Jadi Buronan Polisi Gegara Cabuli Santri, Anak Pemilik Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Ternyata Sahabat Mantan Personel Slank, Foto Tampangnya Disebarkan

BENTENGSUMBAR.COM - Anak pemilik Ponpes Shiddiqiyyah Jombang, KH Muhammad Mukhtar Mukthi, Muchammad Subchi Azal Tzani alias MSAT alias Bechi menjadi buronan polisi gegara kasus pencabulan santriwati. 

Kasus pria yang masuk DPO polisi ini sudah bergulir beberapa tahun, namun tersangka masih bisa menghirup udara bebas.

MSAT tercatat sebagai warga Desa Losari, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. 

Dalam kesehariannya, pria berusia 42 tahun ini menjadi pengurus Ponpes Shiddiqiyyah milik ayahnya. Sebagai anak kiai, ia cukup disegani para pengikut sang ayah.

Pemilik Ponpes Shiddiqiyyah Jombang, KH Muhammad Mukhtar Mukthi terus melindungi anaknya yang sudah jadi buronan polisi gegara mencabuli santri. Polisi sudah berkali-kali menjemput paksa tersangka kasus pencabulan ini.

Ternyata anak pemilik Ponpes Shiddiqiyyah Jombang ini bersahabat dengan mantan anggota Slank, Indra Q atau Indra Qadarsih.

Jadi Buronan Polisi Gegara Cabuli Santri, Anak Pemilik Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Ternyata Sahabat Mantan Personel Slank, Foto Tampangnya Disebarkan

Pada Minggu (3/7/2022) malam upaya penangkapan MSAT berujung gagal. Saat akan menangkap buronan kasus pencabulan santri ini, tim gabungan Resmob Polda Jatim dan Satreskrim Polres Jombang menyergap iring-iringan 13 mobil pada Minggu sekitar pukul 13.00 WIB.

Aksi kejar-kejaran polisi dan rombongan MSAT ini bak film koboi. Polisi berhasil menghentikan 11 mobil.

Namun, mereka tidak berhasil menemukan MSAT. DPO kasus pencabulan santriwati itu diduga berada di salah satu dari 2 mobil yang lolos dari penyergapan. Salah satu mobil yang dihentikan polisi sempat melakukan perlawanan.

Bukan cuma itu, polisi juga menyita air gun dalam penyergapan MSAT (42). Hingga kini belum diketahui siapa pemiliknya. 

Jadi Buronan Polisi Gegara Cabuli Santri, Anak Pemilik Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Ternyata Sahabat Mantan Personel Slank, Foto Tampangnya Disebarkan

Air gun beserta amunisinya masih diamankan di Polda Jatim.

"Air gun masih diamankan untuk nanti diklarifikasi itu milik siapa, penggunanya apa, sementara seperti itu," kata Nurhidayat.

Nurhidayat menjelaskan, senjata air gun itu ditemukan tim gabungan Resmob Polda Jatim dan Satreskrim Polres Jombang di dalam mobil Isuzu Panther yang dikemudikan pria berinisial D. 

Mobil ini dipakai D melakukan perlawanan dengan memepet dan hendak menabrak anggota Resmob Polda Jatim yang melakukan pengejaran menggunakan sepeda motor.

Upaya penangkapan MSAT terus berujung lantaran tersangka mendapatkan perlindungan penuh dari ayahnya, pemilik Ponpes Shiddiqiyyah, KH Muhammad Mukhtar Mukthi.

Menurut Kiai Mukhtar, aksi pencabulan yang dilakukan anaknya pada santriwati adalah fitnah.

Jadi Buronan Polisi Gegara Cabuli Santri, Anak Pemilik Ponpes Shiddiqiyyah Jombang Ternyata Sahabat Mantan Personel Slank, Foto Tampangnya Disebarkan

Atas dasar alasan itu, Kiai Mukhtar meminta Kapolres Jombang AKBP Nurhidayat tidak menangkap putranya yang menjadi DPO kasus pencabulan.

Video permintaan Kiai Mukhtar ini pun viral di aplikasi perpesanan. Video direkam saat proses negosiasi saat polisi hendak menangkap MSAT.

Bukan cuma itu, Kiai Mukhtar juga meminta polisi menyetop kasus ini. Dalam video tersebut, terlihat sang kiai bersama Kapolres Jombang AKBP Nurhidayat sedang berada di sebuah majelis. Di sana, terlihat ada ratusan jemaah.

Sementara Kiai Mukhtar berada di depan majelis bersama kapolres tersebut. Di video berdurasi 1 menit 55 detik itu, sang kiai memberikan nasihat agar polisi tidak lagi melanjutkan kasus ini.

"Untuk keselamatan kita bersama, untuk kejayaan Indonesia Raya, masalah fitnah ini masalah keluarga. Untuk itu, kembali lah ke tempat masing-masing, jangan memaksakan diri mengambil anak saya yang kena fitnah ini," kata Kiai Mukhtar dalam video, Senin (4/7/2022). 

"Semuanya itu adalah fitnah. Allahu Akbar, cukup itu saja!," imbuh Kiai Mukhtar.

Sementara itu, Kapolres Jombang AKBP Nurhidayat terlihat menganggukkan kepala sembari mendengarkan dawuh sang kiai.

Sontak, ratusan jemaah langsung mengucapkan takbir. Mereka meneriakkan takbir berkali-kali.

Kapolres Jombang AKBP Moh Nurhidayat menyebut, video yang beredar merupakan momen dirinya bernegosiasi dengan Kiai Mukhtar pada Minggu (3/7) sekitar pukul 21.15 WIB.

Saat itu, dia yang masuk seorang diri memakai kopiah dan berseragam lengkap. Ia ditemui Kiai Mukhtar dan ratusan jemaah Shiddiqiyyah.

Lokasi negosiasi di kediaman Pengasuh Ponpes Shiddiqiyyah yang biasa dipakai Kiai Mukhtar menyampaikan tausiyah kepada para jemaahnya. 

Yaitu di Ponpes Majma'al Bachroin Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, Desa Losari, Ploso, Jombang.

Nurhidayat mengakui, ia tak ingin berdebat banyak saat Kiai Mukhtar sedang berbicara. 

Hal ini dilakukan karena situasinya tengah rawan. Ia tengah dihadapkan dengan ratusan jemaah yang mudah diprovokasi.

"Saya pikir negosiasi di ruangan khusus, ternyata saya dihadapkan ke jemaah yang mudah diprovokasi. Sangat rawan sekali, makanya saya tidak berdebat lama," kata Nurhidayat kepada detikJatim, Senin (4/7/2022).

"Kalau di ruangan khusus, saya bisa menyampaikan panjang lebar. Makanya di dalam video itu saya hanya menyampaikan satu pesan kepada Mbah Yai (Kiai Mukhtar) secara beretika," imbuhnya.

Pada momen tersebut, Nurhidayat ditunjuk menjadi negosiator. Upaya penangkapan MSAT yang disinyalir berada di Ponpes Shiddiqiyyah ini dipimpin langsung Dirreskrimum Polda Jatim.

Meski begitu, upaya penangkapan DPO MSAT dilakukan melalui jalur negosiasi untuk mencegah terjadinya perlawanan dari massa pondok yang bisa memicu korban jiwa. Baik dari pihak kepolisian maupun jemaah Shiddiqiyyah.

"Kemarin malam saya masuk sendirian tanpa pengawalan sebagai negosiator untuk mencegah stigma polisi anti pondok. Dengan masuknya saya menjadi negosiator harapan kami ingin menunjukkan kalau kami baik-baik saja dengan pondok, dengan pondok lo ya, bukan dengan MSAT," jelasnya.

Sayangnya, negosiasi menemui jalan buntu. Kiai Mukhtar menolak permintaan polisi untuk menyerahkan anaknya, MSAT. 

Karena ia menilai putranya menjadi korban fitnah dalam kasus pencabulan santriwati tersebut. Ia meminta polisi tidak memaksakan diri menangkap anaknya.

Kali ini, polisi memilih mengalah. Mereka meninggalkan Ponpes Shiddiqiyyah sekitar pukul 22.00 WIB.

Nurhidayat menjelaskan, Polres Jombang menerjunkan sekitar 200 personel berseragam dan berpakaian preman di Ponpes Shiddiqiyyah dan sekitarnya. 

Di antaranya, Pleton Asmaul Husna dan para polwan. Ratusan polisi itu salah satunya bertugas mengalihkan arus lalu lintas untuk mencegah jemaah lainnya berdatangan ke pondok.

Selain itu, Kodim 0814 Jombang juga memberikan bantuan 30 personel yang bersiaga di markas Koramil Ploso. Sedangkan personel yang dipimpin Direskrimum Polda Jatim bersiaga di luar pondok.

"Sama dengan polres, rekan-rekan TNI juga membantu kami memelihara harkamtibmas untuk mencegah masalah lain. Kalau terjadi kericuhan, kami sifatnya menenangkan massa," jelasnya.

Sebelumnya, berkas perkara kasus pencabulan yang diduga dilakukan MSAT terhadap santriwati telah dinyatakan lengkap (P21) oleh Kejaksaan Tinggi Jatim pada 4 Januari 2022. 

Oleh sebab itu, Polda Jatim berupaya secepat mungkin melakukan tahap dua atau melimpahkan tersangka dan barang bukti perkara tersebut ke jaksa penuntut umum.

Namun, MSAT enggan menghadiri tiga kali panggilan Polda Jatim. Jadi, polisi memasukkan putra kiai pengasuh ponpes di Desa Losari, Ploso, Jombang itu dalam DPO sejak 13 Januari 2022.

Ia diduga melanggar Pasal 285 KUHP dan/atau Pasal 294 ayat (2) ke-2 KUHP. Ia diduga menyetubuhi dan mencabuli santriwatinya.

Kendati demikian, MSAT berhasil kabur saat ditangkap polisi. Upaya kejar-kejaran bak film koboi sempat dilakukan, tapi tetap saja polisi tak berhasil mengamankan MSAT.

Sebelum itu, MSAT juga sempat mengajukan praperadilan ke PN Surabaya terhadap proses penetapan tersangka yang dilakukan Polda Jatim.

Namun pada 16 Desember 2021, hakim tidak menerima permohonan MSAT karena kurangnya pihak termohon.

Penetapan tersangka MSAT dilakukan di Polres Jombang, sedangkan yang digugat dalam praperadilan tersebut Polda dan Kejati Jatim.

Pada 12 Januari 2022, ribuan massa laki-laki dan perempuan terlihat menjaga ketat lingkungan Pondok Pesantren Shiddiqiyyah Jombang.

Ribuan massa yang sebagian berseragam keamanan pondok pesantren ini dikabarkan berjaga-jaga untuk mengantisipasi kedatangan petugas kepolisian.

Ketika itu, polisi dikabarkan melakukan jemput paksa terhadap Muchammad Subchi Azal Tzani alias MSAT alias Jani, anak pengasuh ponpes yang ditetapkan sebagay tersangka dalam kasus dugaan pemerkosaan dan perbuatan cabul terhadap santriwatinya sendiri.

Pengerahan massa untuk penjagaan ponpes tersebut sebenarnya telah berlangsung sejak beberapa minggu sebelumnya. 

Namun sejak 11 Januari, jumlah massa menjadi semakin banyak. Massa tersebut juga dikabarkan berdatangan dari luar Jombang secara bergelombang.

“Kemarin sore datang massa dua truk,” kata seorang sumber yang berhasil dikonfirmasi. 

Sumber ini menolak memberikan banyak berkomentar karena mengaku takut terjadi sesuatu terhadap dirinya. 

“Sudah jangan tanya-tanya saya lagi Mas. Saya takut kalau ada apa-apa,” ucap pria berjaket hitam itu.

Massa terlihat tumpah ruah di Jalan Raya Ploso depan ponpes dan sebagian berada di dalam lingkungan ponpes. 

Bahkan, dari gerbang akses masuk menuju masjid pondok, telah diblokade dengan puluhan mobil yang diparkir secara berderet untuk menghalangi petugas.

Sekalipun jadi buronan polisi gegara mencabuli santri, foto tampang anak pemilik Ponpes Ponpes Shiddiqiyyah Jombang, Muchammad Subchi Azal Tzani alias MSAT mudah ditemukan di media sosial. 

Sebab, dia aktif melakukan berbagai kegiatan. Salah satunya, menggelar konser musik bersama mantan personel Slank, Indra Q atau Indra Qadarsih.

Dalam foto yang diunggah Indra Qadarsih pada tahun 2018, MSAT terlihat memainkan kibor di sebuah ruangan studio. 

Sejak 2017, Indra Q bekerja sama MSAT mengembangkan musik metafakta Oxytron di Ponpes Shiddiqiyyah Jombang.

Musik metafakta Oxytron ini unik. Tak sekadar jadi sarana hiburan, musik ini juga mampu menjadi media penyembuhan (healing) berbagai macam penyakit. 

Dengan perantara musik ini, Indra telah membantu sejumlah pasien yang terkena sakit berat seperti kanker payudara, kanker serviks, stroke.

”Alhamdulillah, banyak yang sembuh dari berbagai macam penyakit,” tukas Indra.

Sumber: Fotokita.net

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »