![]() |
Rapat Pembentukan Tim. |
BENTENGSUMBAR.COM - Sejarah perjuangan Harimau Kuranji sampai saat ini masih menjadi misteri. Betapa tidak, sejarah perjuangan tersebut sampai saat ini masih beragam versi.
Kini, Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji mencoba untuk mengungkap misteri tersebut. Dilakukanlah penelusuran sejarah perjuangan Harimau Kuranji dengan mengungkap fakta-fakta yang ada.
"Kita akan bentuk tim untuk menelusuri sejarah perjuangan Harimau Kuranji tersebut. Kita ingin sejarahnya terang benderang dan tidak terjadi pembelokan," ungkap Evi Yandri Rajo Budiman, Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX, dalam rapat pembentukan tim, bertempat di salah satu restoran di kawasan Bypass, Kuranji, Selasa malam, 2 Agustus 2016.
Evi mengatakan, tim ini nantinya akan melibatkan pakar-pakar sejarah, selain Anak Nagari Pauh IX dan Pauh V. Fakta-fatka sejarah, baik secara tertulis maupun melalui pelaku sejarah yang masih hidup akan didiskusikan melalui seminar, sebelum disusun dalam sebuah buku.
Pembentukan Tim Penelusuran Sejarah Harimau Kuranji tersebut dihadiri oleh Anak Nagari Pauh IX, Pauh V, dan Limau Manis. Ide-ide awal mulanya sebutan Harimau Kuranji dikemukakan dalam rapat pembentukab tim tetsebut.
"Seketika terjadi penyerangan pasukan yang dipimpin oleh Ahmad Husen ke Rimbo Kaluang pada 21 Februari 1946, tentara Sekutu berteriak, "Harimau dari Kuranji menyerang." Tentara Sekutu ketakutan sekali, sebab mereka menyerang begitu cepat, lantas menghilang bak Harimau. Sejak itulah lekat sebutan nama Harimau Kuranji itu," terang Marzuki Onmar yang didaulat memimpin tim tersebut.
Menurut Maron, panggilan akrab Marzuki Onmar, pada dasarnya perjuangan Harimau Kuranji dapat dibagi menjadi dua fase. Fase Ahmad Husein yang menyerang Rumbo Kaluang, dan fase Anas Ayub semasa PRRI.
"Kata salah seorang pelaku sejarah, Rahman Kompong, kalau ada yang berbicara Harimau Kuranji, tanya dulu, siapa pimpinannya. Kalau Ahmad Husein, itu yang benar. Kalau Anas Ayub, itu terjadi semasa PRRI," jelasnya.
Namun, kata Maron, perjuangan pasukan Harimau Kuranji tak terlepas dari peran rakyat Kuranji-Pauh. Sebut saja Pandeka Gandin, Dulah Anjang, Ranjau dan lain-lain.
Zys Malin Sampono, Wakil Ketua FKAN Pauh IX menegaskan, sebagaimana termuat dalam buku-buku sejarah, baik dikarang oleh orang Belanda maupun orang Indonesia, maka Harimau Kuranji itu sudah ada jauh sebelum penyerangan Rimbo Kaluang itu. Bahkan, Pauh dikenal sebagai daerah yang tidak pernah tunduk kepada Belanda.
"Perjuangan orang Pauh itu bersifat gerilya, dan tidak pernah mampu dipadamkan Belanda secara nyata. Perjuangan rakyat Pauh yang heroik itu dijadikan sejarah pembentukan Kota Padang, 7 Agustus 1669. Jadi, kalau mau ditulis, harus ditarik juga jauh sebelum itu, tidak hanya penyerangan Rimbo Kaluang," urainya.
Haji Syahdiar, salah satu tokoh Kuranji menyarankan, penarikan sejarah perjuangan rakyat Pauh dan Kuranji jangan sebatas pada tahun 1946. Sebab, sejarah perjuangan sebelum itu menjadi penyebab penjajah hengkang dari Ranah Minangkabau.
"Jangan hanya ditarik dari penyerangan Rimbo Kaluang itu saja, sejarah panjang perjuangan rakyat Kuranji-Pauh melawan penjajah juga juga harus ditulis, seperti perang Lubuk Lintah," ungkapnya.
Zul Akmal Naro Rajo Jambi, mantan Ketua PK KNPI menyarankan agar ditentukan batasan penulisan. Namun, sejarah sebelum penyerangan Rimbo Kaluang tetap disebutkan dalam latar belakang penulisan atau pendahuluan pada buku yang akan ditulis tersebut.
