Tak Ingin Lupakan Sejarah, Diorama Lahirnya Kota Padang Akan Dibangun

Tak Ingin Lupakan Sejarah, Diorama Lahirnya Kota Padang Akan Dibangun
Walikota Padang Mahyeldi Salam Kompak
Dengan Wawako Emzalmi Zaini. 
BENTENGSUMBAR.COM – Masih banyak diantara warga Kota Padang yang belum tahu, kenapa tanggal 7 Agustus ditetapkan sebagai hari jadi Kota Padang. Kebanyakan hanya sebatas mengikuti runitas seremonial peringatan hari jadi kota yang secara resmi diperingati dengan menggelar Rapat Paripurna DPRD Kota Padang dengan agenda tunggal Peringatan Hari Jadi Kota Padang yang tahun ini jatuh pada hari Minggu, 7 Agustus 2016.

"7 Agustus itu merupakan hari bersejarah bagi Kota Padang, dimana pada 7 Agustus 1669 rakyat Pauh Si Ampek Baleh (Pauh-Kuranji, red) dan Koto Tangah melakukan penyerangan terhadap loji VOC yang terletak di depan Mesjid Takwa Muhammadiyah sekarang itu," ungkap Marzuki Onmar, tokoh masyarakat Kota Padang yang baru-baru ini didaulat sebagai Ketua Tim Penelusuran Sejarah Harimau Kuranji, Selasa malam, 2 Agustus 2016.

Bung Karno, Proklamator RI pernah berkata, “Jangan sesekali melupakan sejarah, bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak pernah melupakan sejarah”. Agaknya pesan yang disampaikan presiden pertama Indonesia ini selalu terpatri dalam benak Walikota Padang.

Ini buktikan dengan rencana Pemerintah Kota Padang yang akan membangun diorama (miniatur tiga dimensi) yang menggambarkan sejarah lahirnya Kota Padang. Hal itu diungkapkan Walikota Padang Mahyeldi Ansharulla pada pembukaan kegiatan Festival Kuliner Nusantara Soto, Sate dan Rendang, bertempat di Pantai Padang, Rabu pagi, 3 Agustus 2016. 

“Kami bertekad untuk membangun itu sehingga nantinya Padang menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan bagi seluruh warga dan wisatawan,” ujarnya, didampingi Wakil Walikota Emzalmi Zaini.

Walikota Padang H. Mahyeldi Dt Marajo menyebut, diorama tersebut direncanakan dibangun di kaki Gunung Padang. Diorama itu menggambarkan penyerangan loji atau benteng kompeni Belanda oleh masyarakat Padang pada tahun 1669.

Mahyeldi mengakui bahwa beberapa waktu lalu seorang pemahat atau pematung mendatanginya dan membuat konsep tentang penyerangan loji Belanda tersebut. Konsep ini akhirnya disetujui dengan dibangunnya diorama di kaki Gunung Padang.

“Nanti panjang diorama itu sekitar 400 sampai 500 meter, sehingga akan menambah lengkap objek wisata kita,” ujar walikota.

Pemko Padang untuk ke depan memang berencana merancang objek wisata historis yang ada di Padang. Seperti Linggar Jati, Taman Dipo dan sebagainya.

“Kita akan lengkapi ini sekaligus menjadi bahagian pembelajaran sejarah,” pungkas Mahyeldi.

Sejarah mencatat, orang Pauh dianggap sebagai orang-orang pemberani dan ditakuti. Rusli Amran menulis tentang Pauh, Kota Pahlawan dalam bukunya "Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang" yang diterbitkan oleh Sinar Harapan pada tahun 1981. Dalam buku itu dia mengutip tulisan De Steurs dalam buku De vestiging en uitbreiding der Nederlanders ter Sumatra's Westkust atau Pendudukan dan Perluasan Orang-orang Belanda di Sumatera Barat (1849).

De Steurs mengakui, kontrak-kontrak dagang yang dipaksakan dan larangan membikin garam sangat menjengkelkan rakyat. Hal ini menimbulkan pemberontakan-pemberontakan dan balas dendam.

Menurut Van Bazel, antara 1665 dan 1740 tidak kurang dari 20 kali memberontak terhadap kekuasaan VOC. Pauh memang luar biasa. Hanya merupakan daerah kecil lebih kurang 6 kilometer dari timur Kota Padang dengan sedikit penduduk.

Walau perlawanan rakyat Pauh Si Ampek Baleh dan Koto Tangah tersebut berhasil diredam VOC pada 7 Agustus 1669, namun rakyat Pauh Si Ampek Baleh tidak pernah menyatakan ketundukaannya kepada penjajah. Peristiwa ini dikemudian hari diabadikan sebagai tahun lahir kota Padang. (by/mursalim)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »