Kematangan dan Ketidakmatangan Dalam Berfikir

Evi Yandri Bersama Istri Tercinta.  

BAGI kebanyakan orang, kematangan berfikir dan emosional ditandai dengan kedewasaan yang diindikasikan dengan keberanian memasuki jenjang perkawinan, punya penghasilan sendiri dan lepas dari bimbingan orang tua.

Namun, dalam situasi tertentu yang memiliki resiko dan kondisi kritis, kadang kala kita lihat respon individu sering menunjukkan ketidakdewasaan.

Seorang atasan bisa saja mengecilkan harga diri bawahannya, sehingga dinilai oleh individu lain ia seorang atasan yang tidak bijaksana. Seorang profesional pun bisa saja tidak mengakui kesalahan yang diperbuat, bahkan menuding orang lain untuk bertanggungjawab.

Ada juga yang demi pembenaran pendapatnya sengaja mencari cari kesalahan walau sudah terang benderang kalau itu tidak benar. Bila kita bahas lebih dalam, tidak bijaksananya individu, karena belum mencapai tingkat kematangan yang diharapkan, baik oleh lingkungan maupun diri sendiri.

Kenyataannya memang kematangan tidak diturunkan atau diwarisi, bukan pula bawaan sejak lahir, tetapi benar-benar dipelajari dan dilatih. Selain itu kematangan dan ketidak matangan juga bisa terkikis dan menular.

Seorang ahli psikologi pernah menulis, kematangan dan ketidakmatangan bisa menjadi ciri sekelompok orang. Misalnya ada kelompok orang yang sangat fanatik terhadap hal-hal tertentu, sehingga memiliki keyakinan keyakinan yang tidak objektif dan bahkan norma-norma yang mereka anggap baik, tidak sesuai dengangn norma masyarakat kebanyakan.

Bahkan bangsa tertentu menentukan arah politiknya secara tidak matang, sehingga menyebabkan kesengsaraan jutaan orang.

Semoga kita diberikan kemampuan dan kematangan dalam berfikir....

Ditulis Oleh:
Evi Yandri Rajo Budiman
Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari Pauh IX Kuranji

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News