"Saya hanya menyarankan batasan penulisan agar tidak melebar. Batasannya tentu dengan tujuan tim ini dibentuk. Sejarah sebelum itu tetap disebut, tetapi pada pengantar saja," pungkasnya. (by)
Kini, Anak Nagari Pauh IX Kecamatan Kuranji mencoba untuk mengungkap misteri tersebut. Dilakukanlah penelusuran sejarah perjuangan Harimau Kuranji dengan mengungkap fakta-fakta yang ada.
"Kita akan bentuk tim untuk menelusuri sejarah perjuangan Harimau Kuranji tersebut. Kita ingin sejarahnya terang benderang dan tidak terjadi pembelokan," ungkap Evi Yandri Rajo Budiman, Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX, dalam rapat pembentukan tim, bertempat di salah satu restoran di kawasan Bypass, Kuranji, Selasa malam, 2 Agustus 2016.
Evi mengatakan, tim ini nantinya akan melibatkan pakar-pakar sejarah, selain Anak Nagari Pauh IX dan Pauh V. Fakta-fatka sejarah, baik secara tertulis maupun melalui pelaku sejarah yang masih hidup akan didiskusikan melalui seminar, sebelum disusun dalam sebuah buku.
Pembentukan Tim Penelusuran Sejarah Harimau Kuranji tersebut dihadiri oleh Anak Nagari Pauh IX, Pauh V, dan Limau Manis. Ide-ide awal mulanya sebutan Harimau Kuranji dikemukakan dalam rapat pembentukab tim tetsebut.
"Seketika terjadi penyerangan pasukan yang dipimpin oleh Ahmad Husen ke Rimbo Kaluang pada 21 Februari 1946, tentara Sekutu berteriak, "Harimau dari Kuranji menyerang." Tentara Sekutu ketakutan sekali, sebab mereka menyerang begitu cepat, lantas menghilang bak Harimau. Sejak itulah lekat sebutan nama Harimau Kuranji itu," terang Marzuki Onmar yang didaulat memimpin tim tersebut.
Menurut Maron, panggilan akrab Marzuki Onmar, pada dasarnya perjuangan Harimau Kuranji dapat dibagi menjadi dua fase. Fase Ahmad Husein yang menyerang Rumbo Kaluang, dan fase Anas Ayub semasa PRRI.
"Kata salah seorang pelaku sejarah, Rahman Kompong, kalau ada yang berbicara Harimau Kuranji, tanya dulu, siapa pimpinannya. Kalau Ahmad Husein, itu yang benar. Kalau Anas Ayub, itu terjadi semasa PRRI," jelasnya.
Namun, kata Maron, perjuangan pasukan Harimau Kuranji tak terlepas dari peran rakyat Kuranji-Pauh. Sebut saja Pandeka Gandin, Dulah Anjang, Ranjau dan lain-lain.
Zys Malin Sampono, Wakil Ketua FKAN Pauh IX menegaskan, sebagaimana termuat dalam buku-buku sejarah, baik dikarang oleh orang Belanda maupun orang Indonesia, maka Harimau Kuranji itu sudah ada jauh sebelum penyerangan Rimbo Kaluang itu. Bahkan, Pauh dikenal sebagai daerah yang tidak pernah tunduk kepada Belanda.
"Perjuangan orang Pauh itu bersifat gerilya, dan tidak pernah mampu dipadamkan Belanda secara nyata. Perjuangan rakyat Pauh yang heroik itu dijadikan sejarah pembentukan Kota Padang, 7 Agustus 1669. Jadi, kalau mau ditulis, harus ditarik juga jauh sebelum itu, tidak hanya penyerangan Rimbo Kaluang," urainya.
Haji Syahdiar, salah satu tokoh Kuranji menyarankan, penarikan sejarah perjuangan rakyat Pauh dan Kuranji jangan sebatas pada tahun 1946. Sebab, sejarah perjuangan sebelum itu menjadi penyebab penjajah hengkang dari Ranah Minangkabau.
"Jangan hanya ditarik dari penyerangan Rimbo Kaluang itu saja, sejarah panjang perjuangan rakyat Kuranji-Pauh melawan penjajah juga juga harus ditulis, seperti perang Lubuk Lintah," ungkapnya.
Zul Akmal Naro Rajo Jambi, mantan Ketua PK KNPI menyarankan agar ditentukan batasan penulisan. Namun, sejarah sebelum penyerangan Rimbo Kaluang tetap disebutkan dalam latar belakang penulisan atau pendahuluan pada buku yang akan ditulis tersebut.
"Saya hanya menyarankan batasan penulisan agar tidak melebar. Batasannya tentu dengan tujuan tim ini dibentuk. Sejarah sebelum itu tetap disebut, tetapi pada pengantar saja," pungkasnya. (by)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »