Penelitian Menyatakan Remaja Lebih Mudah Depresi Saat Pandemi, Puan Maharani: Jangan Kebanyakan Galau!

BENTENGSUMBAR.COM - Dalam memperingati Hari Remaja Internasional, Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan bahwa masa remaja jangan sampai depresi dan terlalu cemas.

“Mereka (Remaja) harus bisa membuat sebuah inovasi dalam kehidupan. Banyak kok, remaja saat ini di masa pandemi malah membuat prestasi,” tutur Puan.

Lebih lanjut, Puan mengatakan beberapa remaja Indonesia turut membantu penanganan Covid-19 di wilayahnya masing-masing. Mereka merupakan remaja panutan yang bisa menginspirasi semua remaja di Tanah Air.

“Saya melihat, banyak remaja Indonesia turut membantu penanganan Covid-19. Mulai dari penyediaan oksigen sampai membantu pasien Covid-19 yang sedang isoman. Saya bangga,” Jelas Puan.

Puan juga mengatakan masa remaja jangan dihabiskan untuk hal yang tidak berguna. Lebih baik membuat sebuah inovasi yang mampu membantu bangsa.

“Saya berharap remaja sekarang jangan kebanyakan galau. Buatlah sebuah karya selama masa pandemi. Karya yang positif bisa melahirkan jiwa yang positif,” tutur Puan.

Pernyataan Puan bukan tanpa penjelasan. Hal itu diungkapkan oleh lmuwan perilaku dan sosial Islandia dan Amerika Utara. Mereka mengemukakan bahwa remaja (13 -18 tahun) mengalami masalah kesehatan mental selama pandemi.

Penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 59.000 remaja Islandia. Temuan telah diterbitkan dalam jurnal The Lancet Psychiatry. Tak hanya itu, studi ini menemukan bahwa hasil kesehatan mental yang negatif dilaporkan secara tidak proporsional oleh anak perempuan dan remaja yang lebih tua (13-18 tahun) dibandingkan dengan teman sebaya mereka sebelum pandemi.

Pada saat yang sama, terungkap penurunan merokok, penggunaan rokok elektrik dan keracunan alkohol di kalangan remaja berusia 15-18 tahun selama pandemi.

"Penurunan yang diamati dalam penggunaan narkoba selama pandemi mungkin merupakan manfaat yang tidak diinginkan dari isolasi yang dialami begitu banyak remaja selama karantina," kata peneliti senior John Allegrante, seorang profesor berafiliasi dengan ilmu sosiomedis di Columbia University Mailman School of Public Health.

Sementara itu menurut Inga Dora Sigfusdottir seorang profesor Universitas Reykjavik mengatakan bahwa penelitian ini berbeda dalam metodologi dari penelitian sebelumnya karena melacak populasi berbasis prevalensi hasil kesehatan mental dan penggunaan zat selama beberapa tahun untuk lebih memahami potensi efek Covid-19.

Menurut Inga, implikasi dari studi baru ini adalah bahwa intervensi yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif pandemi pada kesehatan mental remaja dapat membantu meningkatkan kesehatan mental.

Untuk remaja Indonesia, selain berpengaruh pada kondisi fisik, pandemi covid-19 juga berdampak pada psikologis. Berbagai kondisi kejiwaan kerap muncul dan semakin parah akibat pandemi ini.

Diketahui, pandemi covid-19 dengan tingkat penularan yang cepat membuat semua aturan dilakukan di semua negara, demi memutus mata rantai virus. Dari hal penanganan, hingga upaya-upaya pencegahannya dengan sejumlah pembatasan kegiatan masyarakat. Seperti PSBB kala itu hingga PPKM Darurat berbagai level saat ini.

Kebijakan seperti pembatasan kerumunan, pekerjaan, dan lainnya ternyata berdampak serius terhadap kejiwaan. Lebih memprihatinkan lagi tekanan psikologis, seperti kecemasan, kesepian, hingga perasaan bunuh diri banyak dialami masyarakat di kelompok usia muda.

Menurut studi penelitian di University Toronto Kanada, menyebut saat pandemi covid-19 kasus depresi psikologis meningkat, hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan masa sebelum pandemi. Usia di bawah 24 tahun merupakan usia yang paling rentan mengalaminya.

Sementara di dalam negeri, distres psikologis selama pandemi covid-19 juga diteliti sejumlah akademisi. Pendampingan serius dilakukan bagi kelompok-kelompok usia rentan ini, agar dampak buruk pandemi tidak semakin melebar.

Staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Yarsi, Ratih Arrum Listiyandini dan staf Pengajar Fakultas Psikologi Universitas Negeri Sunan Gunung Jati, Bandung Ario Bima Fathoni, juga meneliti mengenai kebersyukuran, kesepian, dan distres psikologis pada mahasiswa di masa pandemi covid-19.

Penelitian dilakukan pada Mei 2020 ke 306 mahasiswa di Jabodetabek dan Bandung. Dari penelitian itu ditemukan bahwa, lebih dari 20% mahasiswa mengalami peningkatan terhadap gejala depresi, kecemasan, dan juga stres, serta mengalami kesepian.

Kalangan remaja menuju usia dewasa muda menjadi paling rentan terkena masalah psikologis seperti depresi, kecemasan, stres hingga kesepian.

Pasalnya, kelompok di usia dewasa muda masih memiliki tugas membentuk sebuah kedekatan atau intimasi dengan orang lain.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »