![]() |
Penulis Bersama Gubernur Irwan Prayitno. |
INI hanya sekedar usul kepada Walikota Padang H Mahyeldi Ansharullah Datuk Marajo dan Gubernur Provinsi Sumatera Barat H Irwan Prayitno Datuk Rajo Bandaro Basa. Apatah lagi, kedua pemimpin di Ranah Minang ini dikenal sebagai sosok yang agamis, sosok yang mendahulukan nilai-nilai akhlak Islami dalam kepemimpinannya, sosok yang paham makna Siyasah Islamiyah.
Mereka pun berasal dari partai yang kental mengusung nilai-nilai keislaman menurut paham yang mereka terima, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di tengah-tengah keluarga besar PKS dan rakyat daerah ini, mereka berdua kerap dipanggil ustad, bahkan Walikota Mahyeldi Ansharullah malah dipanggil buya. Ini menandakan, masyarakat kagum dan mengakui akan kedalaman ilmu agama yang mereka miliki.
Sebab, tidak sembarangan orang dipanggil ustad dan buya. Tak cukup bermodalkan tanda hitam di jidat sebagai tanda sering sujud, tak cukup dengan memeliha jenggot sebagaimana disunnahkan Rasulullah SAW. Pastilah orang yang paham ilmu agama, dibarengi akhlak Islami dalam kehidupan sehari-hari, dan mau pula mengajarkan orang ilmu agama, maka dipanggilah seseorang itu ustad atau buya.
Sejak kepemimpinan Gubernur Irwan Prayitno di Sumatera Barat dan Walikota Mahyeldi Ansharullah di Kota Padang, berbagai program yang bertujuan menanamkan nilai-nilai keislaman terus digalakkan. Gubernur Irwan, empat kali dalam seminggu memberikan siraman rohani kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan pejabat serta staf Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Tak hanya itu, Gubernur Irwan pun rutin menjadi Khatib Jumat, sebagaimana Walikota Mahyeldi dengan program Jumat kelilingnya. Kalau ceramah umum dari surau ke surau, dari mushalla ke mushalla, dari masjid ke masjid, jangan dibilang lagi, tak tehitung jumlahnya. Kedua sosok pemimpin ini juga berupaya mendorong pembumian al Quran di Ranah Minangkabau dengan program Kota Penghafal al Quran. Bahkan, kedua pemimpin ini juga kerap bersama-sama ikut menguji bacaan hafiz al Quran yang menyetorkan bacaan dan hafalannya.
Ranah Minangkabau yang Islami, Ranah Bundo Kanduang yang betul-betul menerapkan falsafah, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangako, Adat Mamakai," itulah cita-cita mereka sejak dilantik menjadi kepala daerah. Setidaknya ini tergambar dari pidato yang mereka sampaikan di berbagai kesempatan dan kegiatan.
Makanya, usul ini penulis layangkan, hendaknya Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mereka angkat atau berikan amanah, juga bisa mengiringi mereka. Mestilah tiap-tiap Kepala SKPD itu pandai sembahyang (salat) dan mengaji, pandai menjadi imam salat bagi stafnya, dan memiliki pemahaman agama yang cukup, sehingga bisa pula menjadi Khatib Jumat.
Mereka pun berasal dari partai yang kental mengusung nilai-nilai keislaman menurut paham yang mereka terima, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Di tengah-tengah keluarga besar PKS dan rakyat daerah ini, mereka berdua kerap dipanggil ustad, bahkan Walikota Mahyeldi Ansharullah malah dipanggil buya. Ini menandakan, masyarakat kagum dan mengakui akan kedalaman ilmu agama yang mereka miliki.
Sebab, tidak sembarangan orang dipanggil ustad dan buya. Tak cukup bermodalkan tanda hitam di jidat sebagai tanda sering sujud, tak cukup dengan memeliha jenggot sebagaimana disunnahkan Rasulullah SAW. Pastilah orang yang paham ilmu agama, dibarengi akhlak Islami dalam kehidupan sehari-hari, dan mau pula mengajarkan orang ilmu agama, maka dipanggilah seseorang itu ustad atau buya.
Sejak kepemimpinan Gubernur Irwan Prayitno di Sumatera Barat dan Walikota Mahyeldi Ansharullah di Kota Padang, berbagai program yang bertujuan menanamkan nilai-nilai keislaman terus digalakkan. Gubernur Irwan, empat kali dalam seminggu memberikan siraman rohani kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan pejabat serta staf Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
Tak hanya itu, Gubernur Irwan pun rutin menjadi Khatib Jumat, sebagaimana Walikota Mahyeldi dengan program Jumat kelilingnya. Kalau ceramah umum dari surau ke surau, dari mushalla ke mushalla, dari masjid ke masjid, jangan dibilang lagi, tak tehitung jumlahnya. Kedua sosok pemimpin ini juga berupaya mendorong pembumian al Quran di Ranah Minangkabau dengan program Kota Penghafal al Quran. Bahkan, kedua pemimpin ini juga kerap bersama-sama ikut menguji bacaan hafiz al Quran yang menyetorkan bacaan dan hafalannya.
Ranah Minangkabau yang Islami, Ranah Bundo Kanduang yang betul-betul menerapkan falsafah, "Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangako, Adat Mamakai," itulah cita-cita mereka sejak dilantik menjadi kepala daerah. Setidaknya ini tergambar dari pidato yang mereka sampaikan di berbagai kesempatan dan kegiatan.
Makanya, usul ini penulis layangkan, hendaknya Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang mereka angkat atau berikan amanah, juga bisa mengiringi mereka. Mestilah tiap-tiap Kepala SKPD itu pandai sembahyang (salat) dan mengaji, pandai menjadi imam salat bagi stafnya, dan memiliki pemahaman agama yang cukup, sehingga bisa pula menjadi Khatib Jumat.
Mengutip pendapat Hasan al Banna, pemerintahan Islam adalah pemerintah yang terdiri dari pejabat-pejabat pemerintah yang beragama Islam, melaksanakan kewajiban-kewajiban agama Islam dan tidak melakukan maksiat secara terang-terangan, melaksanakan hukum-hukum dan ajaran agama Islam. Pemerintah itu beragama Islam karena para pelakunya, karena komitmen mereka terhadap akhlak-akhlak agama Islam dank arena melaksanakan hukum-hukum syariat.
Nah, kalau demikian, mestilah pejabat yang diangkat paham ajaran agama dan memelihara akhlak Islami, tak cukup lulus pelelangan jabatan semata. Orang yang diberi amanah menjabat jabatan tertentu, selain memiliki keahlian di bidangnya masing-masing, maka diharuskan pandai sembahyang dan mengaji, pandai pula menjadi Imam Salat, dan pandai pula tabligh: menyampaikan kebenaran ajaran agama kepada rakyat, terutama staf atau anak buah di bawah tanggungjawabnya.
Kenapa penulis layangkan usulan ini kepada Walikota Padang Mahyeldi Ansharullah dan Gubernur Irwan Prayitno? Semata-mata bertujuan untuk kebaikan yang diharapkan kedua pemimpin ini. Mustahil mereka akan menerapkan ajaran Islam di tengah-tengah rakyat, tapi mereka malah mempercayakan suatu jabatan kepada orang-orang oportunis dan hedonis, yang mengapai jabatan semata-mata karena menjilat, bukan karena prestasi dan kinerja yang bagus.
Prestasi dan kinerja yang bagus itu baru dapat digapai jika jabatan itu dipegang oleh orang-orang yang amanah. Dan bukankah agama mengajarkan kepada kita, orang-orang amanah itu disebabkan ketakwaan mereka kepada Tuhan. Mustahil orang dikatakan bertakwa, sebahyang saja tidak, mengaji tak pula pandai. Kepada Tuhan saja mereka tidak takut, apatah lagi kepada kepala daerah yang notabene manusia, sama seperti mereka. Ujung-ujungnya kepala daerah "marasai" ditipu kepala SKPD yang tidak amanah pada jabatan yang diberikan itu.
"Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap kepemimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan." (HR. Al-Bukhari). "Tidaklah dua ekor serigala yang lapar dilepas di tengah segerombolan kambing lebih merusak dari pada merusaknya seseorang terhadap agamanya karena ambisinya untuk mendapatkan harta dan kedudukan yang tinggi. ” (HR. Tirmidzi).
Sekali lagi, ini hanya usul, untuk kebaikan kita bersama dalam membangun Sumatera Barat ini. Kita cinta Ranah Minangkabau, maka mari kita percayakan jabatan yang ada kepada orang-orang yang amanah pada jabatannya dalam membangun Minangkabau itu.
“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Al-Qashash: 26).
Oh ya, hampir lupa penulis, jangan pernah percayai pejabat yang hobi berhabis waktu dan hari untuk bermain domino. Biasanya mereka adalah tipe pejabat pemalas, yang hanya mengandalkan kerja anak buah. Pelaku permainan semacam itu dikecam oleh para ulama.
Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa bermain dadu, maka seakan-akan ia telah mencelupkan tangannya ke dalam daging babi dan darahnya." (HR Muslim). “Barangsiapa bermain dadu, maka dia telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya.” (HR Ibnu Majah).
Terdapat pula riwayat dari ‘Ali bin Abi Tholib r.a. Beliau pernah melewati orang-orang yang bermain catur, lalu beliau mengatakan, “Ada apa dengan berhala-berhala yang kalian beri’tikaf di hadapannya?” Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa ‘Ali membalik papan catur orang-orang tadi.
Wallahul Muwafiq ila Aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua FKAN Pauh IX Kecamatan Kuranji Kota Padang
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »