| Organisasi sayap muda Gerindra, Tunas Indonesia Raya (Tidar), menolak keinginan Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi, bergabung ke partai. |
Penolakan tersebut dinilai langkah yang logis demi menjaga idealisme partai.
Pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga, menilai Tidar memiliki alasan kuat menolak kehadiran Budi Arie.
“Tidar ingin menjaga dan mempertahankan idealisme Gerindra. Karena itu, mereka tidak ingin orang-orang oportunis seperti Budi Arie masuk begitu saja ke partai,” ujar Jamiluddin dikutip dari Media Indonesia, Selasa, 11 November 2025.
Menurut Jamiluddin, Tidar khawatir sosok oportunis dapat mengganggu kekompakan kader.
"Jadi wajar kalau mereka lebih baik menolak daripada keutuhan internal partai terganggu,” ungkap Jamiluddin.
Jamiluddin juga menilai, Tidar kemungkinan sudah membaca motif politik di balik keinginan Budi Arie berlabuh ke Gerindra.
Ia mengungkapkan ada tiga kemungkinan motif yang mendasari langkah tersebut.
“Pertama, Budi Arie mungkin ingin mendapatkan perlindungan politik. Apalagi, dia sempat dirumorkan terkait judi online. Kalau rumor itu benar, bisa jadi dia berharap aman jika berada di partai berkuasa,” sebut Jamiluddin.
Namun, lanjut Jamiluddin, harapan itu tampak keliru.
Sebab, Gerindra dan Ketua Umum Prabowo Subianto tidak akan melindungi kader yang bermasalah hukum.
“Prabowo tidak akan melindungi orang-orang yang tersangkut kasus hukum. Jadi kalau itu motifnya, Budi Arie salah memilih partai,” tegas Jamiluddin.
Motif kedua, kemungkinan permintaan Presiden ketujuh Joko Widodo. Diduga, tujuannya untuk memperkuat pasangan Prabowo-Gibran menuju Pilpres 2029.
"Dalam konteks ini, dia hanya pion politik, bukan keinginan pribadi,” tutur Jamiluddin.
Oleh karena itu, Jamiluddin mengira Tidar dinilai tidak ingin Gerindra dijadikan kendaraan politik untuk kepentingan pihak lain.
“Mereka tentu tidak mau partainya dimanfaatkan untuk kepentingan Jokowi di Pilpres mendatang,” sebut Jamiluddin.
Adapun motif ketiga, kata Jamiluddin, adalah kepentingan pribadi Budi Arie untuk menjaga karier politiknya.
“Sebagai mantan menteri, dia tentu ingin tetap eksis di lingkar kekuasaan. Bergabung ke partai berkuasa bisa menjadi cara agar karier politiknya aman,” jelasnya.
Lebih jauh, Jamiluddin menilai langkah tersebut merupakan strategi wajar bagi seorang politisi yang ingin mempertahankan pengaruh setelah tidak lagi menjabat di pemerintahan.
Namun, ia menilai manuver Budi Arie itu tetap memiliki risiko, terutama bagi Partai Gerindra.
“Tidar mungkin menilai kehadiran Budi Arie justru membawa dampak negatif bagi citra partai. Karena itu, mereka lebih memilih menolak daripada menanggung risiko politik,” pungkas Jamiluddin. (*)
Sumber: Metrotvnews.com
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »