Semua Pihak Wajib Waspada, Gelombang Ketiga Covid-19 Bisa Terjadi Dalam Waktu Dekat!

BENTENGSUMBAR.COM - Kasus Covid-19 di Indonesia memang mulai terkendali. Hal ini dilihat dari Positivity rate nasional yang sudah di bawah 5%. Meski demikian, banyak kalangan menilai pemerintah dan masyarakat tidak boleh berpuas diri. Kemungkinan gelombang ketiga sangat mungkin terjadi.

Menurut Tri Yunis Miko Wahyono, ahli  epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, kemungkinan tersebut bisa terjadi salah satunya didorong mobilitas masyarakat yang kembali meningkat. Padahal, saat ini cakupan vaksinasi masih di bawah 50%.

“Gelombang adalah peak atau puncak, kalau menurut saya gelombang yang terjadi di Indonesia adalah puncak bukan wabah, jadi dari pertama sampai sekarang ya wabahnya belum selesai-selesai," kata Miko kepada awak media belum lama ini.

Pada gelombang ketiga, dia memprediksi terjadi selambatnya Maret 2021, dengan jumlah kasus di bawah 20.000. Hal ini berbeda dengan gelombang Covid-19 pada Desember 2020 dan Juli 2021 yang masing-masing mencapai 40.000 hingga 50.000 kasus.

“Jadi sekarang akan menuju puncak lagi, yaitu puncak ketiga kalau, kemudian gelombang ini, atau puncak ketiga ini, akan menimbulkan puncak yang lebih kecil dari Juni 2021, dan mungkin lebih kecil dari Desember 2020, kasus hariannya tidak akan menyentuh 20 ribu,” papar Miko.

Dia juga menyebut, efek dari antibodi pasca vaksinasi dan pasca terinfeksi Covid-19 menjadi penyebabnya. Kedua faktor ini membantu menurunkan laju penularan kasus Corona.

“Cuma menurut saya menurunnya di angka berapa itu yang menjadi tanda tanya begitu, karena testing tracing belum maksimal. Jangan dimaknai ini terkendali, tapi kalau menurun saya setuju,” tuturnya.

Pengendalian sistematis

Sementara itu, ahli epidemiologi dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Dr Masdalina Pane, menilai bahwa potensi lonjakan kasus Covid-19 tak bisa dipicu oleh mobilitas masyarakat saja.

Tanpa peningkatan mobilitas pun, lanjut dia, potensi lonjakan kasus tetap ada selama kasus masih ditemukan. Belum lagi masih ada Unusual Epidemic Event (UEE) yang kerap terjadi, contoh saja varian Delta.

"Epidemiolog juga melakukan prediksi, tapi bukan untuk memprediksi kenaikan dan penurunan jumlah kasus, tapi untuk membuat strategi pengendalian yang efektif dan efisien. Terutama merencanakan logistik dan pelayanan kesehatan jika terjadi peningkatan," papar Pane, Senin (20/9/2021).

Menurutnya, sepanjang pengendalian dilakukan secara sistematis, semestinya ekonomi, pendidikan dan kehidupan sosial tidak akan terpengaruh. Yang jadi persoalan, analisis tersebut bisa mewarnai kebijakan, tetapi tidak mampu memprediksi Unusual Epidemic Event.

Pane mencontohkan, lonjakan kasus Covid-19 yang sempat terjadi mulai Juli 2021 terjadi dalam kondisi larangan mudik sudah diterapkan. Hal tersebut membuktikan, meskipun mobilitas turun, peningkatan eksponensial tetap terjadi akibat varian Delta.

"Lebih baik pemerintah mempersiapkan semua infrastruktur, agar jangan sampai pasien susah dapat tempat tidur, jangan sampai oksigen tidak tersedia, obat-obatan hilang dari pasaran, test susah, vaksin susah. Enggak boleh itu terjadi,” ujar Pane.

Tetap waspada

Hal senada diungkapkan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Dia berkali-kali mengingatkan semua pihak untuk tidak berpuas diri. Menurutnya, selama ada penularan meski dalam jumlah kecil, potensi lonjakan masih bisa terjadi.

“Bekalangan ini sudah di bawah 1 persen, tapi selama masih ada kasus baru per harinya, Covid-19 masih bisa mungkin melonjak kalau kita lengah. Jadi kita harus terus waspadai. Jangan cepat berpuas diri,” kata Puan.

Eks Menko PMK ini juga meminta pengawasan terhadap penerapan PPKM di sejumlah daerah terus diperketat, sesuai dengan aturan masing-masing level, termasuk aturan masuk mal, transportasi publik, tempat wisata, dan lainnya.

Puan juga kembali mengingatkan potensi mobilitas orang yang tinggi saat masa libur akhir tahun, yang bisa memicu lonjakan kasus. Terlebih sejumlah daerah tujuan wisata sudah dibuka bagi wisatawan mancanegara.

“Intinya mobilitas masyarakat maupun orang asing harus menaati aturan dan prosedur yang berlaku, jika tidak ingin kasus kembali melonjak saat libur Lebaran lalu,” kata Puan.

Tak hanya itu, alumni FISIP UI ini juga mengingatkan, seluruh pihak, baik pemerintah maupun masyarakat semakin gencar menerapkan 3 pilar pengendalian Covid-19 yakni penerapan protokol kesehatan 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan) percepatan vaksinasi serta penguatan testing, tracing, treatment (3T) di lapangan.

“Mari bersama-sama mendisiplinkan diri kita untuk taat prokes dan ikut serta mengajak orang di sekitar kita untuk vaksinasi,” ujar mantan Politikus PDI Perjuangan ini.

Dia mengatakan, jika Covid-19 bisa semakin terkendali berkat kerja keras dan gotong royong seluruh elemen bangsa, maka Indonesia bisa cepat pulih dari pandemi, sehingga aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat bisa kembali normal.

"Jika kita disiplin, tahun depan bisa jadi momentum kebangkitan bangsa Indonesia dari hantaman Covid-19,” ucap perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR ini.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »