atau pun mungkin tidak banyak mengecewakan masyarakat. Ukuran kecewa itu secara kasat mata dapat dilihat dari komentar-komentar masyarakat, walau pun tidak perlu disurvai. Tentu warga kota mampu menilai, apakah seorang H Emzalmi Zaini selama ini amanah pada jabatan yang pernah dia pegang atau tidak?
Nah, itulah yang menjadi alasan penulis sebagai orang yang termasuk mendorong H Emzalmi maju sebagai calon Walikota Padang pada pilkada Juni 2018. Alasan yang menurut penulis rasional, dan tidak berlebihan. Seseorang tentu mendukung orang yang dianggapnya mampu dan memiliki hubungan emosional dengannya. Namun tentu bukan dukungan secara membabi buta, karena dalam politik tidak ada ilmu pastinya.

Tak hanya teman yang menelpon tadi yang meminta penulis agar jangan terlalu pagi menyuarakan Emzalmi sebagai calon Walikota Padang. Ustad Muhidi, mantan Ketua DPD PKS Kota Padang, dan orang yang selama ini penulis segani, juga menyarankan hal yang sama. Bahkan ia juga berharap, dwitunggal Mahyeldi-Emzalmi itu tetap dilanjutkan pada periode berikutnya. Tapi, apakah itu mungkin?

Namun yang pasti, kepemimpinan Mahyeldi-Emzalmi wajib dikawal sampai masa jabatan mereka berakhir. Dua tahun kepemimpinan mereka di Kota Padang, sejak dilantik pada 13 Mei 2014, lekat tangan mereka sudah dirasakan warga kota. Kemajuan dan perubahan yang dirasakan warga kota selama dua tahun kepemimpinan mereka, patut disyukuri dan apresiasi. Kemajuan dan perubahan itu tidak bisa dikatakan keberhasilan Mahyeldi Ansharullah semata, tetapi juga karena lekat tangan Emzalmi selaku Wakil Walikota. Bravo Mahem, bravo Mahyeldi-Emzalmi...!!!

Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus.

Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »