ABG Kena Razia, Polisi Syok Saat Antar Pulang, Ternyata Rumahnya di Makam Ayah Tidur Beralas Sajadah

BENTENGSUMBAR.COM - Berawal dari terjaring razia, seorang remaja malah membuat polisi terenyuh tentang kehidupannya.

Bagaimana tidak, dikira nakal layaknya anak seusianya, bocah remaja ini ternyata tengah menjalani kerasnya kehidupan seorang diri.

Pasalnya saat hendak diantar pulang oleh polisi yang merazia dirinya di lampu merah, remaja ini justru mengajak polisi ke sebuah tanah makam.

Siapa sangka, bocah remaja berinisial BW ini ternyata selama ini tinggal di makam orangtuanya.

Remaja berusia 16 tahun ini belakangan tidur beralas sajadah di makam ayahnya.

Dia tidur di tumpukan baju yang tertata rapi serta selimut dan alas tidur di samping batu nisan.

Tak jauh dari tempat ia tidur, ada makam yang belum dibangun batu nisan, yang menurut BW itu adalah makam mendiang ayahnya.

Hal tersebut diungkap oleh Kasi Penindakan Satpol PP Kabupaten Boyolali, Tri Joko Mulyono.

Tri menuturkan aktivitas tak biasa yang dilakukan BW tersebut pertama kali diketahui ketika BW terjaring patroli yang dilakukan jajaran Satpol PP.

Waktu itu, BW diketahui tengah mencari uang dengan cara membersihkan kaca mobil pengendara dengan menggunakan sulak atau kemoceng di Jalan Surowedanan.

Setelah itu dilakukan pendalaman dengan niat agar bisa dikembalikan ke keluarga mengingat masih berusia anak..

"Pengakuan yang lebih mengagetkan ketika kita tanyai rumahnya di mana, dan mengaku jika rumahnya di Sawit, dan tidur di makam," katanya saat dihubungi TribunSolo.com, Sabtu (6/8/2022).

"Setelah kami dalami anak itu tidak mempunyai orangtua, di mana menurut pengakuan BW bapak ibunya sudah meninggal dunia," tambahnya.

Karena penasaran, Tri meminta BW untuk diantarkan ke lokasi tempat tidurnya yang berada di area pemakaman umum di perbatasan antara Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo.

Di mana ternyata makam tersebut sudah masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Tri beserta petugas lainnya terkejut ketika tiba di makam yang digunakan BW sebagai tempat tidurnya itu.

"Dari bekas yang ditinggalkan kelihatan kalau itu sudah lama ditempat untuk tidur, menurut pengakuan BW, dia tinggal di situ lebih dari 2 bulan," kata Tri.

"Jadi ada sajadah jumlahnya 3 yang digelar diatas salah satu nisan, sempat dihias juga, bunga ditaruh ke dalam botol yang diisi air, jadi sudah seperti rumah sendiri, seperti kamarnya sendiri," teranganya.

Berdasarkan keterangan dari BW, ia tinggal di makam agar lebih dekat dengan mendiang ayahnya yang dimakamkan disitu.

"Berdasarkan pengakuan si anak itu makam mendiang ayahnya, ketika saya tanya yang mana, dia menunjuk satu makam yang belum dibangun batu nisan di atasnya," jelas Tri.

Sementara BW saat ini tinggal di rumah singgah Kabupaten Boyolali di ruang aman.

BW kata dia, diketahui berasal dari Karangdowo, Kabupaten Klaten.

Kemudian, ia tinggal bersama salah satu kakaknya di wilayah Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.

Karena masalah internal dan tidak cocok dengan kakaknya, BW memutuskan untuk pergi dari rumah sang kakak dan bertahan hidup dengan bekerja serabutan.

"Berdasarkan pengakuan dari BW, dia sejak lulus SD sudah latihan nukang, kemudian pernah bekerja di pencucian mobil, dan beberapa proyek pembangunan," kata Tri.

"Kalau sedang kerja di proyek, dia bisa tinggal disana, kalau proyeknya selesai dia bingung mau kemana, akhirnya dia datang ke makam ayahnya," tambahnya.

Meski masih berusia remaja, BW telah menelan kerasnya kehidupan, yang bahkan BW pernah hanya dikasih makan saja saat bekerja di proyek.

Sebelumnya, BW juga memiliki sepeda motor tua sebagai alat transportasinya, yang terpaksa ia jual karena tidak lagi memiliki uang selama pandemi covid-19.

Akhirnya, BW memutuskan mencari uang dengan menyeka debu mobil pengendara menggunakan kemoceng di lampu merah.

"Ketika saya tanya kenapa ngamen sulak, katanya sebenarnya dia juga tidak mau, dia malu, tapi mau bagaimana lagi, karena tidak ada orang yang mengajaknya bekerja di proyek," terangnya.

"Hasil ngamennya dalam sehari sekitar Rp 50.000 sampai Rp 100.000 perhari, uang itu digunakan untuk makan dan lain-lain," imbuhnya.

Tak Takut Tidur di Makam


BW biasanya sampai di makam lewat jam tengah malam, dan untuk mengusir rasa takutnya biasanya BW bermain handphone.

BW harus menahan dinginnya angin malam lantaran di cungkup tersebut tidak tertutup tembok penuh dan disebelahnya hamparan persawahan.

"Katanya pernah masuk angin selama satu minggu saat musim hujan, karena tidak ada temboknya, dan anginnya cukup kencang," jelasnya.

Tak hanya sampai disitu, BW bermalam di makam hanya mengandalkan cahaya dari lilin yang ia nyalakan, karena memang di area makam tidak ada lampu penerangan.

BW juga tidak seperti anak jalanan lainnya, yang terkenal karena image nakalnya.

Bahkan, di makam tersebut ada 3 lembar sajadah yang menemani tidur BW.

"Anak ini tidak seperti anak jalanan yang lain, dia masih lugu istilahnya, saya herannya waktu penjaringan kita geledah tasnya ada sajadah," jelasnya.

"Saya tes untuk membaca tulisan Arab juga bisa, dia kan hanya sampai SD, jadi anaknya baik, meski dia tidak ada yang mendidik, tidak ada figure orang tua tapi dia masih tetap beribadah," pungkasnya. 

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »