BENTENGSUMBAR.COM - Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bertemu dengan Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (NU) Jakarta Barat dalam acara peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dan Istigasah Islam Nusantara di Kalideres, Jakarta Barat, Senin, 3 April 2017. Djarot ditemani Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Partai Golkar Wilayah I (Jawa dan Sumatera), yang juga tokoh muda NU, Nusron Wahid.
Ribuan warga NU Jakarta Barat yang hadir pada acara itu mengenakan pakaian Muslim dan memadati lokasi acara yang dimulai dengan pembacaan tahlil. Hadir juga sejumlah tokoh dan ulama NU Jakarta Barat, di antaranya KH Muchtar Ghozali (Cengkareng) KH Amin Kadaung (Tegal Alur), KH Salwan (Kapuk), Kyai Sirodj Ronggalawe, Kyai Endang Ahmad Syah, KH Muhammad Ali, dan KH Mahfud.
Dalam sambutan seusai pembacaan tahlil, Nusron mengatakan, silaturahmi yang dilakukan dalam kegiatan itu bukan untuk provokasi, Acara itu digelar untuk menyampaikan apa yang perlu diketahui oleh warga nahdliyin bahwa pasangan calon yang paling berpihak kepada mereka adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot).
"Kalau ada orang NU, untuk apa memilih yang lain dalam putaran kedua Pilgub DKI Jakarta nanti. Pak Djarot ini orang Jawa Timur yang NU tulen, maka kita pilih pasangan nomor urut dua," ujar Nusron.
Dikatakan, kalau Ahok-Djarot menang dalam Pilgub DKI, dipastikan nanti sekolah dan madrasah NU yang saat ini kondisinya kurang baik akan dibantu. Kemudian, mereka yang saat ini belum mendapatkan beasiswa juga akan diberikan pada kepemimpinan Ahok-Djarot.
Keberpihakan Ahok-Djarot terhadap kaum nahdliyin dan umat Muslim secara umum juga bisa dilihat dalam berbagai kebijakannya. "Oleh Pak Djarot, yang orang NU, makam ulama dilestarikan. Makam Mbah Priok sudah dijadikan cagar budaya religius. Makam para ulama di Betawi juga semua dilestarikan dan kalau ziarah lebih nyaman," kata Nusron.
Dia juga mengingatkan bahwa Ahok-Djarot mempunyai program Kartu Jakarta Pintar (KJP) Santri. Dengan KJP Santri, anak orang Jakarta meski menjadi santri di luar Jakarta, seperti Jombang, Kudus, Situbondo, Sukabumi, dan Banten akan mendapat KJP Santri.
"Ini supaya tradisi ta'alim (pembelajaran) tidak berhenti. Di dalam Islam, tidak semua harus berperang dan mencari nafkah. Harus ada satu golongan yang tafakkur fiddin agar nanti kalau pulang dari mondok bisa merawat umat. Mereka inilah santri-santri yang kini diperhatikan Pak Djarot," kata Nusron.
Sementara, Djarot dalam sambutannya mengatakan, sebenarnya Pemda DKI Jakarta sudah menjalankan KJP Santri, khusus bagi warga Jakarta yang menjadi santri di luar Jakarta. Warga yang tidak mampu atau membutuhkan biaya maka bisa mendapatkan KJP Santri.
"Sekarang sedang kami data pondok pesantren mana saja yang menerina santri dari Jakarta. Sehingga, kami mempunyai hubungan dan kaitan dengan pondok pesantren yang bersangkutan. Ini perlu disampaikan, karena kami ingin santri belajar di pesatren yang mengajarkan Islam rahmatan lil alamin. Kami tak mau belajarnya di tempat yang mengajarkan Islam garis keras, mengajarkan Islam wahabi, fundamentalis, ISIS, dan yang sejenisnya," kata Djarot.
"Ini bukan diskriminasi, tetapi karena kami ingin di Indonesia ini Islam yang menyatu dan Bhinneka Tunggal Ika," tambahnya. Djarot juga menegaskan, garis perjuangan yang dibangunnya sejak dulu adalah di jalan NU. Yakni, Islam yang Pancasilais, karena Indonesia adalah negara Pancasila.
"Jalan merawat Bhinneka Tunggal Ika untuk menciptakan dan merawat NKRI berdasarkan UUD 1945. Meski banyak tantangan, tetapi saya yakin ini jalan kebenaran yang membawa faedah bagi bangsa Indonesia," katanya.
Ketua Panitia Ustaz Haji Agus Salim mengatakan, tradisi NU adalah membaca salawat dan memperingati Maulid Nabi, Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, dan lain-lain. "Kalau tidak salawat dan tidak maulidan, bukan NU namanya. NU itu mengedepankan Islam rahmatan lil alamin. Islam yang toleran dan tidak membawa kekerasan," katanya. (malin/beritasatu.com)
Ribuan warga NU Jakarta Barat yang hadir pada acara itu mengenakan pakaian Muslim dan memadati lokasi acara yang dimulai dengan pembacaan tahlil. Hadir juga sejumlah tokoh dan ulama NU Jakarta Barat, di antaranya KH Muchtar Ghozali (Cengkareng) KH Amin Kadaung (Tegal Alur), KH Salwan (Kapuk), Kyai Sirodj Ronggalawe, Kyai Endang Ahmad Syah, KH Muhammad Ali, dan KH Mahfud.
Dalam sambutan seusai pembacaan tahlil, Nusron mengatakan, silaturahmi yang dilakukan dalam kegiatan itu bukan untuk provokasi, Acara itu digelar untuk menyampaikan apa yang perlu diketahui oleh warga nahdliyin bahwa pasangan calon yang paling berpihak kepada mereka adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat (Ahok-Djarot).
"Kalau ada orang NU, untuk apa memilih yang lain dalam putaran kedua Pilgub DKI Jakarta nanti. Pak Djarot ini orang Jawa Timur yang NU tulen, maka kita pilih pasangan nomor urut dua," ujar Nusron.
Dikatakan, kalau Ahok-Djarot menang dalam Pilgub DKI, dipastikan nanti sekolah dan madrasah NU yang saat ini kondisinya kurang baik akan dibantu. Kemudian, mereka yang saat ini belum mendapatkan beasiswa juga akan diberikan pada kepemimpinan Ahok-Djarot.
Keberpihakan Ahok-Djarot terhadap kaum nahdliyin dan umat Muslim secara umum juga bisa dilihat dalam berbagai kebijakannya. "Oleh Pak Djarot, yang orang NU, makam ulama dilestarikan. Makam Mbah Priok sudah dijadikan cagar budaya religius. Makam para ulama di Betawi juga semua dilestarikan dan kalau ziarah lebih nyaman," kata Nusron.
Dia juga mengingatkan bahwa Ahok-Djarot mempunyai program Kartu Jakarta Pintar (KJP) Santri. Dengan KJP Santri, anak orang Jakarta meski menjadi santri di luar Jakarta, seperti Jombang, Kudus, Situbondo, Sukabumi, dan Banten akan mendapat KJP Santri.
"Ini supaya tradisi ta'alim (pembelajaran) tidak berhenti. Di dalam Islam, tidak semua harus berperang dan mencari nafkah. Harus ada satu golongan yang tafakkur fiddin agar nanti kalau pulang dari mondok bisa merawat umat. Mereka inilah santri-santri yang kini diperhatikan Pak Djarot," kata Nusron.
Sementara, Djarot dalam sambutannya mengatakan, sebenarnya Pemda DKI Jakarta sudah menjalankan KJP Santri, khusus bagi warga Jakarta yang menjadi santri di luar Jakarta. Warga yang tidak mampu atau membutuhkan biaya maka bisa mendapatkan KJP Santri.
"Sekarang sedang kami data pondok pesantren mana saja yang menerina santri dari Jakarta. Sehingga, kami mempunyai hubungan dan kaitan dengan pondok pesantren yang bersangkutan. Ini perlu disampaikan, karena kami ingin santri belajar di pesatren yang mengajarkan Islam rahmatan lil alamin. Kami tak mau belajarnya di tempat yang mengajarkan Islam garis keras, mengajarkan Islam wahabi, fundamentalis, ISIS, dan yang sejenisnya," kata Djarot.
"Ini bukan diskriminasi, tetapi karena kami ingin di Indonesia ini Islam yang menyatu dan Bhinneka Tunggal Ika," tambahnya. Djarot juga menegaskan, garis perjuangan yang dibangunnya sejak dulu adalah di jalan NU. Yakni, Islam yang Pancasilais, karena Indonesia adalah negara Pancasila.
"Jalan merawat Bhinneka Tunggal Ika untuk menciptakan dan merawat NKRI berdasarkan UUD 1945. Meski banyak tantangan, tetapi saya yakin ini jalan kebenaran yang membawa faedah bagi bangsa Indonesia," katanya.
Ketua Panitia Ustaz Haji Agus Salim mengatakan, tradisi NU adalah membaca salawat dan memperingati Maulid Nabi, Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, dan lain-lain. "Kalau tidak salawat dan tidak maulidan, bukan NU namanya. NU itu mengedepankan Islam rahmatan lil alamin. Islam yang toleran dan tidak membawa kekerasan," katanya. (malin/beritasatu.com)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »