Gempa dan Kursi Menteri

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (TQ Surah 17 Ayat 16)

GEMPA bumi berkekuatan 7,6 pada Skala Richter yang berpusat di Pariaman, Rabu (30/9), betul-betul memporak-porandakan Ranah Minang. Setidak-tidaknya, empat daerah mengalami kerusakan terparah didaerah ini, yaitu Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Agam. Gedung-gedung perkantoran, pusat pertokoan, super market, pasar, rumah ibadah, dan rumah-rumah warga ambruk, rata dengan tanah.

Ribuan nyawa melayang, ditimbun reruntuhan bangunan dan longsor. Satkorlak Penanggulangan Bencana Propinsi Sumatera Barat mencatat, korban jiwa yang meninggal sekitar 1.117 orang, luka berat 1.214 orang dan luka ringan 1.688 orang. Bangunan yang rusak berat 135.383 unit, rusak sedang 65.310 unit dan rusak ringan 78.593 unit. Sementara itu, sara pendidikan yang rusak sekitar 2.146 unit, kesehatan 51 unit, perkantoran 253 unit, jalur transportasi 178 titik, jembatan 21 unit, rumah ibadah 1.001 unit, dan pasar 49 unit.

Gempa kali ini bagi Urang Minang merupakan yang terdasyat pada beberapa dekade terakhir. Ranah Minang betul-betul berduka, menangis anak negeri melihat kehancuran yang dialami. Tidak terhitung lagi korban material, perekonomian lumpuh total. Apatah lagi korban jiwa, tak terbilang banyaknya. Bahkan, ratusan jiwa terkubur akibat longsoran Gunung Tigo yang meluluhlantakan Korong Cumanak, Pulau Air dan Korong Lubuk Laweh. Ketiga korong ini ditetapkan oleh Pemprov Sumatera Barat sebagai kuburan massal, setelah terlebih dahulu meminta Fatwa MUI.

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknyanya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras…” (TQ Surah 17 Ayat 58).

Duka itu sedikit terobati dengan banyaknya bantuan yang berdatangan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Barac Obama, Presiden Amerika Serikat, secara khusus berpidato di Gedung Putih, sehari setelah gempa, untuk mengungkapkan dukanya dan ikut memberikan bantuan bagi korban gempa Sumatera Barat. Relawan asing pun berdatangan ke negeri ini, lengkap dengan bantuan yang mereka bawa.

Bule-bule itu berkeliaran dan berbaur dengan warga. Mereka membantu evakuasi para korban yang tertimbun reruntuhan dan longsor. Tak ketinggalan, wartawan asing dengan gesit memberitakan detailnya evakuasi dan penanganan korban gempa. Peralatan jurnalistik mereka canggih-canggih, tak seperti wartawan Padang yang hanya bermodalkan pena, kamera butut, dan tape recorder seadanya.

PBB memuji penanganan gempa yang dilakukan Pemprov Sumbar. “Penanganan terbaik,” demikian Menteri Sosial RI Bachtiar Chamsyah menyampaikan pujian PBB itu kepada Gubernur Sumbar H. Gamawan Fauzi. Namun, dibalik pujian itu masih saja ada korban gempa yang belum mendapat bantuan. Bahkan ada bantuan makanan kaleng yang sudah kadaluarsa. Pendistribusian bantuan pun dirasakan tak mereta ke tengah warga.

Seiring dengan prestasi H. Gamawan Fauzi dalam menangani gempa di daerah ini, Sabtu (17/10), dia dipanggil Presiden SBY ke Puri Cikeas. Test wawancara pemilihan Meteri Kabinet Indinesia Bersatu jilid II. H. Gamawan Fauzi diproyeksikan menempati pos Menteri Dalam Negeri atau Menteri Pemberdayaan Aparatur Negera.

Namun jangan disalah artikan, posisi yang akan didapat H. Gamawan Fauzi itu karena prestasinya mengelola gempa. Jauh hari sebelum gempa mengguncang Ranah Minang, pencalonannya sebagai menteri telah menjadi buah bibir didaerah ini dan tingkat nasional. Kepiawaiannya dalam berpolitik mampu menempatkannya sebagai salah seorang yang istimewa di hati SBY. Badai pun dihadangnya untuk mendapatkan hati SBY itu.

Dia yang membacakan deklarasi pasangan SBY-Budiono. Dia yang mengusulkan jargon pasangan itu “SBY Berboedi.” Di bawah kepemimpinannya sebagai Gubernur Sumatera Barat, Partai Demokrat meraup suara terbesar dalam Pemilu Legislatif, sehingga jumlah kursi Partai Demokrat di DPRD Propinsi dan DPRD Kab/Kota mayoritas, kalau tak boleh dibilang mayoritas mutlak. Pada Pemilihan Presiden kemaren, pasangan SBY-Budiono menang mutlak di Sumbar mengalahkan pasangan H. Jusuf Kalla-Wairanto. Padahal H. Jusuf Kalla adalah urang sumado ninik mamak rang Minangkabau.

Terlepas dari itu semua, sebagai orang Minang, kita patut berbangga hati, gubernur awak kembali dipercaya jadi Menteri. Sejarah yang terputus, kembali disambung H. Gamawan Fauzi. Dalam sejarah pemerintahan di negeri ini, sejak pemerintahan Soekarno-Hatta masa orde lama sampai kepada masa pemerintahan Soeharto pada zaman orde baru, setelah mengabdi sebagai Gubernur Sumatera Barat, kursi Menteri telah pula menanti. Mantan Gubernur Sumbar yang dipercaya jadi Menteri adalah Harun Zain, Azwar Anas, dan Hasan Basri Durin. Muchlis Ibrahim dan Zainal Bakar gagal jadi menteri, entah apa sebabnya.

Namun, sejak zaman reformasi sejarah itu sempat terputus, walau masih ada Urang Minang atau peranakan Minang yang duduk di kursi menteri. Pada masa pemerintahan SBY periode kedua ini, sejarah itu kembali berulang. Bangga awak, prestasi yang diraih H. Gamawan Fauzi patut kita syukuri. Bukan sekedar cari muka, tapi ini kenyataan yang harus kita banggakan.

Ditulis Oleh :

Zamri Yahya, SHI
Mantan Redaktur Investigasi SKM. Garda Minang

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »