Pakar Sorot Tata Kelola Vaksin dan Herd Immunity di Indonesia dan ASEAN, Ini Kata Mereka

BENTENGSUMBAR.COM - Pandemi Covid-19 secara global saat ini ada di gelombang ke-3 dunia. Demikian disampaikan dr. Dicky Budiman, M.Sd. PH., Ph.D (cand.) praktisi dan peneliti Center for Environment and Population Health, Griffith University, Australia.

“Saat ini kita masih diatas, meskipun ada tren menurun tapi belum jelas tren-nya akan seperti apa. Belum benar-benar mengarah ke terkendali," katanya pada webinar yang diselenggarakan Universitas Paramadina dan Center IDS bertajuk “Tata Kelola Vaksin dan Herd Immunity di Indonesia dan ASEAN”, Rabu, 13 Oktober 2021.

Terkait kapan berakhirnya pandemi, Dicky menyatakan bahwa saat ini ada 2 skenario, skenario baik di akhir 2022 pandemi ini berakhir atau skenario buruk akhir 2025 baru berakhir. 

Dicky mengungkap bahwa nanti ada 3 kategori, terkendali, endemi atau epidemi. “Endemi bukan berarti tidak berbahaya, yang membedakan tresholdnya saja. Seperti misalnya demam berdarah, kalau treshold terlewati ini bisa jadi wabah besar. Ini yang perlu kita hindari.”

Dicky mengingatkan akan adanya efek long covid. “Bisa diperkirakan secara ekonomi akan ada beban 5-10 tahun ke depan. Selesai pandemi Covid akan ada dampak ikutan panjang bisa 10-20 tahun ke depan.”

Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah potensi ledakan “Meskipun ada yang memiliki imunitas, tapi level indonesia ini dalam transimisinya di penularan komunitas di level 4 WHO. Itu yang terburuk, artinya kita tidak dapat mendeteksi sebagian besar kasus infeksi,” katanya.

Hendrik Therik Assistant Protection Officer (Acting) UNHCR Indonesia menyatakan bahwa saat ini di Indonesia ada 13.743 pengungsi yang tersebar di beberapa  wilayah.

“Pengungsi diberikan oleh pemerintah fasilitas yang sama dengan WNI ketika terkena Covid-19, namun sejak 20 April hanya beberapa faskes saja yang melayani pengungsi untuk dirawat secara gratis," ujarnya.

Praktik baik inklusi pengungi dalam vaksinasi Covid-19 bersama pemerintah daerah telah dilakukan di beberapa daerah. 

“Contohnya di Aceh Timur pada awal Juni, saat kedatangan pengunsi Rohingnya, sehari kemudian pemerintah Aceh Timur memberikan vaksinasi. Daerah lainnya juga dilakukan vaksinasi di Pekanbaru, Kupang, dan di Jakarta. Selain itu juga dari PBB sendiri dan CSR dari lembaga lainnya," terangnya.  

Jika sebelumnya belum ada peraturan yang jelas, maka pada tanggal 21 September 2021 keputusan menteri kesehatan telah direvisi sehingga sudah ada pedoman resmi untuk para pemerintah daerah yang ingin melakukan vaksinasi di daerah. 

“Saat ini sudah ada 3000 orang pengungsi yang telah menerima vaksinasi dosis 1 dari 10 ribu orang yang memenuhi kriteria," ungkapnya.

Hendrik berharap vaksinasi dapat menjangkau lebih luas untuk para pengungsi. “Semoga semakin banyak pengungsi yang dapat divaksin karena mereka hidup berdampingan bersama kita, sehingga mereka juga perlu diperhatikan karena tidak semua orang aman sebelum semua orang divaksinasi, termasuk juga pengungsi," katanya. 

Dr. Tatok Djoko Sudiarto, Ketua Prodi Hubungan Internasional Universitas Paramadina mempertanyakan peran ASEAN yang terkesan diam menghadapi Pandemi Covid-19.

“Kenapa saat pandemi ini ASEAN menjadi diam, apakah sifat dari covid ini yang membuat ASEAN diam sehingga setiap daerah dibiarkan untuk membuat kebijakan di daerah nya masing-masing?” katanya.

Tatok mengingatkan pentingnya kerja bersama di regional ASEAN ini yang benefitnya sangat banyak baik dari sisi cooperation, capacity dan community.

Ia juga mengungkap bahwa menurut IMF ada kerugian 9 triliun dolar dari krisis pandemi, bukan hanya kehilangan barang tapi juga jiwa.

“Dalam hal pengadaan vaksin, terjadi ketidakseimbangan kesehatan global dalam hal pengeluaran, riset infrastruktur  dan inovasi. 5 negara besar dunia penduduknya hanya 9% populasi itu spendingnya 60% dari global spending," ujarnya.  

“Constraint dalam pengembangan vaksin ada permasalahan intellectual property (IP) regimes tadi disebut terkait global conspiration," kata Tatok.

Laporan: Arief Tito

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »